📖 Nggak Usah Sok-Sokan 📖

71 21 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita tidak pernah tahu apa isi hati orang lain. Boro-boro isi hati, sikapnya saja kadang salah mengartikan."

•••


    Hidung memerah, wajah pucat pasi, ingus yang keluar masuk dari lubang hidung. Anggi flu, karena saat hendak pulang dari pendopo, hujan deras mengguyur kota. Tebersit rasa sesal dalam hatinya karena tidak membuka ponsel dan melihat pesan dari Anggra yang menyuruhnya pulang, Anggi jadi kehujanan.

    Awalnya, Ical yang lupa membawa jas hujan sudah mengusulkan pada Anggi untuk berteduh di sebuah minimarket. Akan tetapi, Anggi ingat, dia harus menyelesaikan PPT kelompok yang dikumpulkan hari ini. Alhasil, Anggi menyuruh Ical untuk terobos hujan saja. Bodohnya, saat itu Anggi atau pun Ical tidak ada yang kepikiran memesan taksi. Anggi tidak menyesalkan hal itu, karena percuma saja pesan taksi, dia tetap hujan-hujanan dari gang untuk masuk ke dalam rumahnya, sebab Gang Anggrek tidak muat dimasuki mobil.

    Ditunjang keharusannya ke sekolah untuk presentasi PPT PPKN, ditambah dia ada bimbingan dengan Bu Ratih di jam istirahat, Anggi akhirnya memutuskan berangkat ke sekolah. Ani sudah melarang, ibunya itu bahkan sudah membuatkan surat izin, tetapi mau bagaimana lagi? Anggi merasa hari ini dia memang harus ke sekolah karena punya banyak tanggungan. Karena kebebalannya itu, Anggi berakhir di UKS, bahkan sebelum bisa presentasi PPT bersama kelompoknya yang beranggotakan Mayla, Sanu, dan Andi, apalagi mengikuti bimbingan dengan Bu Ratih.

   "Paracetamolnya udah diminum, Nggi?" tanya Dania—siswa kelas XI IPA 2 yang bertugas menjaga UKS di jam istirahat kali ini.

   Anggi mengangguk lesu. "Udah tadi," jawabnya lirih.

   "Bagussss. Kamu di sini sendiri berani, 'kan?"

   "Berani kok."

   "Oke." Dania tersenyum senang. Akhirnya, dia bisa kembali ke kelas. "Aku ke kelas dulu kalau gitu, masih ada kuis matematika yang belum aku kerjain."

   Anggi tersenyum. Dia maklum. "Iya, makasih, ya. Maaf ngerepotin."

   "Ahh, enggak. Santai aja." Setelah mengatakannya dan meletakkan teh hangat di atas nakas, Dania keluar dari UKS menuju kelasnya.

   Anggi menatap kepergian temannya itu dengan pandangan menerawang. Dia ingin sekali berlari ke ruang bimbingan saat ini. Namun, apa daya tubuhnya tidak mensupport. Bisa-bisa Anggi pingsan di tengah jalan kalau memaksakan diri.

   Akhirnya, yang bisa Anggi lakukan hanya membalik tubuhnya. Dia tidak boleh menatap pintu. Itu hanya membuatnya semakin ingin melarikan diri dari UKS. Anggi memejamkan matanya, mencoba tidur, tetapi sulit.

    "Batagor datanggg."

   Gadis itu terlonjak sampai terduduk. "Aw." Dia memegangi kepalanya yang nyut-nyutan karena bangun secara tiba-tiba. Ical yang mengangetkan Anggi langsung berlari mendekati Anggi dan menanyakan keadaannya sekaligus minta maaf. Dia menyesal, sangat menyesal.

Your Work My Work (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang