Bagian Dua Belas

130 14 0
                                    

🪐

Hari demi hari mereka lewati dengan sederhana namun penuh dengan rasa tulus tanpa syarat. Jauh dari kata munafik.

Meskipun begitu, tentu hubungan mereka tak selalu lancar. Mau bagaimanapun hal ini dan itu akan datang tanpa perkiraan. Contohnya saja Lino yang masih setia diperhatikan oleh Nancy dan terkadang membuat Lia yang mengetahui itu menjadi cemburu.

Atau ketika Lia yang jarang diawasi Lino menjadi terancam keselamatannya. Ia mendapatkan perlakuan bully lagi oleh Shuhua dan antek – anteknya. Namun kali ini Lia berniat tak mau lagi bergantung pada Lino.

Ia merasa bahwa ia sangat merepotkan dan manja. Ia harus belajar mandiri menghadapi masalahnya sendiri.

Dan hari ini Lia pergi ke sekolah sambil membiasakan diri berjalan dengan kehampaan tanpa seorang Lee Minho dibelakangnya.

Bel istirahat berkumandang mendengungkan pendengaran para siswa, tanda pelajaran harus diistirahatkan. Para murid berebut pintu keluar kelas dan berlari seru menuju kantin, itu juga yang dilakukan oleh Lia namun pembawaannya yang terlihat tenang dan dingin.

Ia duduk disalah satu kursi kosong dekat jendela. Angin sejuk menyapu rambutnya menikmati setiap inci kesempurnaan raut wajahnya. Shuhua datang tiba – tiba menghampiri dengan wajah berapi – api

“Haalooo bangsaaat ! Manja banget lo dijagain bodyguard. Liat aja pembalasan gue.”

Setelah itu, Shuhua dan antek – anteknya pergi dengan wajah sinis.

🍄🍄🍄

Hari ini Lino sedikit kewalahan namun juga bersemangat. Pasalnya pelanggan yang datang, cepat silih berganti mungkin karena sedang weekend, mereka menghabiskan waktu luangnya dengan hangout ke kafe.

Banyak perempuan dan wanita tak jarang mencuri pandang pada barista dan pelayan kafenya. Tentu saja, si tampan Lino dan Kevin. Tapi Lino sama sekali tak terganggu. Karena ia hanya fokus pada pekerjaannya.

Hari semakin sore dan menjelang malam. Ia merasa tak melupakan apa – apa, tapi kenapa hatinya mendadak resah dan gelisah. Ia mencoba mengingat apa yang ia lupakan di rumah ketika ia pergi bekerja.

Belum lagi, setelah ini ia harus ke bar, tapi bukan itu. Pikirannya kacau.

“Heh bro. Ngapain lo bengong. Capek ? Gua gantiin sini.”

Lino menoleh pada orang disampingnya. “Eh, gak ada. Sans, beresin kerjaan lo aja.”

Kevin, orang yang berada disamping Lino itu mendengarnya sambil menghembuskan nafas pasrah. Ia selalu saja menyembunyikan masalahnya, batin Kevin.

“Eh, ngomong – ngomong. Gue absen ke bar nya ya.”

“Hah ? Tumben.”

“Iyadeh, pokoknya. Ya.”

“Iya, ntar gue ijinin.”

“Thanks ya Kevin ganteng.”

“Najessss !”

🍄🍄🍄

Lino sudah mengusahakannya. Menyelesaikan kerjaannya dengan cepat, namun pelanggan mendadak ramai, kafe menjadi sangat penuh saat petang. Mau tak mau Lino harus ikut turun tangan membantu pegawai shift malam.

Lino berjalan gusar di malam yang larut. Ia masih berusaha mencerna alasan pikiran dan hatinya gelisah hebat. Ia melewati setiap inci jalanan sepi penuh dengan kekhawatiran hingga sampailah ia di depan rumahnya.

Yang terlihat hanyalah pintu rumahnya yang tertutup seperti semula ia berangkat bekerja. Ia mendesah ringan.

Ia berjalan pasti menuju pintu lalu membuka pintunya perlahan.

Kriiiiaaaakkk

Matanya membelalak. Nada wajahnya juga berubah perlahan. Namun dalam sekejap matanya berubah sayu dan air matanya lolos dari kantungnya.

Kenapa ?

Objek Lino yang tak diduga yaitu Lia. Gadis cantik itu berlumuran darah dan kacau. Kacau sekali. Ia sedang terduduk di sofa sambil merapikan buku – bukunya yang terlihat basah dan juga tasnya.

Tangan yang penuh sayatan, rambut yang tak lagi rapi, serta wajah cantiknya yang tertutup debu, pasir dan darah. Ia meringis kesakitan dalam tundukan kepalanya.

Lino terdiam menatap dari ujung rumahnya. Masih tak percaya pada apa yang ia lihat. Netranya menangkap sayu mata seorang gadis yang ia cintai. Mata cantik gadis itu tak bermakna apa – apa dibanding senyumnya. Getir sekali. Ia masih sanggup tersenyum.

Namun, apa yang dirasakan Lino adalah rasa muak, benci, marah dan kecewa. Pada dirinya sendiri dan pada orang yang telah menyakiti gadisnya habis – habisan.

Lino melangkahkan kakinya kearah Lia.

Lia yang menangkap gestur itu segera berdiri sebisa mungkin. Ia menatap netra Lino teramat tulus. Ia bertanya sambil tersenyum. “Eh, udah pulang. Cafe rame ya ? Aku juga baru pu-”

“Stop ! Berhenti bicara.” Kata Lino memotong perkataan Lia dengan tangannya yang perlahan terulur menghapus bekas darah di sudut bibir gadisnya. “Maaf Lia, maaf. Maaf maaf maaf.” Lino terisak sedikit demi sedikit. “Aku gabisa jagain kamu, maaf.”

“Kenapa harus kamu ?  Kenapa Li ?”

Mereka hening sejenak. Lalu terdengar suara sesenggukan dari Lia.

“Aku nggak papa, kak Lino jangan kemana – mana. Aku kesini kan mau ketemu kakak.” kata Lia sambil tersedu dalam tangis yang dalam, meski bibirnya masih mampu tersenyum.

“Liaaaaaaaaaaaa !” Lino berteriak sekuat tenaganya hingga Lia sedikit terkejut, namun ia sepenuhnya paham. Jika Lino akan menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini.

Netra mereka saling berpandangan, lebih tepatnya Lino memandang setiap inci wajah Lia. Sedangkan Lia hanya bisa menunduk sambil menangis.

“Maafin aku, gak becus. Bener – bener gak becus jagain kamu. Maafin kakak.”

Lia menggeleng lemah mendengar pernyataan Lino. “Bukan kakak, bukan.” “Maaf, karena aku lemah kak.”

🍄🍄🍄

Lino mengusap lembut punggung Lia yang sedang memeluknya dengan erat seperti tak mau dipisah. Lia masih dengan tangisnya yang semakin keras. Ia meluapkan semuanya, rasa sakit dan tertekan.
Lino memahaminya. “Maafin kakak Li. Gabisa jagain kamu.”

Tak ada jawaban dari Lia.

Malam itu, Lia kehilangan rambut panjangnya. Namun ia semakin manis dengan rambut sepundaknya. Luka diwajah dan disekujur tubuhnya membuat Lino tak puas rasanya jika tak membalas perbuatan dosa yang mereka lakukan pada Lia.

🍄🍄🍄

Lia memeluk Lino dengan erat dalam tidurnya, sebenarnya ia memang masih belum bisa tidur. Rasa sakit dan perih menjalar ke sekujur tubuhnya. Ia meringis kesakitan. Dan Lino menangkap pemandangan itu.

Ia merengkuh tubuh Lia. Tangannya terulur menggenggam tangan Lia. “Aku bakal jagain kamu setelah ini.”

Lia tersenyum setelah mendengar Lino berbisik lembut padanya. “Kakak juga punya hidup kakak sendiri. Jangan terlalu memanjakanku, hm ?”
Lino menghela nafas mendengar penuturan lirih Lia.

“Kenapa sayang ? Kenapa ? Kenapa kamu sama sekali nggak membiarkanku menjagamu? Aku juga sakit lihat kamu kacau seperti ini.”

“Hehe, nggakpapa. Setelah ini, aku nggak mau denger sesuatu buruk yang dilakuin kakak ya. Aku nggak mau kakak kenapa – napa. Cukup selalu disamping Lia, dengan begitu Lia udah ngerasa aman.”

Dalam pikiran Lino, ia tak habis pikir pada perkataan Lia. Kenapa ? Kenapa Lia tak membiarkan dirinya membalas perlakuan bejatnya seorang Shuhua. Namun, hal itu benar – benar membuat pikiran Lino terbuka dan takjub pada sosok gadis yang dipeluknya kini.

Gadis cantik nan baik yang berusaha menyembunyikan wajah aslinya menjadi gadis dingin. Ia tak salah mencintainya. Ia tak pernah menyesal karena selalu menjaganya. Ia tak pernah sia – sia membuatnya tertawa dengan tingkah anehnya.

Lino juga bahagia bisa memperlakukan satu – satunya gadis itu sebagai penghuni di hatinya.

🪐

BE BETTER [Lee Know ♡ Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang