5. Untuk Menghancurkan Hati

1K 180 38
                                    

"Bersulang!" Tiga sahabat itu teriak bersamaan. Menabrakkan gelas masing-masing.

Berhasil menghabiskan satu gelas dalam sekali tegukan, terhuyung Jisoo meruak minuman beralkohol itu lagi. Mungkin sudah gelas yang kelima. Entahlah. Jisoo tidak berminat menghitungnya. Dan meskipun sudah tak terhitung, gelas kali ini pun dapat ia habiskan hanya dalam sekali tegukan. Lagi. Jisoo terlihat sangat puas meskipun dampaknya kini mulai terasa. Wajah Jisoo merah. Kesadarannya hilang meski hanya sedikit.

"Astaga... Lihatlah tingkah anak ini," gerutu Jihoon. Memangku pipi kanannya dengan tangan kanan di atas meja. "Aku tahu ini hari ulang tahunmu, Hong Jisoo. Tapi bisakah kamu minum hanya sedikit hari ini? Di mata orang lain, kamu lebih layak dikatakan seperti orang yang depresi daripada orang yang sedang merayakan ulangtahun."

Jun hanya bisa tertawa kecut mendengarnya. Andai saja Jihoon tahu masalah apa yang sedang dihadapi oleh Jisoo selama dua minggu terakhir ini, pikirnya. Pria satu-satunya di kelompok itu menuang minuman beralkohol ke gelasnya sendiri. "Biarkan saja. Di lain waktu, kita tidak akan membiarkannya seperti ini lagi. Spesial hanya di saat dia berulangtahun."

Kini Jihoon tersandar. Menatap salah seorang sahabatnya itu dengan iba. Bagaimana tidak? Jisoo telah menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Sudah jam berapa ini? Sebaiknya kita pulang sekarang. Soonyoung juga pasti sudah dalam perjalanan menjemputku."

"Jihoon-ie... Kamu pulang duluan saja," suara Jisoo terpantul oleh kaca meja. "Aku masih ingin minum."

Kening Jihoon seketika mengerut. Ingin mengajukan protes.

Jun lebih dulu mengambil alih perhatian. Mengangguk. "Ya, kamu pulang duluan saja. Biar aku yang mengantar Jisoo pulang. Tidak mungkin Jisoo pulang sendirian dalam keadaan seperti ini."

"Tapi..." Ucapan Jihoon terputus. Sambungan telepon masuk. Ucapan Jihoon sebelumnya tepat. Soonyoung sudah menunggunya di depan. "Aish! Baiklah, aku pulang sekarang. Selamat ulang tahun, Jisoo. Kado dariku menyusul besok. Jun, ingat, jangan macam-macam meskipun Jisoo mabuk. Akan kupatahkan lehermu. Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

"Kamu bahkan terdengar lebih cerewet dibandingkan ibuku," kata Jisoo. Bangun. Tertawa. Mengucap salam perpisahan. Kini hanya Jisoo dan Jun yang ada di sana. Jisoo menjatuhkan kepalanya lagi. Namun kali ini di sandaran kursi. "Moon Junhui... Kepalaku pusing."

"Mau pulang sekarang?"

"No. Aku belum puas minum."

Jisoo mengambil gelas berikutnya. Dan Jun hanya bisa pasrah memperhatikan. Tentu saja ia ingin menghentikan tindakan Jisoo. Namun Jun juga tahu persis hal tersebut tidak akan mengurangi beban pikiran Jisoo. Cara terbaik sekarang hanyalah menunggu gadis itu merasa puas dan mengantarkannya pulang. Berharap Jisoo bisa jauh lebih baik di keesokan harinya.

Jun mengecek ponsel genggamnya. Jihoon baru saja mengirim foto yang sempat mereka ambil ke dalam grup chatting mereka bertiga. Sebelum mulai mabuk. Saat masih fokus dengan kue ulangtahun juga daging, sebagai pembuka perayaan. "Wah... Coba lihat, foto ini sangat bagus," Jun memamerkan layar ponselnya ke depan mata Jisoo. Pamer, karena memang ia sendiri yang mengambil gambar tersebut menggunakan ponsel genggam Jihoon.

Gadis Hong itu sedikit melebarkan kedua matanya. Ucapan Jun benar. Foto yang bagus. Jisoo pun segera mengecek ponsel genggamnya sendiri. "Kamu sama seperti Hao, ya. Pandai mengambil gambar."

Xu Minghao. Kekasih Moon Junhui. Sama-sama seorang perantauan asal Tiongkok. Bukan tanpa alasan kenapa gadis itu sampai mendapat pujian dari Jisoo soal keahliannya dalam mengambil gambar. Hao memang berprofesi sebagai fotografer. Tidak jarang Jun menemani Hao bekerja. Hanya saat weekend, tentu saja. Pasti karena itulah sedikit banyak keahlian memotret juga Jun dapatkan.

Oh! My Mama (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang