15. Jisoo Pasti Kecewa

1K 171 28
                                    

Jisoo tidak ingat kemarin malam ia bermimpi apa. Entah mimpi buruk, atau mimpi indah. Atau mungkin lagi, malah tidak bermimpi sama sekali. Tapi dugaan Jisoo, kemarin malam adalah mimpi yang baik yang hadir dalam tidurnya. Sebagai bukti, coba dengarkan suara Haeun satu kali lagi.

"Mama, aku ingin membeli ini untuk temanku."

Mama. Mama. Mama. Mama! Aku dipanggil Mama! Jisoo menjerit dalam hatinya. Berbanding terbalik dengan raga Jisoo yang sudah mirip seperti mayat hidup. Sungguh. Jisoo benar-benar kehabisan kata-kata. Pikirannya melayang entah ke mana. Yang ada sekarang hanyalah raganya. Jiwanya telah pergi tanpa berpamitan. Tanpa menunjukkan tanda-tanda akan menyatu kembali.

Tidak juga mendapat tanggapan, Haeun memanggil Jisoo satu kali lagi. "Mama? Ada apa?"

"Ada apa tanyamu?" Nyawa Jisoo telah berhasil ditarik paksa oleh raganya. Memegang kedua pundak Haeun cukup kencang. Membuat anak itu sedikit terkejut. Sadar dengan tindakan refleks tersebut, buru-buru Jisoo berjongkok di hadapan Haeun. "Oh astaga, maafkan aku. Apa aku mengagetkanmu?"

Sedetik, dua detik, tiga detik, Haeun mengambil sikap diam. Jisoo gugup setengah mati. Jangan sampai Haeun menarik kembali panggilan mama darinya hanya gara-gara sikap bodoh Jisoo tadi. Saking gugupnya, Jisoo menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Kenapa Haeun tidak juga menjawab... Jerit Jisoo dalam hati.

Hampir hitungan semenit. Haeun tertawa. Tidak nyaring. Namun tentu berhasil menghangatkan hati Jisoo yang hampir saja beku akibat terlalu gugup. Gadis cilik itu menggelengkan kepala. Satu kali lagi mengangkat kalung berliontin bentuk hati ke depan mata Jisoo. "Aku ingin membeli ini untuk temanku."

Ah... Kenapa Seokmin dan Haeun begitu mirip? Sama-sama sangat pandai mempermainkan hati Jisoo. Jisoo menukik bibirnya ke bawah. "Kamu minta kubelikan toko mainan ini juga pasti akan kukabulkan. Pakai uangku sendiri, tenang saja. Aku tidak akan menyentuh uang Papamu."

Sekali lagi. Haeun tertawa. Beranjak sedikit dari tempat berdirinya tadi. Mengambil kotak kado yang ukurannya sangat pas untuk menyimpan kalung pilihannya. Berwarna merah muda. Sangat pas, karena warna merah muda merupakan warna kesukaan temannya. "Apa itu bayaran untuk panggilan mama?"

Jelas Jisoo menggelengkan kepala. Menangkup kedua pipi tembam Haeun. "Sebagai tanda terima kasih karena sudah mau memanggilku mama."

"Aku sudah punya ibu. Dan ibuku tidak akan pernah ada yang menggantikannya. Jadi aku memanggilmu Mama. Papa memintaku memanggilmu Bunda. Aku tidak mau! Itu terdengar sangat aneh."

Kini giliran Jisoo yang tertawa. Mengusap matanya yang hampir saja basah. Tidak sanggup menahan kebahagiaan. "Terserah kamu mau memanggilku apa. Tetap memanggilku tante pun tidak masalah. Kamu mau menerima kedatanganku saja aku sudah sangat bersyukur. Terima kasih banyak, ya. Aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian berdua."

"Mungkin tidak akan mengecewakan kami. Tapi aku yakin Papa akan mengecewakanmu."

Secara otomatis kening Jisoo mengerut dibuatnya. Mengajak Haeun mendatangi kursi yang memang disediakan khusus untuk para pengunjung. Topik Haeun sangat menarik untuk ia kulik jauh lebih dalam. "Apa maksudmu?"

Haeun tersenyum jahil. Akhirnya ia mempunyai tempat untuk berkeluh-kesah mengenai segala macam kebiasaan buruk papanya. "Papa itu sangat sulit dibangunkan. Aku sering memercikkan air ke wajahnya supaya mau bangun. Kadang suka mengorok, kalau sebelumnya kerja lembur. Dia ceroboh. Sering menumpahkan kuah sup, walaupun masakannya memang sangat enak. Wajahnya jelek jika baru bangun tidur. Sering merajuk kalau aku meminta izin menginap di rumah nenek. Suaranya sangat nyaring sampai terdengar ke halaman depan. Sering menangis saat menonton, padahal kami hanya menonton film kartun. Hobi terlambat pulang. Jadi aku wajib meneleponnya puluhan kali untuk minta dijemput."

Oh! My Mama (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang