31/32 Lamaran Yang Tidak Romantis ☆

5 1 0
                                    


Farrel mengumpat dalam hati, mengingat lamarannya tadi tidaklah romantis sama sekali.

Sharon mengedipkan matanya berkali-kali. "Kau.. kau melamarku Farrel?" Tanyanya tak percaya.

Farrel menganggukkan kepala, posisi mereka tidak berubah sama sekali. Bedanya, kini Farrel menyenderkan tubuhnya ke tembok.

"Sungguh, Lamaran yang tidak romantis." Ejek Sharon.

"Jadi kau mau atau tidak nona?" Desak Farrel.

"Tentu saja aku mau bodoh." Jawab Sharon tanpa pikir panjang.

Farrel segera memeluk Sharon erat, sungguh bahagia dirinya saat ini. "Lupakan soal lamaranku yang tidak romantis. Aku akan membeli cincinnya nanti." Setelah mengatakannya Farrel mengecup dahi Sharon.
"Terimakasih banyak sayang." Ucapnya tulus.

"Um.. sama-sama." Balas Sharon sambil tersenyum. Lalu tiba-tiba Sharon teringat kembali pembicaraan mereka yang mengambang tadi. "Jadi.... apa kah aku boleh bekerja lagi?"

Farrel menggeleng dengan tegas. "Tentu saja tidak boleh."

"Kau.. sangat menyebalkan tuan!"

**

Pagi menjelang. Sasya bangun dengan pagi-pagi sekali. Lalu ia segera mandi. Setelah bersiap, Sasya menyiapkan keperluan suaminya.
"Selesai..." gumamnya.

Setelah menyiapkan keperluan Bryan, Sasya lalu turun ke bawah menuju dapur. Kemudian menyiapkan sarapan.

Tiba-tiba sepasang lengan melingkari perutnya.

"Eh!" Sasya terkejut, langsung menoleh karah belakang.

Cup

Bryan mengecup bibir Sasya singkat, "Morning kiss." Ujarnya singkat.

Sasya tersenyum, lalu kembali melihat roti panggangnya. Huh! Untung saja tidak gosong. Batinnya.

"Kau mengejutkanku sayang." Nadanya sarat akan ejekan. Namun Bryan tidak peduli. Lalu melepaskan pelukannya dan duduk dimeja makan. Pria itu menggunakan tangannya untuk menyangga dagu.
Memperhatikan istrinya, yang sibuk berkutat dengan masakannya.

"Sayang, kamu jadi pergi menemui Sharon?" Tanya Bryan tanpa mengalihkan pandangannya.

Sasya sedikit menoleh, lalu membawa roti panggangnya.
"Yah.. aku jadi menemuinya."  Sasya meletakan piring didepan Bryan. "Sarapan dulu, Bry."

Bryan menyesap kopinya. "Manisnya pas, terimakasih ya sayang."

"Sebenarnya bisa saja aku menyuruhnya kemari. Tapi kamu bersikeras untuk menemuinya sendiri."

Sasya duduk didepan Bryan, wanita itu mengerucutkan bibirnya. "Karena aku mau jalan-jalan juga. Aku bosan dirumah terus."

Bryan melirik jam tangannya, masih ada waktu tiga puluh menit lagi. "Maaf ya sayang, belakangan ini aku terlalu sibuk. Hah... setelah semuanya selesai. Aku mau mengajak kamu liburan." Ujarnya lembut. Bryan merasa bersalah pada isterinya. Sampai-sampai isterinya merasa bosan, ia tidak mau... ahh. Pikiran buruk itu ia tepis dalam-dalam.

"Aku selesai.. terimakasih atas makanannya." Gumam Bryan. "Sayang aku berangkat dulu. Baik-baik dirumah."

Cup

Bryan mengecup kening isterinya sebelum beranjak. "Aku pergi." Pamitnya.

"Um.. hati-hati sayang." Teriak Sasya.

Bryan hanya tersenyum mendengar teriakan isterinya.

"Nyonya, saya sudah menyiapkan mobil untuk anda." Ujar paman Zhang.

Menara Cinta [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang