Part 15

3K 228 17
                                    

Perasaan ragu meliputi Erick, ia masih teringat dengan gadis di halaman belakang rumah sakit tadi. Walaupun Erick tidak dekat dengan gadis itu dalam waktu yang dekat ini. Tapi Erick yakin bahwa gadis itu benar Sasya.
Sasya Arletta, kekasih Bagas. Erick mendengus, bagaimana bisa gadis itu bermesraan dengan pria lain sementara Bagas sudah menikah.

Apa Sasya sudah tak menyukai Bagas lagi? Entahlah. Memikirkannya saja membuat Erick pusing.

Erick membuka pintu ruang VIP didepannya. Menghela nafas lega saat melihat keadaan Gio baik-baik saja.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanyanya lembut pada sang adik, yang juga berstatus sebagai kekasihnya.

Kepala abu itu menggeleng lemah, saat ini ia tidak menginginkan apapun. Perutnya juga masih menolak makanan apapun yang ia makan. Iris abunya mengikuti gerakan Erick. Bibirnya mengulas senyum saat sang kakak duduk di samping ranjangnya.

"Tebak, aku menemukan apa pagi ini." Ucap Erick sambil memasang wajah serius.

Gio mengerutkan alis, ia tampak berpikir sebelum menggelengkan kepala.

"Aku bertemu dengannya." Ujar Erick akhirnya. Namun kerutan di dahi Gio semakin bertambah.

"Siapa?"

"Sasya."

"Kok bisa? Lo ketemu dimana kak?"

"Di taman belakang rumah sakit."

Tatapan Erick dan Gio saling memaku, sebelum Erick mengalihkan pandangan kearah lain. Tepatnya ke pintu yang kini terbuka menampilkan Nara dan Bagas yang menatapnya terkejut.

"Apa yang gua denger gak salah kan?" Tanya Bagas dengan raut penasarannya. Ia cukup terkejut mendengar Erick bertemu Sasya di rumah sakit ini.

"Gak, gua emang gak deket sama dia. Tapi gua yakin dia itu Sasya." Jawab Erick cuek. Ia mengernyit jijik saat mengingat adegan Sasya yang bermanja pada lelaki yang memeluknya posesif.

Bagas beranjak dari tempatnya berdiri, menuju taman belakang yang Erick maksud tadi. Tangannya terkepal, detakkan jantungnya semakin menggila. "Gua kangen sama lo Sya. Apa lo kangen sama gua juga?"
Batinnya.

Sedang ketiga orang tadi menatapnya miris, sebelum Nara menyusulnya di belakang.

Tiba-tiba Gio menyuarakan suaranya.
"Kak, apa Sasya bakal balik lagi sama Bagas?"

Erick kembali menatap sang adik, ia mengangkat bahu. "Jangan lupa sekarang si brengsek itu udah nikah." Sahut Erick.

Gio mengangguk, ia mengiyakan juga dalam hati.

.

"Kak tunggu!" Seru Nara sambil berlari kecil di belakang Bagas. Namun pria itu tak perduli, ia harus cepat sampai ke taman belakang. Dimana Sasya saat ini.

"Sa-" mata Bagas terbelalak, melihat Sasya sedang memeluk lelaki yang Bagas tak kenali. Ia berdiri di belakang lelaki yang memeluk Sasya posesif. Mereka hanya berjarak lima meter dari tempat masing-masing.

Sasya mendongak, seketika tubuhnya menegang saat matanya balas menatap Bagas. Tubuh Sasya kembali rileks merasakan elusan lembut dari Bryan.
"Kamu kenapa hm?" Tanya pria itu heran.

Sasya menggeleng, "Gak kenapa napa kok Bry.."

Bryan sempat heran, kenapa tubuh Sasya menegang tadi. Pria itu menoleh ke belakangnya, ah.. sekarang Bryan tau kenapa Sasya bersikap aneh tadi. Ternyata dia melihat Bagaskara di belakangnya.

Bryan melihat lewat ekor mata, saat Bagas mendekati mereka.

"Sya.." panggil Bagas pelan. Rahangnya mengeras saat melihat Sasya berada dipangkuan Bryan.

Menara Cinta [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang