How Could You? #2

1.2K 47 6
                                    

8 tahun hidup tanpa ayah. gak ada sosok laki-laki di deket gue. akibatnya, gue gak pernah tau rasanya cinta. Sampai pada suatu saat, ketika gue bertemu dia. Begini ceritanya...

Hari ini, hari pertama gue menjadi siswi SMA. Gak terlalu menyenangkan, karena gue punya firasat akan dikelilingi sekelompok manusia alay, rajin narsis dan mereka-mereka yang gila jatuh cinta. Iuh, menjijikan.

Gue gak terlalu menginginkan banyak teman di sekolah ini. Setidaknya gue punya teman yang gak alay dan menjijikan kayak mereka. Agak absurd sih. Soalnya, temen yang gue punya sekarang cuma 1. dan itupun laki-laki. Emang dasar gue yang kuper kali.

Oke. Jadi nama temen gue ini : Rio Sebastian. Panggilannya : Rio atau congek. kenapa congek? ya kenapa lagi kalau bukan telinganya yang gak dipake dengan baik. Untuk manggil cecurut satu ini, harus mengeluarkan tenaga yang banyak dan dibutuhkan 20,5 oktav suara. Keren kan? Oke. itu sedikit perkenalan temen gue.

Awal kami berteman itu pas mos. iya, Mos (hari-hari dimana lo ditawan senior songong yang bringas, seneng menindas dan tertawa di atas penderitaan orang). waktu itu kita berdua sekelompok.

Pernah suatu kali, salah seorang senior ngerjain gue. dia nyuruh gue buat goyang di tengan lapangan. Jujur, gue maki di dalam hati abis-abisan. Apa sih konsep MOS sebenarnya? Gak pernah diajarin tentang HAM? Gue nolak saat itu (dan itu berarti gue buat masalah sama kakak senior). Namanya Kak Shinta. Njir, modelnya sih kayak cabe. Make-up nya tebel banget. Rambutnya diwarnai jadi putih campur kuning (jadi mirip ketek diparfumin terus keringetan dan jadi kuning-kuning).

Dia manggil pacarnya waktu itu. Kak Ronald. Kalo yang ini sih kayak terong. Make anting item di telinga kirinya. Tatonya keliatan di punggung sampai leher (Gila, SMA aja begini, gedenya gimana?) dan di kantongnya ada bungkua rokok. Cowo macam apa ini.

Mereka berdua narik gue dari barisan ke tengah lapangan. Gue keringat dingin. Gue mau diapain?

Dari kejauhan, gue liat Rio lari ke belakang (mungkin mau ke toilet). gue makin gugup. gak ada yang mau bela gue (yaeyalah, gue gak ada temen). Gue mau diapain juga paling kagak ada yang peduli.

"nggggggggg........" tiba-tiba suara mic berbunyi dari podium. Semua pandangan sekarang (yang tadinya semua ngeliat gue) tertuju ke arah podium. Itu Rio. Ngapain dia disana?

"Tes satu... tes...tes" sahutnya.

"Oke, boleh minta waktunya sebentar?" lanjutnya.

"Jadi daritadi lo semua udah ngeliat perlakuan gak terpelajar dari dua kakak senior kita. Bukannya mau ngancam, tapi tadi gue udah rekam semuanya dari awal.." semuanya diam. termasuk gue dan cabe terong yang lagi di sisi gue.

"Pesan ini untuk semua pengurus MOS yang bertanggung jawab.. Kalau lo pada berani gangguin cewe disana dan siapapun junior yang ada disini, gue gak segan-segan mengekspos video ini ke kepala sekolah dan sosmed. Gue mau ngasihtau ke semua orang kalau sekolah yang dinilai berstandar tinggi ini ternyata rendahan..." GILA!

"Gue gak ngerti sama konsep MOS disini. Senior otaknya kagak dipake. Nyiksa junior supaya dinilai keren dan killer. Nyatanya lo semua masih minta duit ama orang tua kan? Cih, cemen." BENER-BENER NIH ORANG

salah satu senior mulai angkat bicara.

"Dek, lo siapa berani ngomong gitu sama kita?"

Rio senyum. "Gue? Bukan siapa-siapa."

Beberapa senior sudah bersiap-siap mau gebukin Rio. Keadaan semakin ricuh.

"Kalau lo semua pengen unjuk skill berantem, silahkan" jawabnya santai

Kejadian itu berakhir dengan babak belurnya wajah Rio (bahkan bibirnya luka dipenuhi darah). Dari jauh gue ngeliat ada sesuatu yang beda terpancar dari wajahnya. Ada sesuatu yang abu-abu nutupin mata gue. gak jelas apaan, tapi pandangan itu benar-benar mengganggu. Untunglah, hari itu menjadi hari terakhir sekaligus penutupan MOS tahun ini. Jadi Rio gak harus nerima tonjokan dari senior lagi. Tapi gue khawatir kalau senior-senior  itu nyimpen dendam sama Rio. gue bergidik.

Dia tiba-tiba ngehampirin gue (dengan keadannya masih penuh darah). Gue kasian, tapi gue juga gak mau terlalu deket sama orang asing.

Dia tiba-tiba pingsan dan refleks gue megang dia supaya gak jatuh terlalu keras ke tanah. Disitu gue tau, dia orang baik. He's trying to save me.

How Could You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang