Orang Gabut

10.8K 1.2K 95
                                    

Daffin pulang ke kosannya sekitar pukul lima sore, dengan perut kenyang dan seragam yang sedikit kusut, Daffin memarkirkan Luna di garasi kosan. Hari ini terasa begitu melelahkan bagi Daffin, terlebih lagi nanti malam Daffin harus ke rumah Indra.

Begitu masuk ke dalam kamar kost nya, Daffin melempar asal ranselnya lupakan tentang sepatu yang masih melekat di kakinya, Daffin membanting diri ke atas kasur dalam keadaan tengkurap.

Begitu kedua netranya terpejam Daffin malah mengingat kejadian ketika ia salah mengira orang di depan sekolah itu adalah Indra.

Dia mengacak rambutnya frustasi, "Gila malu-maluin bet dah gua, jangan sampe gua ketemu tu orang lagi. Mau taro dimana muka ganteng gua?"

Masih asik dengan rebahan santainya, Daffin merogoh saku celana dan mengeluarkan handphone. Di tekannya beberapa password untuk membuka layar kunci, lalu di tekannya sebuah nomor yang tersemat paling atas.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat_"

Tut...

Daffin tersenyum sendu. Yah seharusnya Daffin mengerti jika percuma saja ia menghubungi nomor tersebut, karena tidak akan pernah tersambung. Entah karena nomornya yang sudah berganti atau apa pun itu yang membuat panggilan nya tidak pernah tersambung.

Biarkan saja Daffin menutupi kenyataan, ia hanya ingin ada alasan atas kehadirannya di dunia ini. Sang Ibunda.

Tidak ingin bersedih-sedih akan nasibnya, Daffin memutuskan untuk membersihkan diri, namun ia ingat jika luna sudah lama tidak pernah di mandikan, jadilah Daffin memutuskan untuk memandikan luna terlebih dahulu.

Daffin melepaskan seragamnya hingga menyisakan celana boxer pendek dengan motif garis merah dan bintang dengan warna biru sebagai latar. Juga kaos tipis berwarna hitam tanpa motif.

Daffin keluar dari kamar mandi sembari menenteng sebuah ember kecil dan spon di dalamnya.

Suasana kosan masih terlihat sepi, yah karena kebanyakan yang tinggal di sana adalah orang-orang yang sudah bekerja, bisa di bilang Daffin adalah yang paling kecil di antara teman-teman kosannya.

Sedikit kecewa karena tidak ada seorang pun yang seumuran dengannya hingga terkadang Daffin merasa jika ia adalah si bungsu yang tidak pernah di lupakan jika para abangnya gajian. Hah, mengingat para abangnya Daffin jadi tidak sabar menunggu awal bulan, hehehe.

Sudahlah sekarang lebih baik Daffin memandikan luna, "Luna jangan nakal, ayo lepas bajunya sendiri," monolog Daffin di depan sepeda motornya.

Daffin mengambil selang air yang biasa di pakai untuk mencuci sepeda motor, di putarnya keran air tersebut hingga mengalirkan air.

Dengan penuh kelembutan Daffin membasahi luna, hm maksud nya membasahi sepeda motornya, begitu di rasa cukup Daffin menyobek sebuah sampo motor dan memasukkan nya kedalam ember. Baru setelah itu Daffin menggosok body motornya.

Kegiatan membersihkan sepeda motornya harus terhenti karena pemilik kosan berteriak memanggil nama Daffin beberapa kali.

Tanpa pikir panjang Daffin bangkit dan menghampiri pemilik kosan, "Kenapa Bah?" tanya Daffin.

Dapat Daffin lihat jika terdapat seorang lelaki yang sempat ia temui sore hari kini berdiri di depannya.

"Ini ada yang mau ketemu sama kamu, kalo gitu Abah ke warung dulu," ucap si pemilik kosan.

Daffin masih diam di tempatnya, ia masih mengira-ngira apakah kali ini Daffin mendapat masalah hanya karena salah orang?

"Ikut abang."

Daffin mengerutkan keningnya, "Hah lu sapa si anjir, gua kan udah minta maaf lagian gua juga kagak sengaja."

"Saya Sean, abang kamu."

"What the save? Lu sindikat penjualan anak di bawah umur ya?"

Sean tersenyum dan mengusak surai Daffin, "Saya memang abang mu."

"Ih gak mau gak seka gelay," Daffin berucap sembari menyingkirkan tangan Sean di rambutnya. "Kalo lu gabut terus lagi ngonten mending cari yang lain aja, gua orang sibuk."

Daffin melangkahkan meninggalkan Sean karena di rasa jika urusannya dengan lelaki yang satu itu selesai. Namun lengannya langsung di cekal oleh dua orang pria dewasa dengan pakaian formal seperti seorang bodyguard

"Woi lu gila ya, lepasin gua anjim!" teriak Daffin.

"Bawa masuk."

"Woi lah! Bang! Abah! Gua mau di jual," Daffin berteriak tidak karuan.

"Tidak ada yang akan menjualmu, jadi diam dan nurut dengan abang, Gazel."

Beruntunglah pemilik kosan (Abah) datang dengan terponggoh-ponggoh menghampiri Daffin yang berteriak histeris, "Heh, mau di bawa kemana si Daffin," ujar Abah dengan logat sundanya.

"Abah, hiks, Daffin mau di culik."

Mendengar keributan di depan gerbang kosan membuat beberapa penghuni kos yang sudah datang berdatangan menghampiri sumber keributan.

"Maaf sebelumnya Pak, saya adalah kakak dari Gazel maksud saya Daffin. Saya adalah saudara kandungnya," jelas Sean.

"Bohong, jangan percaya. Mereka penculik Bah, Bang."

"Sebaiknya kamu pergi dari sini, banyak orang yang ingin beristirahat, lagi pula sudah akan magrib. Jika memang Daffin adik kamu, bawa juga bukti dan ajak serta orang tua mu, nak," ujar Abah.

Tapi Sean masih bersikukuh jika Daffin adalah adiknya, "Dia memang adik saya pak, karena itu adalah kenyataan nya."

"Lu kagak denger ya? Pergi dari sini dan lepaskan Daffin, apa perlu gua panggil polisi biar lu cabut dari sini?" ujar salah satu penghuni kosan.

"Abang, hiks, lepasin Daffin, hiks."

Sean yang melihat Daffin menangis tersedu-sedu akhirnya mengisyaratkan kedua bodyguard nya untuk melepaskan Daffin, begitu terlepas Daffin langsung berlari memeluk salah satu penghuni kosan yang jaraknya dekat dengan Daffin.

Di tariknya Daffin dalam pelukan, "Stt gak papah sekarang ada abang."

Abah mendekat ke arah Daffin lalu mengusap rambut legam Daffin dengan penuh kelembutan, "Nak Sean sebaiknya pulang, tidak enak jika para warga sekitar sampai ikut campur dan menyeret masalah ini lebih jauh."

Dengan tarikan nafas dalam Sean menganggukkan kepalanya, "Baiklah, saya akan kembali lagi untuk menjemput Daffin."

Mendengar penuturan Sean membuat Daffin mengeratkan pelukannya.

"Bang Daffin gak mau pergi," lirih Daffin.

"Tak apa, Daffin tenang saja karena Daffin tidak akan pergi kemana-mana," ucap Abah mencoba untuk menenangkan Daffin.

Daffin jadi penasaran segabut apa hidupnya orang bernama Sean itu, hingga menunjuk Daffin sebagai adiknya. Hm, jangan-jangan cuma buat ngonten. Kuker sekali abang Sean ini tapi kok ganteng ya.

Dah ah Daffin mau andukin si luna aja kasian dari tadi Daffin tinggal sendirian, mana belum di bilas lagi.

°°°°°°

Ciee yang nunggu Daffin up.

Hehehe maap yah, aku banyak urusan jadi baru bisa ngetik malem.

Makasih yang udah nunggu dan selalu stay with Daffin.

Pstt jangan lupa
👇(🤗)

DaffinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang