Warna kuning terlihat menyatu dengan matahari begitu sebuah baleho besar telah berdiri kokoh di dekat pintu masuk stasiun kereta. Jun yang tadinya berkacak pinggang kini mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Memberi sebuah jempol pada dua orang karyawan Triple J World yang datang ke lokasi pemasangan baleho bersamanya hari ini. Iklan cetak yang dipenuhi nuansa warna kuning itu terlihat megah. Jun yakin pelanggan mereka pun merasa puas jika melihatnya. Maka dari itu, Jun mengambil potretnya dan langsung mengirimkannya. Sesuai dugaan. Jun bahkan diberikan tip khusus untuk kinerjanya yang satu ini.
Lelaki berperawakan sempurna itu mengibaskan tangan pada anak buahnya. Meminta mereka ikut kembali ke kantor, dengan bersinggah ke salah satu restoran terlebih dulu untuk membungkus makanan sebanyak lima porsi. Jatah untuk Jihoon dan Jisoo tidak pernah ketinggalan apa pun alasannya. Begitu pula yang dilakukan Jihoon dan Jisoo, yang tentu akan dikonfirmasi terlebih dulu melalui grup chatting mereka. Grup chatting yang mungkin sudah ratusan kali diubah namanya.
Satu pemandangan yang mengherankan membuat Jun bertanya-tanya. Apa yang terjadi pada Jisoo hari ini? Gadis dengan poni yang hampir menyentuh mata itu bertepuk tangan seakan tidak memiliki beban hidup yang berarti saat mendengarkan semua cerita Jihoon. Jun juga berbagi sedikit kisah lucu selama ia mendirikan baleho tadi. Dan lagi, tawa Jisoo terdengar semakin nyaring menyambutnya.
Semua ini berkebalikan dengan kondisi Jisoo bahkan kurang dari dua puluh empat jam yang lalu. Tawa nyaring Jisoo yang sudah lama tidak Jun dengar semenjak mengetahui fakta bahwa pria incarannya merupakan suami beranak satu. Keceriaan itu jelas mengalahkan teriknya sinar matahari yang tadi menyatu dengan warna kuning baleho.
Berhasil menghabiskan seporsi makanan, Jihoon meminta izin beranjak sebentar untuk mencuci tangannya. Jun mengambil kesempatan.
"Apa yang terjadi?" tanya Jun.
Jisoo gagal memasukkan potongan daging dalam mie udon ke dalam mulutnya. "Apanya?"
"Aku masih ingat. Kurang dari dua puluh empat jam yang lalu, kamu hampir menangis akibat seorang pria beristri."
Akibat seorang pria beristri. Jisoo tertawa nyaring. Membuat Jihoon yang baru kembali ke tempat, penasaran dengan apa yang tengah mereka bicarakan. Cekatan Jun hendak mengalihkan topik. Namun Jisoo memberi kode Tidak-Apa-Apa. "Kemarin Seokmin mengantarku pulang dan kami makan bersama di rumahku."
"Ah... Jadi kata Soonyoung itu benar?" Jihoon masuk ke dalam obrolan. "Sudah sejauh mana proses pendekatan kalian?"
Jun masih tidak mengerti. Menjerit ia mempertanyakan. "Sejak kapan kalian menyembunyikan sesuatu dariku?"
Dua gadis di sana mencibir.
Jun semakin tidak terima. "Apa yang terjadi, selingkuhan-selingkuhanku?"
"Wow, merasa sebagai pria tertampan di dunia dia," kata Jihoon.
Jisoo semakin nyaring tertawa. "Tidak tahu saja kalau Hao sering mengeluhkan ini itu kepada kita."
"Hah?" Jun terbelalak.
"Tidak, tidak. Aku hanya bercanda." Ralatan Jisoo membuat Jun sangat lega. "Maag-ku kambuh saat menemui klien kemarin. Seokmin yang membawaku ke rumah sakit dan kami makan bersama setelahnya. Dia banyak bercerita tentang keluarganya. Istrinya sudah meninggal, tiga bulan setelah melahirkan Haeun. Anak Seokmin. Selama lebih dari empat tahun dia tinggal bersama kedua orangtuanya. Begitu Haeun menginjak umur lima tahun dan masuk taman kanak-kanak, mereka mulai hidup terpisah. Tahun ini Haeun sudah resmi menjadi murid sekolah dasar."
"Duda... Aish! Pantas saja kamu sudah seceria ini," Jun ikut merasa lega.
"Sudah seceria ini?" Sayangnya Jihoon berhasil menangkap gelagat mencurigakan. Entah Jihoon yang terlalu peka, atau mulut Jun saja yang terlalu ceriwis melebihi mulut wanita. "Sebelumya tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Mama (✔️)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Lee Seokmin, kepala divisi marketing S.Jet Express, mengemban misi khusus yakni menemui seorang desainer grafis. Namun yang anehnya, bukan hanya laporan keuangan S.Jet Express yang berubah begitu iklan dipasang. Tapi juga keh...