Part 26

2.6K 212 3
                                    

Bryan terkekeh pelan melihat Sasya yang tengah kebingungan memilih baju. Padahal mereka tidak ingin pergi ke pesta, kenapa Sasya begitu repot menyiapkan bajunya?

"Sayang, kenapa lama sekali?" Ujar Bryan membuka suara. Ia melihat Sasya mengembungkan pipinya lucu.

"Aku hanya tak mau kalau nanti aku membuatmu malu Bry.." gumam Sasya lirih.

Bryan memilih salah satu  potong baju dan memberikannya pada Sasya. "Sebenarnya, baju apapun yang kamu pakai. Kamu pasti akan terlihat cantik sayang."

Sasya masih saja cemberut, apalagi setelah ia mendengar pernyataan Bryan tadi, Sasya menganggap hal itu tidak serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sasya masih saja cemberut, apalagi setelah ia mendengar pernyataan Bryan tadi, Sasya menganggap hal itu tidak serius.
Sasya pun mengambil baju pilihan Bryan dan memakainya.

Bryan sempat memalingkan wajahnya, ia mengumpat dalam hati. Apa Sasya bermaksud menggodanya? Kenapa gadis itu malah berganti baju didepannya.
Berdehem pelan, Bryan memutuskan untuk keluar kamar. Menunggu istrinya dibawah.

"Oh ya Mia, saya sama Sasya mau pergi ke luar kota. Tolong kamu jaga rumah ya, jangan terima tamu kalau itu bukan Lian atau kerabat dekat saya." Bryan berkata datar saat Mia berdiri disampingnya.

Kepala pelayan tersebut mengangguk, sebelum ia pamit mengerjakan tugasnya yang lain.

Tiba-tiba Bryan merasakan kedua lengan mungil memeluknya dari belakang. Ia menoleh kesamping, menatap istrinya dari balik bahu.
"Sudah?"

"Yup! Ayo kita pergi!" Sahut Sasya riang.

"Baiklah. Ayo my queen." Bryan tersenyum tipis, kemudian ia menggandeng Sasya.

Sepasang mata menatap kepergian mereka tak suka.

"Oh ya, memang kita mau kemana?" Tanya Sasya penasaran. Dahinya mengernyit, memikirkan tempat apa yang akan dikunjunginya bersama Bryan.

"Kau akan tau nanti dear."

Sasya mendengus, ia melirik ke luar jendela. Baru kali ini dirinya keluar rumah lagi, mengingatnya saja Sasya merasa khawatir. Apakah bahaya masih mengincarnya?

"Kau memikirkan apa?" Tanya Bryan tanpa mengalihkan pandangan.

"Entahlah, oh ya. Apa aku boleh meminta sesuatu?" Kini tatapannya tertuju pada wajah Bryan yang terlihat serius.

"Kamu mau minta apa?"

"Ponsel."

Bryan menahan senyumnya, mobil mereka berhenti karena lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. "Aku udah beli, setelah pulang nanti kamu ambil aja di laci meja kerja ku. Kamu bebas mau pilih yang mana." Bryan kembali menginjak gas saat lampunya berubah menjadi hijau.

Sasya tak terkejut mendengarnya, suaminya ini sangat kaya. Pasti Bryan membelikannya ponsel lebih dari satu. Sasya menggelengkan kepala, kenapa Bryan selalu menghamburkan uangnya demi Sasya.

Rasa kantuk menyerangnya, ia pun tertidur dengan memeluk dirinya sendiri karena kedinginan. Padahal Bryan sudah merendahkan suhu Ac nya. Tapi.. yah. Sepertinya tubuh Sasya memang rentan.
Bryan menepikan mobilnya dipinggir jalan, ia melepas jas yang ia pakai dan menyelimuti Sasya. Sebelum ia melanjutkan kembali perjalanan.

Menara Cinta [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang