Part 13

3K 241 3
                                    

Bryan masih berkutat dengan berkas-berkas yang ia bawa dari perusahaannya, lihat. Bagaimana pria itu menyulap ruang rawat Sasya menjadi ruang kerjanya.

Sesekali tatapan Bryan mengarah ke ranjang, dimana Sasya terbaring lemah disana. Sudah empat jam pasca operasi, namun Sasya masih belum juga sadar.  Tapi Lian berkata, Sasya memang membutuhkan banyak istirahat. Juga ia butuh waktu untuk menyesuaikan mata barunya.

Bryan sama sekali tak keberatan dengan hal itu, tetapi dirinya tetap saja khawatir.

"Boss.." panggil Farrel sedikit keras, cukup untuk membuyarkan lamunan Bryan.

"Ada apa?" Tanya Bryan sambil menaikkan alis.

"Ini berkas baru, saya membutuhkan tanda tangan anda." Farrel menyodorkan sebuah berkas, dengan cermat Bryan membaca isinya kemudian menandatangani berkas tersebut.
Bryan mengembalikannya pada Farrel.
"Saya serahin urusan kantor sama kamu, kalau ada sesuatu mendesak. Hubungi saya secepatnya." Ucapnya dengan nada datar yang khas.

Farrel tampak keberatan.
"Tapi Boss, dua jam lagi bukannya ada rapat penting? Pertemuan antar lima perusahaan terbesar?" Ia menyeruakan yang ada di isi otaknya.

"Hm..." Bryan tampak menimbang, ia melihat kearah Sasya lagi. "Apakah tidak masalah ninggalin dia sendiri disini?" Tanya Bryan dalam hati.

Terakhir kali ia meninggalkan Sasya di rumah, gadis itu hampir kehilangan nyawanya.
Ah.. benar juga, disini kan ada Lian. Bryan bisa menitipkannya pada sahabatnya itu.

Farrel membuka suara lagi.
"Anda tidak bisa di wakilkan begitu saja, atau mereka akan.."

"Saya akan datang. Kamu jangan panik." Potong Bryan cepat.

Seulas senyum bertengger di bibir Farrel.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi."
Ucapnya kemudian berlalu.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Bryan kembali duduk di sisi ranjang Sasya. Menatap lekat, berkali-kali Bryan terpesona dengan wajah cantik gadis ini.
Kemudian ia mengeluarkan dompetnya, menatap foto dirinya bersama seorang gadis kecil.

Kemudian ia mengeluarkan dompetnya, menatap foto dirinya bersama seorang gadis kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bryan ingat, saat itu hujan deras. Ia melihat Sasya menangis karena ibu kandungnya meninggal. Dan Bryan yang tak sengaja melewati jalan yang ternyata dekat dengan pemakaman, hati Bryan tergerak, ia berhenti sejenak untuk menenangakan gadis kecil itu.

Foto itu diambil secara diam-diam oleh Lian. Enam tahun lalu, saat mereka masih duduk di bangku kuliah.

"Kau masih menyimpannya?" Celetuk Lian tiba-tiba.

Bryan menoleh, menatap Lian yang berdiri diseberangnya.
"Tentu saja.."

"Bukan kah sekarang kau sudah punya yang asli? Kenapa masih menatap gadis kecil di foto itu."

Bryan terkekeh, ia mengecup foto itu berkali-kali.
"Kau tidak tahu saja Lian, saya sedang mengenang pertemuan pertama kami." Ucapnya dengan nada cuek.

Menara Cinta [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang