🪐
“Karena kalian segera melaksanakan ujian masuk perguruan tinggi, silahkan melakukan survei ke universitas lokasi dilaksanakannya ujian. Saya akan memberikan hasil ulangan kalian pekan kemarin.”
Satu persatu nama disebutkan. Suara gaduh sedikit mendominasi. Lia terlihat dingin seperti biasanya, namun tak sedikit siswa dikelas Lia mencuri pandang kearahnya meski ia hanya sibuk bermain hp.
Ia tak menyadari bahwa rambut baru dan luka diwajahnya dapat menarik perhatian. Ada yang merasa iba, ada yang merasa takjub. Lia tak asing lagi dengan situasi seperti itu.
Hingga namanya dipanggil. Pandangan semua laki – laki dikelasnya mengikuti kemanapun Lia bergerak, bahkan saat mengambil buku.
🍄🍄🍄
“Halo sayang ?”
Suara merdu wanita paruh baya yang menyapa pendengaran buah hatinya.
“Halo ma. pekan depan aku harus survei ke univesitas.”
“Benarkah ? Cepat sekali, sayangku ternyata sudah besar. Maafin mama nggak bisa nemenin kamu beproses sampai kamu dewasa begini.”
“Semuanyakan juga demi aku kan ma. Tapi nggakpapa, aku punya temen yang bisa nemenin aku.”
“Yang mana nih, mama kok belum tau.”
“Hehe, ntar deh ma. Tapi mama percaya aku kan ?”
“Tentu saja.”
“Yaudah aku belajar dulu ya.”
“Hmm, iya sayang. Bye.”
🪐
Lia mempersiapkan segala sesuatu yang perlu dibawa untuk pekan depan. Jarak yang tak dekat membuat Lia harus mengatur tempat penginapan dan segala barang bawaan untuk dibawa. Ia sangat detail dalam persiapan.
Setelah beres, ia merebahkan badannya ke tempat tidur. Lia meraih dan membuka hpnya. Ia baru sadar, jika Lino belum membalas pesannya seharian ini.
Lia berniat ke rumah Lino malam itu. Ia melewati gang – gang kumuh itu lagi. Jika dipikir - pikir, rindu juga setelah beberapa hari tak melewati jalan ke rumah laki – lakinya.
Namun perasaan was – was sedikit mendominasi Lia. Ia mampir dulu ke minimarket biasanya. Ia membeli beberapa snack, minuman ringan atau makanan lainnya. Lalu ia duduk sebentar didepan toko.
Menikmati keadaan gang yang sepi dan angin malam.
Tiba – tiba, ia terjengkang ke belakang karena seseorang menarik badannya tiba - tiba. Lia meringis kesakitan. Netranya menangkap Shuhua sedang menyeringai senang.
Lia menghembuskan nafas malas. Kenapa juga ia harus berhadapan dengan manusia psikopat disaat seperti ini.
“Wiiih, lagi sendirian aja lo. ANAK BUANGAN !” Shuhua menekankan kata ‘ANAK BUANGAN’ dengan bangga.
“Kenapa, sampah ?” Jawab Lia tak kalah mantap dan sarkas.
“Sok kuat lo bangsat ! Pegangin tangannya ‼!”
Detik selanjutnya kedua anak buah Shuhua sudah memegang erat lengan Lia. Dan kejadian yang selanjutnya sangat menyakitkan.
Shuhua menendang tulang kering Lia dengan keras, hingga Lia terduduk ngilu.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK.
Pipi Lia benar – benar merah karena ulah seorang sadis. Perutnya yang tanpa pelindung ditendang dan dipukul sekuat tenaga.
Shuhua menumpahkan segala emosi, oh bukan. Lebih tepatnya untuk kelegaannya melihat Lia hancur, ia habiskan kesempatannya malam ini juga. Kondisi tempat yang sepi sangat mendukung.
Shuhua berjongkok melihat Lia yang kacau dengan tangan yang masih setia diamankan oleh anak buahnya. Ia mengelus pelan dagu Lia lalu mengangkatnya kasar agar mata mereka bertemu.“Kau bukan ada apa – apa tanpa premanmu itu.”
Lia menggeram sebal atas perkataan Shuhua. Ia mendadak mengingat tujuan awalnya adalah pergi kerumah Lino namun malah berakhir seperti ini. Tiba – tiba satu air matanya lolos dari pelupuk mata.
Shuhua yang melihat itu, terkejut lalu tertawa puas. “Waaaaah, gitu dooong nangis. Pertama kali nih gua liat lo nangis. Ayo dong lebih menghayati lagi nangisnya, bikin gua puas gitu. Hahahahaha.”
Lia membiarkan air matanya lolos namun tidak dengan mulutnya yang terbungkam rapat. Ia tak bisa memperparah keadannya jika sudah seperti ini.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Tamparan sadis berulang kali itu membuat sudut bibir Lia sedikit robek. Shuhua menjambak rambut Lia sekeras mungkin hingga rontok beberapa.
Dan terakhir, Shuhua menendang wajah Lia. Parah, keadaan Lia benar – benar parah. Lia sudah tidak dapat banyak bergerak saat seluruh tubuhnya lemas seluruhnya.
“Hey, kalian ngapain ?” Teriak penjaga minimarket yang tadi Lia datangi.
Shuhua dan anteknya segera kabur dan melepaskan Lia mengetahui ada yang memergoki kejadian malam itu. “Hey, bocah laknat !”
Penjaga minimarket cantik itu tak peduli lagi pada Shuhua, ia langsung melihat keadaan Lia. “Yaampun, aku gabakal nanyain kamu baik – baik aja ato enggak. Udah jelas banget keadaan kamu kek gimana. Sekarang naik ke pundak ku.”
Lia yang sudah lemas dan ling lung itu sedikit berpikir lebih lambat “Ha ?"
“Sudah jangan bicara. Naiklah ke punggung ku sekarang.”
Perempuan cantik penjaga toko tadi membawa Lia kedalam rumah dibelakang toko. Ia mengobati luka Lia dengan telaten dan perhatian. Sesekali ia ikut meringis miris dengan luka yang ia tangani.
“Kenapa kau tak teriak tadi ? Aku kan ada didalam.” Mendengar pertanyaan perempuan itu Lia hanya tersenyum tipis.“Apa kamu dirundung saat sekolah ? Apa mereka pembulli ? Atau apakah kamu tidak mengenalnya, bisa saja preman. Begitu ?”
Lia tersenyum lagi mendengar ocehan kepo perempuan itu. “Mereka teman sekelasku.”
“Teman macam apa. Tidak ada teman yang kelakuannya bangsat kayak gitu.”
Lia tersenyum lagi.
“Padahal bisa saja tadi aku menghajarnya.”
“Tak masalah, aku baik. Aww !” Lia meringis ketika perempuan mata kucing ini menekan lukanya dengan sengaja.
“Kamu ga bisa bohong ya. Ayo kita ke rumah sakit aja, kondisi mu sudah cukup menyeramkan." Ajak si gadis berkuncir satu itu pada Lia.
"Ah, tidak. Tidak perlu, luka seperti ini pasti cepet sembuhnya kok." Sekali lagi Lia tersenyum.
"Percaya diri sekali kamu ini. Oh iya, by the way namaku Yeji. Kamu mau kemana sih malem malem begini ?”
🍄🍄🍄
Oh, hai ! Welcome Yeji 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
BE BETTER [Lee Know ♡ Lia]
FanficGadis ini jatuh pada rasa sepi, kecewa, sakit dan hampa, tiba sang Adam datang membawa sinar hangat pembawa senyum masa depan. "Hai tampan ! Aku ingin selalu berada dalam dekapan mu. Aku menginginkan mu di kehidupan ini." "Aku tau. Makanya jangan pe...