"Bundaa" Irish merengek memanggil sang Ibu yang tengah menonton televisi.
"Kenapa, kak?" Setelah Bunda menjawab, Irish ganti membaringkan tubuhnya di samping Bunda dengan paha wanita berusia empat puluhan itu sebagai bantalnya
Namira tersenyum, jika sudah mode manja seperti ini, pasti ada sesuatu yang anak sulungnya itu inginkan. Irish terbilang anak mandiri dan sangat jarang meminta hal-hal aneh, mengingat kedua orang tuanya yang dapat memberi barang-barang sesuai kemauannya.
"Irish mau bicara sama bunda, tapi bunda janji nggak boleh marah ya?"
"Tergantung, emang mau bicara apa?" Ia sedikit penasaran dengan apa yang akan di katakan anaknya
"Bun..."
"Ada apa sih, kak?" Namira kini memusatkan perhatiannya yang semula pada acara televisi jadi pada Irish.
"Bun, hidup berjalan seperti bajingan. Seperti landak yang tak punya teman"
"Kamu nih, bunda udah serius dengerin malah nyanyi" Bunda menepuk pelan tangan Irish yang melingkar di perutnya
"Hahaha, bunda serius banget, ih"
Namira memilih untuk kembali fokus pada acara yang sudah mulai ketimbang meladeni Irish yang kini bertingkah seperti anak kecil.
"Tapi, aku beneran mau bilang sesuatu sama bunda, sama ayah juga" Irish berkata demikian tepat saat Ayahnya baru saja bergabung di ruang keluarga
"Kenapa kok ayah di sebut-sebut?" Irish merubah posisinya menjadi duduk di antara Ayah dan Bundanya
Sebenarnya ia ingin bilang pada orangtuanya bahwa dirinya mau membatalkan pernikahan dengan Rean, tapi ia takut menambah beban Ayah dan Bunda
"Menurut ayah sama bunda, kesalahan pasangan yang nggak bisa di maafin itu apa?"
Kening Ayah mengerut, cukup bingung menjawab pertanyaan sang anak. Beda dengan Bunda yang langsung terkejut
"Kok kakak tiba-tiba nanya gitu, ada sesuatu?" Rasanya Irish ingin menangis sekarang juga, Bunda adalah orang pertama yang selalu peka dengan keadaan dan perasaan anaknya
Beberapa minggu ini, mungkin ia merasa sudah apik menyembunyikan masalahnya karena Bunda pun tidak terlihat curiga, tapi nyatanya sekarang Bunda tengah menatapnya dalam sembari mencari apa kiranya yang telah di sembunyikan.
"Nggak kok bun, Irish cuma nanya doang" bahkan ia tidak mampu menyembunyikan suaranya yang bergetar
"Kenapa sih, kak?" Bunda masih kekeuh mendapatkan jawaban jujur, sedangkan Ayah hanya memperhatikan, menunggu Irish berbicara.
Dulu, memiliki Irish sangatlah sulit. Ia dan sang istri baru mendapat kepercayaan dari Tuhan untuk menjaga putri pertamanya itu di usia pernikahan yang menginjak lima tahun. Memang keduanya menikah di usia muda, menjalani rumah tangga sembari menempuh pendidikan membuat mereka sepakat menunda setahun untuk memiliki keturunan.
Namun sepertinya Tuhan menegur mereka karena telah menunda dengan memberikan Irish di tahun kelima. Maka dari itu, setelah Irish lahir ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu membahagiakan istri beserta anaknya, meski ia harus mengorbankan segala yang dimilikinya.
"Kalau Irish batal nikah sama Rean, bunda sama ayah marah nggak?" Apa yang keduanya dengar dari mulut anaknya seperti petir yang tiba-tiba menyambar, mengejutkan.
Fahri -ayah Irish- mengulurkan kedua tangannya, memeluk anak sulungnya yang kini tengah terisak. Di susul dengan Namira yang ikut memeluk.
Sebanyak apapun pertanyaan yang ada di kepala orang tua itu, mereka tetap menunggu dengan sabar hingga Irish kembali tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
u n f a i r
RomanceIrish mencintai Rean, namun jika ternyata ia hanya 'Selingkuhan' jelas Irish harus meninggalkan lelaki itu sejauh-jauhnya, meski pada detik terakhir menjelang pernikahan. Dan karena itu pula, ia harus mengalami kecelakaan hingga membuatnya koma, yan...