13. Sekarang Sudah Tidak

936 178 15
                                    

Lampu kediaman keluarga kecil Seokmin sudah terang benderang. Sebuah pertanda bahwa pemiliknya telah berada di dalam. Melihat Haeun melajukan langkah kedua kaki kecilnya, Jisoo tidak gencar mengikuti di belakang. Sayangnya anak itu belum cukup tinggi untuk menekan bel rumah. Membuat yang dewasa tertawa. Tanpa permisi Jisoo memeluknya dari belakang demi mengangkat tumbuh Haeun. Sampai anak itu puas menekan bel beberapa kali tanpa jeda.

"Wah... Sepertinya seru kali jalan-jalannya," sambut Seokmin. Sangat ceria. Berbanding terbalik dengan raut wajah Haeun yang malah terlihat datar. Tidak ada pertanda bahwa acara jalan-jalan mereka hari ini sungguhan menyenangkan seperti yang papanya sebutkan. Saking terlihat betenya, bahkan anak itu enggan menjawab sambutan sang papa. Malah langsung pergi masuk ke dalam kamar. Menutup pintu. Membuat Seokmin menghela napas. Cukup sampai di sini, ia sudah cukup mengerti. Proses pendekatan yang Jisoo lakukan hari ini belum mendapat perkembangan yang berarti. Tapi biarlah. Fokus Seokmin kali ini ditujukan sepenuhnya kepada si gadis. "Mau masuk dulu? Kita makan malam bersama."

"Kamu sudah masak?"

Seokmin menggelengkan kepalanya pelan. Bibir menukik ke bawah. Entah kenapa ia berada dalam mode manja hari ini. Mungkin efek terlalu lelah. "Baru sepuluh menit lalu aku tiba di rumah. Langsung tepar di atas sofa. Sepertinya sempat tertidur pula beberapa menit usai mengirimkan pesan kepadamu."

"Kasihan sekali pacarku ini..." kata Jisoo dengan nada meledek. Mengelus pipi kiri Seokmin. Tertawa. Menunjukkan bingkisan yang dibawanya. "Syukurlah kalau kamu belum masak. Ini, aku bawakan makan malam. Haeun sendiri yang memilihkan menunya. Kamu tidak perlu memikirkan kami. Kami sudah makan bersama tadi."

"Sungguh? Bagaimana?"

"Bagaimana apanya?" Jisoo malah balik bertanya.

Sekilas Seokmin melirik ke belakang. Dari sana ia bisa melihat pintu kamar Haeun yang tertutup rapat. Seokmin menarik tangan Jisoo agar duduk di sofa. Jarak mereka sangat dekat. "Apa Haeun sudah mau menerimamu?"

"Ya... Dia masih sama seperti kemarin." Jisoo menggaruk kepalanya sendiri. Bingung bagaimana harus menjelaskannya. Tidak ada perkembangan. Tidak ada kemajuan. Kecuali intimidasi Haeun tadi. Namun setidaknya, ia jadi tahu apa alasan Haeun menolak keras kehadirannya. Entah karena Haeun terlalu sering menonton drama orang dewasa. Atau karena ada sebab lainnya. "Tapi kurasa ini jauh lebih baik."

"Sekecil itu kah perkembangannya?" Seokmin ikut merasa lesu.

Jisoo baru ingat dengan kejadian di sekolah Haeun tadi. "Apa kamu mengawasi pergaulan Haeun di sekolah?"

Alis Seokmin terangkat naik. Menggelengkan kepalanya dengan ragu. "Tidak... Aku tidak pernah hadir saat acara pertemuan orangtua. Itu diadakan saat jam kerja. Mana bisa aku ikut. Lagipula isinya pasti ibu-ibu semua. Aku akan menjadi yang paling tampan di sana."

Mendengarnya, Jisoo jadi ikut ragu. Apalagi jika mengingat Haeun telah memperingatkan Jisoo agar tak ikut campur. "Saat menjemput Haeun tadi... Haeun diganggu oleh dua orang temannya."

"Sungguh? Apa yang mereka lakukan?"

Jisoo menggelengkan kepala tidak yakin. "Tapi kamu harus berjanji. Jangan katakan pada Haeun kalau informasi ini dariku. Kamu hanya perlu mengetatkan pengawasan pergaulan Haeun secara diam-diam." Melihat Seokmin mengangguk tanpa ragu, Jisoo melanjutkan kalimatnya. "Aku hanya sempat melihat mereka memojokkan Haeun ke tembok lalu menghalangi kaki Haeun sampai terjatuh."

"Aish! Apa yang terjadi?" Seokmin mengerang pelan.

"Tapi Seok," ucapan Jisoo tertahan. Ada satu topik lagi yang sebenarnya tidak kalah penting. Ucapan Haeun saat mereka berdua berada di restoran tadi. Tapi tidak mungkin ia mengatakan hal yang sama persis. Khawatir Seokmin akan marah besar dan memarahi Haeun. Situasi mereka malah bisa menjadi lebih dingin dibandingkan es batu. Jisoo harus pintar memilih kata yang tepat untuk menjelaskannya ke Seokmin. "Di umur Haeun yang sekarang, aku rasa dia telah tumbuh sangat dewasa. Entah karena tontonannya, atau karena apa yang terjadi tanpa sepengetahuanmu. Dia sangat menyayangimu. Sebaiknya kamu datangi dia, bilang kalau kamu juga sangat menyayanginya. Aku yakin hubungan kalian menjadi jauh lebih baik setelahnya."

Oh! My Mama (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang