Bagian Empat

163 24 0
                                    


🪐

Petang menunjukkan eksistensinya, membuat kaum pelajar berseri karena sebentar lagi pulang sekolah. Namun tidak dengan Lia. Karena ia akan merasa sepi lagi.

Sebelum pulang ia mampir ke mini market untuk membeli beberapa snack dan minuman lalu melanjutkan perjalan melewati gang kumuh seperti biasa.

Ia melewati tempat dimana kemarin ia hampir kehilangan kesuciannya dan tempat dimana ia tak mendapat balasan apapun, meski hanya ucapan terimakasih.

Ia berhenti sejenak. Dadanya sesak mengingat kemarin, ia tersenyum. "Buat apa aku mendapat kata terima kasih. Semesta juga tau kau tak penting mendapatkannya, Choi Lia bodoh." Gerutu Lia pada diri sendiri.

"Maaf dan terima kasih."

Lia terkejut setengah mati mendapati suara laki - laki menjawab gerutuannya tiba - tiba entah darimana.

"Berapa uang yang mereka ambil kemarin ?" Tanya laki - laki itu pada Lia.

Laki - laki itu meminta maaf lalu mengucapkan terima kasih, dan uang ? Tentu saja itu laki - laki kemarin. Ah, wajahnya sedikit kacau karena luka.

Namun parasnya ...

"Lima puluh ribu." Jawab Lia dengan angkuh.
Laki - laki tadi menyerahkan uang satu lembar seratus ribuan.

"Aku tidak ada kembalian." Lia berjalan menjauh dari laki - laki tersebut. Lia sama sekali tak memikirkan kerugian kemarin, hanya saja ia terlalu munafik untuk menunjukkan sikap ramahnya.

"Hey ! Aku tidak bisa membiarkan diriku berhutang pada orang lain."

Lia bersikap acuh. Sambil berjalan ia membalas perkataan laki - laki itu. "Kau sudah berterima kasih, kita impas."

Laki - laki itu merasa Lia adalah orang aneh. Kemarin ia segenap jiwa dan raga mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan pria sepertinya. Sekarang ia adalah gadis angkuh dan dingin.

"Aku akan menemanimu pulang." Teriak laki - laki itu dari jarak tak begitu jauh.

Lia tak peduli.

Pemuda itu mengikutinya. Namun Lia tak terganggu meskipun juga tak seberapa suka. Pemuda itu bertanya sambil memimpin jalan, "Rumahmu belok kanan atau kiri ?" Tanyanya.

"Pulanglah." Jawab Lia cuek, ia mendahului laki - laki itu.

Akhirnya tibalah kedua insan itu didepan rumah Lia. Laki - laki itu memandang takjub rumah mewah Lia sambil menelan ludahnya grogi.
Ia mulai berpikir. Mungkin alasannya menolak uang gantinya adalah ini, dia anak orang kaya dan lima puluh ribu bukan satuan yang mengkhawatirkan.

"Siapa namamu ?" Tanya pemuda itu, tiba - tiba.
Lia hanya memandangnya malas dan sama sekali tidak ada niat untuk menjawab pertanyaannya.

"Kamu bahkan tak memberi tahu namamu meski mengaku pacarku. Dasar !"

Lia masih mengabaikannya meski sedikit tertohok mendengar pemuda itu mengingatkan hal kemarin.

Sebenarnya Lia sedikit lega memiliki teman saat pulang, hanya saja orangnya tidak tepat. Ia bukanlah seorang teman, melainkan hanya seorang asing yang kebetulan bertemu.

Lia memasuki pagar rumahnya. Lalu ia menaiki tangga menuju pintu rumahnya meninggalkan laki - laki itu yang masih berdiri menunggu Lia sampai kedalam rumah.

Melihat Lia menutup pintu, laki - laki itu tersenyum dan meninggalkan rumah gadis cantik yang baru saja diantarnya.

'Rumah yang besar, tapi hampa.'

🪐

Jangan lupa voment guys ku ✨

BE BETTER [Lee Know ♡ Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang