14. Mama!

1.1K 200 44
                                    

"Ya... Masih masalah kemarin, Soo," kata Seokmin. Tersandar di kursinya. Tangan kanan memegang ponsel agar terus menempel di telinga, tangan kiri memijat-mijat sisi kepala yang berdenyut sedari tadi. "Hasil rapat kemarin, kami akan memakai planning A. Jadi aku bertemu klien hari ini dan memakai planning A. Klien tidak setuju, malah aku yang diomeli Seungcheol. Padahal bukan aku yang merencanakannya. Sejak awal aku memilih planning C. Tapi tidak ada yang menggubrisnya. Semua ribut milih planning A atau B. Aish... Menyebalkan sekali."

Seokmin menumpahkan semua kemarahan di sana. Tidak peduli pula akan terdengar oleh beberapa bawahannya akibat masih berada dalam satu ruangan meski dibatasi oleh sekat. Suara nyaring, seperti tidak ada orang lain di sana. Apalagi suara Seokmin memang sudah sangat nyaring meski hanya bicara biasa. Tanpa embel-embel marah, memaki, atau semacamnya.

Di seberang sana, terdengar suara tawa Jisoo. Halus, lembut, lebih sejuk dibandingkan AC yang tengah menyala langsung menghadap meja Seokmin. Curhat ke Jisoo memang pilihan yang sangat tepat. Katakanlah Seokmin bucin. Gelar itu sama sekali bukan masalah, walaupun umurnya sudah tidak lagi muda. Kenyataannya memang demikian. Mau bagaimana lagi? Dibantah pun akan percuma. Dilihat sekilas saja, sudah jelas Seokmin memang bucin. Meskipun tentu saja cara bucinnya berbeda dengan para remaja. Bucin Seokmin lebih ke... pandangan masa depan, mungkin? Sekarang, Seokmin semakin yakin untuk menikahi gadis itu. Ia butuh sosok Hong Jisoo untuk menemani masa-masa hidupnya yang masih tersisa.

"Jadi sekarang planning B yang dipakai?"

Seokmin mengangkat bahunya sekali. Memutar-mutar arah kursinya. "Belum tahu. Kali ini aku tidak akan diam saja. Aku akan coba meyakinkan kepala divisi lain untuk memakai planning C."

"Bagus sekali... Kamu benar-benar keren." Puji Jisoo. Pujian yang tanpa Jisoo sadari telah membuat Seokmin melayang jauh ke angkasa. "Kalau begitu kamu fokus kerja saja. Urusan Haeun, biar aku yang menjemputnya lagi hari ini."

"Tidak, tidak. Kita wajib pulang bersama hari ini. Aku akan menjemputmu, lalu kita menjemput Haeun bersama-sama."

"Kamu yakin?"

"Justru akan sangat berbahaya kalau aku tidak menjemput kalian."

"Kenapa bisa begitu?"

Seokmin tertawa sendiri. Melirik pintu masuk ruangannya. Aman. Sebisa mungkin Seokmin kali ini bicara dengan suara yang pelan. "Aku kangen. Kemarin tidak puas hanya bertemu sebentar."

"Tapi bukankah Haeun tidak memiliki ibu? Sebab itulah kenapa orangtuanya tidak pernah hadir setiap ada acara pertemuan orangtua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi bukankah Haeun tidak memiliki ibu? Sebab itulah kenapa orangtuanya tidak pernah hadir setiap ada acara pertemuan orangtua. Jadi yang kemarin itu siapa?"

"Apakah dia tantenya Haeun?"

"Entah. Tapi aku yakin dia adalah pacar baru papanya."

"Astaga... Apakah Haeun tidak takut akan disiksa ibu tiri?"

"Biarkan saja dia disiksa. Kemarin saja kami dimarahinya. Aku yakin Haeun bakal disiksa lebih kejam dibandingkan saat memarahi kami kemarin."

Oh! My Mama (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang