Bagian Delapan Belas

64 4 1
                                    


“Yaampun gantengnyaa. Ayo, ayo masuk dulu. Lia, mandi dulu abis itu langsung ke ruang makan ya.” Lia mengangguk i perintah mamanya.

“Jangan lupa pake parfum yang wangi, hehehe.” Lia tertawa geli, “Mama ada ada aja deh.”

Lia meninggalkan mama dan Lino berdua. “Silahkan duduk, nak.”

Lino duduk diruang tamu sambil mengembangkan senyum sungkannya. Ternyata yang ia pikirkan jauh dari realita.
Mama Lia orang yang lembut dan ramah pada orang baru.

“Ngomong – ngomong, apa sebelumnya kita sudah pernah bertemu ya ?” Tanya mama Lia.

“Sepertinya belum tante. Memangnya tante familiar dengan wajah saya ?”

“Entah yaaa. Tante rasa, kamu mirip barista cafe Tante sih.” Gumam Mama Lia sedikit keras dan masih terdengar oleh Lino.

“S-saya memang kerja di cafe tante sih. Caneli's Cafe.” Kata Lino dengan sedikit sungkan  mengatakan profesinya. Ia sedikit takut jika keluarga Lia akan memandangnya sebelah mata.

“Iyakah ? Waah. Saya tuh dulu pernah kecopetan di cafe itu, padahal niatnya mau ketemu klien biar agak santai. Tapi syukur banget waitersnya sempet nangkep pencopet nya, dompet tante selamat deh. Ngeri ngeri sedep pokoknya.”

Lino mendengarkan dengan teliti cerita mama Lia. Jantungnya berdegup lebih kencang ketika mengetahui ternyata wanita yang ditolongnya itu adalah Mamanya Lia.

“E-eeh tante.”

“Iya ?”

“Kebetulan itu saya, tan. Ternyata kita dipertemukan secara tidak sengaja lebih dulu sebelum hari ini, hehe.”

“Hah ? Serius ?”

“Tante pakai setelah biru muda, kan ?”

“Iyaaa, beneerr. Ternyata itu kamu. Yaampun sayang banget belum kenal kamu pas itu. Beruntung banget punya calon mantu pemberani gini. Eh.” Perkataan mama Lia yang dilontarkan dengan nada sedikit bercanda membuat Lino tersipu malu.

Lino sudah tak bisa berkata – kata lagi.

Setelah itu mama Lia pamit ke dapur untuk membuat minuman dan menyuruh ayah Lia untuk menemui Lino. Nah, ini bagian yang bikin Lino overthinking semalaman. Bertemu ayah Lia.

Dipikirannya, mungkin akan jadi bagian terberat.

🍄🍄

Semua sudah siap dan tertata rapi di meja makan. Sedangkan Lia masih sibuk dikamarnya.

“Duh, deg degan banget ya.”

Setelah beberapa lama berkutat di kamar, akhirnya Lia turun juga. Ia melirik kebawah tangga dan mendapati pemandangan ayahnya sedang tertawa ringan dengan pemuda didepannya itu. Seketika dada Lia merasa lega.

Ketika mama Lia mendapati Lia sudah turun, ia memanggil suaminya dan Lino untuk langsung ke ruang makan. “Lia, yuk.”
Lia mengangguk.

Semuanya berjalan dengan rapi dan menyenangkan dari awal sampai akhir. Lia menjadi banyak bicara, tentu saja karena ayah dan mamanya sekarang sedang lengkap berkumpul. Dan Lino yang mendapati kekasihnya menjadi cerewet itu merasa lega dan senang.

Setelah sekian lama, akhirnya ia sempat melihat kekasihnya tertawa dan tersenyum bebas.

🍄🍄

Makan malam telah usai beberapa menit lalu. Lia pergi ke dapur membantu mama dan asisten rumah tangga membersihkan sisa makan malam. Sedangkan Lino lagi – lagi dibiarkan berdua dengan ayah Lia.

Ayah Lia membuka pembicaraan mereka sembari mengajak Lino menaiki tangga menuju ke balkon atas. Mereka naik setelah ayah Lia memberikan secangkir teh pada Lino. Ketika di balkon atas, ayah Lia jadi membicarakan hal sedikit serius.

“Istri saya sudah cerita sedikit waktu ia kecopetan dan ternyata kamu pemuda tampan yang menolongnya.”
Lino hanya menunduk malu sambil tersenyum.

“Terima kasih nak Lino.” Sekali lagi Lino hanya mengangguki pernyataan ayah Lia.

“Terima kasih karena sampai hari ini ternyata kami masih merepotkanmu.”
Lino mendongak mendengar pernyataan yang dilontarkan ayah Lia. “Merepotkan apa om ? Saya tidak-”

“Lia, ini tentang Lia. Kamu menjaganya. Kamu menjadi semacam pengawalnya. Bagaimana kamu mau repot – repot meluangkan waktumu untuknya ? Dan kamu yang selalu disampingnya ?” Ayah Lia memandang Lino penuh makna sembari menunggu jawabannya.

Lino menghela nafasnya lembut, lalu tersenyum kearah ayah Lia. “Lia. Bukan saya, dia yang lebih dulu melindungi saya om. Dia yang membuat saya ingin melindunginya. Dia memang seperti gadis biasa lainnya. Tapi gak tau juga om, hanya saja dia seperti malaikat di hidup saya. Meskipun dia cerewetnya minta ampun.”

Lalu Lino tertawa ringan, diikuti senyuman yang mengembang dari ayah Lia. “Benar, ia sedikit cerewet. Maafkan anak ku.” Ayah Lia ikut tertawa.

“Mulai detik itu, saya selalu ingin melindunginya. Dari rasa khawatir, sakit dan kecewa. Semakin kesini saya semakin tahu bahwa sikapnya saat ini adalah bukan ia yang sebenarnya om. Buktinya, baru kali ini saya melihat Lia tertawa terbahak dan banyak berbicara. Dan itu semua karena om sama tante.” Lino melihat kearah ayah Lia lagi dengan tersenyum.

Namun tatapan ayah Lia terlihat berkaca – kaca dan menahan air matanya yang akan menetes. Lino sedikit terkejut.

“Om cuman terharu No. Om khawatir bagaimana dia bisa hidup dengan ayah dan mamanya yang tidak disisinya kapanpun. Om merasa tidak bisa menjadi ayah yang baik, tapi ternyata ia punya laki – laki kuat yang selalu jadi sandarannya. Terima kasih No.”

Ayah Lia merangkul kan tangan kirinya memeluk pundak Lino dari samping.

“Dasar, preman kok berhati malaikat gini. Ganteng lagi, jadi saingan sama kamu kan. Hahaha.” Kata ayah Lia.

Setelah mengobrol sedikit lama, mereka masuk kedalam dan Lino bermalam disana.

🍄🍄🍄

Lia membuka pesan dari seseorang di kamar disamping kamarnya.

“Sayang ?”

“Iya kakak sayang ?”

“Setelah ini semua, apa aku masih pantas mendapatkanmu ?”

“Dih, tidur sana. Gauah mikir yang enggak – enggak.”

Lino membaca pesan Lia sambil sedikit tersenyum,

“Tapi kan…”

“Tidur cepet. Bodo amat mo bilang apa. Heran deh, ganggu aja orang mo  tidur jugak.”

“Sayang ih.”

“...”

“Hehehe. Iya iya. Love you tuan putri. Selamat mimpiin aku.”

“Love you too, my angel.”

🪐






BE BETTER [Lee Know ♡ Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang