Bab 01

219 34 110
                                    

Enam hari sudah Irish lalui, sejak kejadian hari itu Irish bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Bukan takut kehilangan Rean, ia takut akan melukai hati kedua orangtua dan keluarganya karena membatalkan acara pernikahan ini. Irish memilih untuk menyelesaikan masalah ini pelan-pelan, dan tidak ingin ada yang mengetahui.

Besok adalah hari pernikahannya, Irish ingin menangis, memeluk sang bunda dan mengatakan bahwa ia tidak mau menikahi Rean, tapi rasanya tidak mungkin. Ia jelas akan membuat bunda menangis karena hal itu. Lebih baik Irish tidur, ia yakin semua masalah akan ada solusinya.

。◕‿◕。

"Annyeong!" Irish mengedipkan matanya berkali-kali. Ia berada di mana?, Ini jelas bukan di Jakarta.

Irish mengedarkan pandangannya, mengabaikan gadis yang tadi menyapanya. "Irish kamu kenapa?"

"Gu- eh aku di mana?" Irish bertanya kepada gadis dengan mata sipit di depannya.

"Kamu di Korea, lupa ya kalau kita sedang liburan?"

HAH?, Kok bisa

"Yuk ikut aku, kita ke coex mall. Ini hari terakhir kita disini" gadis itu bersemangat mengajaknya beranjak, "aku mau beli merchandise idol ku di SMtown" imbuhnya lalu terkikik.

Irish tidak mengerti apa yang di dengarnya, namun ia tetap mengikuti gadis tadi berjalan. Ketika masuk di sebuah gedung, ia melihat banyak sekali foto selebriti korea yang sering dibicarakan adiknya. Ah, mereka semua terlihat mirip bagi Irish.

Fokus melihat-lihat, Irish baru menyadari bahwa gadis yang tadi membawanya kesini sudah tidak ada. Cukup panik, karena Irish tidak mengerti bahasa Korea sama sekali. Matanya mengedar, siapa tahu gadis itu masih di sekitarnya, tetapi nihil. Hingga tiba-tiba seseorang menabraknya, membuat Irish sedikit terpental.

"Joesonghamnida" ucap laki-laki dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya, tidak lupa topi hitam yang membuat Irish kesulitan melihat dengan jelas wajah pria itu.

Karena tidak mengerti dengan yang di ucapkan nya, Irish hanya diam dengan kernyitan di dahinya. Seakan paham, pria itu kembali mengulangi ucapannya dengan bahasa Inggris.

"Sorry," Irish kemudian mengangguk, sembari berdiri. Laki-laki itu terlihat gelisah karena mengamati sekitarnya, entah kenapa Irish justru menanyakan apa yang sedang di lakukan laki-laki itu sehingga terlihat panik.

"I'm hiding from the sasaeng. Can you help me?"  Jawab laki-laki itu

"Me? What kind of help?" Tanya Irish bingung, laki-laki itu kemudian mendekati sebuah ruangan kecil, seperti photo box, namun tidak berisi apapun.

"I'm gonna come in here, you're gonna have to block any women with cameras looking suspicious. Don't tell her there's someone here." Irish hanya mengangguk, meski banyak sekali pertanyaan didalam kepalanya.

Hingga beberapa saat, benar ada sekitar empat wanita dengan kamera menggantung di lehernya terlihat sedikit ricuh. Mereka bahkan seperti tidak melihat Irish di sana, jadi Irish tidak perlu bingung harus bagaimana. Tugasnya hanya diam di depan pintu, agar tidak ada yang curiga atau ingin masuk ke ruangan itu. Lagipula siapa yg mau masuk kedalam box sempit tanpa isi itu.

Setelah memastikan aman, Irish memanggil laki-laki tadi. "Thank you for helping me. In return, I'd want to take you somewhere. Just a little while, this could be a very important for you" ucap laki-laki itu, sembari membuka topi yang ia kenakan. Ah, Irish seperti mengenalnya, tapi siapa?

u n f a i rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang