📖 Masih Nggak Sadar? 📖

85 24 18
                                    

Assalamualaikum
Haloooo, sawatdee khrap/kha...
Lama enggak nyapa hwhw. Gimana puasa kalian??? Ada yang udah berlubang kah tanggalannya?😂 atau ada yang masih fullll sefull rasa sayangku padamu~
Berjanda, kawand awokawok. Cukup sudah serius berali-kali, tapi cuma dianggap teman:)))
#curhatmodeon:v

Ngomong-ngomong, puasanya hari ini udah yang ke 15 bukan? Wah, bentar lagi mau kelar aja, nih.
Semoga puasanya dilancarkannnnn
Semoga diberi umur panjang, supaya bukan cuma ketemu sama puasanya aja, tapi ketemu juga sama Hari Raya Idul Fitri biar bisa maaf-maafan😙

Aku berharap, cerita ini bisa menghibur. Walau aku tahu, ini mellow banget dan bucinnya naudzubillah, tapi ya semoga aja kalian suka. Pantengin terus sampai selesai~ karena aku suka banget buat plot twits dan kejutan ngahahah, yang baca Jiwa Raga pasti tahu segila apa aku kalau buat konflik😭

Jadi, ya...
Hope you like it
Hope you support me❤
Makasih, ya, yang udah mampir, yang nyempetin vote dan komen😊

Hope you like itHope you support me❤Makasih, ya, yang udah mampir, yang nyempetin vote dan komen😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Entah apa yang terjadi, tiba-tiba kamu pergi. Meninggalkan luka yang menganga, tanpa pamit dan sebagainya."

•••

     Anggi memutuskan menunggu Anggra. Setelah makan bubur yang lelaki itu berikan padanya dan minum obat, Anggi merasa kondisinya jauh lebih baik. Akhirnya, ditemani Pak Yaksa—satpam SMA-nya, Anggi menunggu di tempat duduk yang dinaungi tenda kerucut dekat pos satpam.

     "Mbak Anggi nunggu siapa?" tanya Pak Yaksa mencairkan suasana yang beku.

    "Itu, nunggu Anggra, Pak."

    "Oalah Mas Anggraa. Kenapa nggak nunggu di lapangan indoor aja?"

    "Takut ganggu. Lagian di sini kan juga bisa sambil nemenin Pak Yaksa," alibinya.

     Pak Yaksa tertawa renyah. "Mbak Anggi bisa aja ...."

     Anggi mengulum senyum. Sebuah pertanyaan terlintas di benaknya, merasa percakapan kosong, Anggi pun memberanikan diri bertanya, "Pak Yaksa setiap hari pulang jam berapa?"

    "Ahh, nggak tentu." Pria paruh baya itu sedikit mendongak, menghitung perkiraan. "Biasanya, sih, nunggu anak-anak pulang semua, paling jam 5-an."

     Anggi mengangguk paham. "Berarti kalau semua anak udah pulang, Pak Yaksa langsung pulang juga?"

     Tersadar ada yang salah, Pak Yaksa meralat, "Aduh, ralat. Bukan cuma nunggu anak-anak, tapi nunggu sekolah kosong, guru-guru juga udah pada pulang."

Your Work My Work (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang