12. Tidak Punya Banyak Uang

871 183 21
                                    

"Tidak bisa," kata Seokmin lagi di seberang sana. Yang tanpa Jisoo sadari, sosok pria itu terus-terusan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Juga berulang kali mengecek jam tangan. Lima belas menit lagi jam lima sore. Waktunya untuk menjemput Haeun pulang sekolah. "Aku akan menghubungi Soonyoung. Minta tolong dia untuk menjemput Haeun. Maaf ya, kita tidak bisa pulang bersama hari ini. Ini saja aku hanya izin keluar dari ruang rapat sebentar. Semua orang masih sibuk beradu argumen. Kepalaku pusing mendengarkan ocehan mereka."

"Eh jangan, biar aku saja."

"Kamu?"

Jisoo menganggukkan kepala dengan sangat antusias. Ini adalah kesempatan emas untuk melakukan pendekatan kepada Haeun. Tahu bahwa jawabannya tidak mungkin bisa Seokmin lihat, Jisoo menerangkan. "Biar aku saja yang menjemput Haeun hari ini. Nanti dia akan kuajak jalan-jalan dulu sebentar. Kalau rapatmu sudah selesai, beritahu aku. Haeun akan langsung kuantar pulang setelahnya."

"Soo... Kamu tahu sendiri kan kalau Haeun itu..."

"Tidak apa, Seok. Percaya padaku. Ya? Please..."

"Aku percaya padamu, Jisoo. Tapi tidak pada anakku sendiri. Dia sangat keras kepala jika itu menyangkut calon pengganti ibu. Dia sudah pernah melakukannya sebelumnya. Aku tidak mau dia menyakiti hatimu. Aku tidak mau kamu tinggalkan."

Aku tidak mau kamu tinggalkan. Ah... Bagaimana bisa pria tua seperti Seokmin bisa berkata manis seperti ini? Hati Jisoo jadi kembang kempis mendengarnya. "Aku tidak akan meninggalkanmu. Dan aku pasti berhasil merebut hati Haeun."

"Ceritakan padaku apa pun yang Haeun lakukan dan katakan. Janji?" Seokmin akhirnya mengalah. Toh memang tidak ada pilihan lain lagi. Ia harus segera kembali masuk ke ruang rapat. Sudah terlalu ditinggalkan. "Kuharap Haeun tidak menyakiti hatimu. Begitu rapat selesai akan langsung kuberitahu. Terima kasih, Sayang."

Sayang. Napas Jisoo tercekak. Begitu sambungan telepon mereka terputus, Jisoo melonjak seperti anak remaja yang baru pertama kali berpacaran. Tidak peduli dipandangi aneh oleh karyawan lain.

 Tidak peduli dipandangi aneh oleh karyawan lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti di depan, Pak." Jisoo terburu-buru keluar dari taksi usai memberi sejumlah uang kepada si supir. Bahkan tidak menyahut meski terus dipanggil karena masih ada kembaliannya. Gadis bermarga Hong itu hanya memberi instruksi melalui isyarat tangan. Tidak usah, untuk Bapak saja.

Turun dari taksi, yang Jisoo lakukan pertama kali adalah menarik tangan dua orang anak kecil seumuran Haeun agar mundur. Tidak kasar. Namun berhasil membuat kedua anak itu sangat terkejut. Tidak kalah terkejutnya, Haeun pun melebarkan kedua mata.

"Oh astaga... Kalian ini masih kecil, kenapa sudah berani menindas orang lain?" tanya Jisoo. Memang tidak nyaring. Malah terkesan bertanya tanpa perasaan marah. Akan tetapi, tentu saja membuat kedua anak yang tadi sempat ditarik tangannya itu semakin ketakutan. "Ada apa, hng? Beritahu aku apa salah Haeun kepada kalian. Kalau Haeun memang salah, biar aku yang memarahinya. Tapi jika Haeun tidak salah, aku akan melaporkan tindakan kalian ini ke pihak sekolah. Supaya kedua orangtua kalian tahu bagaimana kelakuan anaknya di sekolah."

Oh! My Mama (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang