19. Bangga Bertemu Denganmu

950 181 36
                                    

"Mama kenapa menangis?"

Tidak. Jisoo tidak sengaja. Sungguh tidak sadar kalau ternyata air matanya telah mengalir begitu saja di pipinya. Maka dari itu, dengan terburu-buru Jisoo menghapusnya. Menggelengkan kepala. Memeluk Haeun satu kali lagi. Tetap berusaha membantah meski sudah tertangkap basah. "Tidak... Mama hanya sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu, Sayang? Kamu makan dengan baik, kan? Semua teman di sekolah tidak ada lagi yang mengganggumu, kan?"

Haeun mengangguk. Namun membocorkan bagaimana berantakannya Seokmin sejak Jisoo pergi. "Aku baik-baik saja meskipun kuakui aku merindukan Mama. Tapi Papa tidak. Dia sudah seperti mayat hidup. Aku jadi takut. Khawatir Papa akan berubah menjadi zombie jika terlalu lama Mama tinggal. Jadi Mama harus cepat kembali supaya Papa bisa kembali menjadi manusia normal. Pekerjaan Mama di sini sudah selesai, kan? Ayo kita pulang!"

"Ini rumah Jisoo." Malah Ayah Jisoo yang menjawab.

Seokmin menelan ludah dengan susah payah. Sedikit menarik anak kesayangannya itu agar mundur. Berdiri tepat di sampingnya. Siap melindungi. Khawatir kedua orangtua Jisoo melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Meskipun Seokmin tahu, orangtua Jisoo tidak mungkin tega melakukan hal buruk kepada anak kecil seperti Haeun.

Kini kedua mata Haeun tertuju tepat kepada dua orang paruh baya di sana. Kening gadis kecil itu mengerut. Berusaha mengenali. Mungkin rekan kerja sang papa yang sudah pernah ia temui sebelumnya, atau mungkin kerabat jauh yang sudah lama tidak ia lihat. Namun hasilnya nihil. Haeun merasa tidak pernah bertemu mereka sebelumnya.

"Haeun-ah..." Jisoo berhasil mengambil alih perhatian Haeun. "Mereka orangtua Mama."

"Orangtua Mama?" tanya Haeun. Masih berusaha mencerna. Setelah berhasil menarik kesimpulan, Haeun melebarkan mata. Berkata 'oh!' dengan cukup nyaring. Melepas cengkraman tangan sang papa dari bahunya dengan cukup keras. Membuat Seokmin panik.

Tentu. Haeun masih belum tahu bagaimana peliknya kondisi hubungan papanya dengan wanita muda bernama Hong Jisoo. Sebab itulah, tanpa ragu Haeun mendatangi kedua orangtua Jisoo di sana. Bergantian. Meraih tangan mereka.

Haeun memperkenalkan diri. Seperti murid taman kanak-kanak yang diminta gurunya untuk memperkenalkan diri di depan kelas. "Berarti ini Kakek dan Nenekku, kan? Wah... Salam kenal! Aku Lee Haeun. Anaknya Papa Seokmin. Ibuku sudah meninggal saat aku masih berumur tiga bulan. Tapi sekarang aku sudah mendapatkan Mama. Aku sangat senang! Sekarang anggota keluargaku sudah lengkap. Sama seperti anggota keluarga teman-temanku di sekolah. Sepasang orangtua. Bahkan aku mendapatkan lebih, sekarang. Aku mendapat tiga pasang kakek dan nenek."

Karena badannya yang terlalu pendek, Haeun hanya bisa memeluk kedua kaki orangtua Jisoo. Ayah Jisoo terbujur kaku di tempat. Lain halnya dengan ibu Jisoo yang malah terlihat lebih bisa menerima. Tangan wanita paruh baya itu terulur untuk mengelus belakang kepala Haeun. Walaupun jika ditilik dari raut wajah, Jisoo tidak yakin apakah beliau benar sudah menerima Haeun atau malah sebaliknya.

Merasa cukup, juga masih takut dengan reaksi orangtua Jisoo, Seokmin kembali menarik tubuh anaknya. Lalu membungkukkan badan untuk meminta maaf atas tingkah Haeun yang sedikit lancang. "Sayang, kamu masuk ke dalam mobil dulu, ya. Tunggu di sana saja. Ada yang harus Papa dan Mama bicarakan."

Anak itu sedikit berontak. "Tapi aku masih ingin bicara dengan Mama."

"Tunggu di mobil dulu ya, Cantik," kini Jisoo yang membujuk gadis kecil itu.

Ajaib. Bahkan Haeun lebih menurut dengan ucapan Jisoo dibandingkan Seokmin yang statusnya sebagai orangtua kandungnya sendiri. Namun sebelum itu, lagi-lagi Haeun melakukan hal yang berada di luar perkiraan. Haeun mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ransel sekolahnya. Yakni dua batang cokelat. Masing-masing diberikannya kepada kedua orangtua Jisoo. "Kalau untuk Mama, nanti saja ya. Hari ini aku hanya punya dua. Nanti kalau Mama sudah kembali ke Seoul, aku akan membelikan cokelat banyak-banyak! Papa tidak usah. Papa sering sakit gigi."

Oh! My Mama (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang