kinda spicy🔥
Jeno bisa saja memberitahu lebih awal, ia tidak menduga bahwa sang Mama bersedia untuk hadir di acara sekolahnya. Ia tak tahu atas dasar apa Nuansa hendak pergi, mengingat kondisi wanita itu yang masih enggan bertemu dunia luar.
Meski begitu, Jeno sangat antusias, bahkan bersemangat daripada biasanya. Pertunjukkan resital piano dari beberapa guru dan beberapa siswa akan dimulai. Ini menjadi kali kedua, Jeno menjadi salah satu siswa yang di percayakan untuk membawakan salah satu karya ciptaan gurunya, ia tak sabaran bahkan siap melangkahi beberapa pengajarnya untuk tampil lebih depan.
"Your mommy looks so beautiful, Jeno..." Jeno tersentak, dengan refleks segera menutup tirai panggung dan menoleh ke belakang.
"She's the one wearing that black dress, right?" tanya perempuan itu seraya menatap jejak pandang Jeno.
"Eum..." Jeno mengangguk, "She's my Mama, Miss, not Mommy," tegasnya.
Guru muda itu terkekeh,"Memangnya beda?" tanyanya sembari merapikan bowtie yang Jeno kenakan.
"She's better than her." Jeno berdecit pelan, membuat Miss Shannon mengernyit halus. Kernyitan itu berganti senyum ketika menatap Jeno, tak hanya bibir, matanya juga seolah tersenyum dengan baik.
Miss Shannon menepuk pundak Jeno, "Let's amaze everyone, best wishes for you, Jeno." Jeno tersenyum manis, lalu setelah perempuan itu menjauh ia kembali mencuri pandang pada Nuansa.
Dengan kehadiran Yuno di sisi Nuansa, Jeno merasa semuanya akan sempurna. Namun, Jeno tak pernah berharap lebih akan kehadiran Yuno di tiap kesempatan yang melibatkan orang tua di sekolahnya. Ketimbang sang Papa, Juna lebih sering menjadi walinya.
Dari sudut Nuansa. Semua yang ada di sekitarnya terasa asing, ia juga tak begitu menikmati penampilan yang sedang berlangsung di depannya saat ini.
"Nuansa Ganendra?"
Seorang perempuan mengambil tempat di sebelahnya, Nuansa tersenyum dengan tanda tanya besar di raut wajahnya.
"Remember me? Kita pernah ketemu di acara pernikahan kamu." Nuansa jelas tidak mengingatnya, namun ia bisa menebak siapa perempuan dewasa yang berada di sebelahnya saat ini. Antara kerabat atau kolega dari keluarga Daniswara, sebab ia tak kenal perempuan itu, maka dia bukanlah dari pihaknya.
"I'm Dara, Sena Danuarta's wife." Sejujurnya, Nuansa tetap saja tak kenal perempuan itu, walau ia sudah memperkenalkan diri, Nuansa hanya tersenyum canggung membalasnya.
"Sena is your husband's cousin, but from a different klan," jelas Dara.
"O—oh, nice to meet you, Dara," balas Nuansa, ia kembali menatap depan, dari senyumnya Nuansa bisa menerka bahwa Dara bukan orang yang baik, bahkan tak menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Daniswara's
Fanfiction[18+] Menyandang klan Daniswara, tentu tak mudah. Pengawasan ajudan sang Ayah terhadap dirinya tak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan pengawasan ketat yang ditugaskan oleh muasal Daniswara terhadap diri Nuansa. Banyak tuntutan dan banyak sika...