Pulang

11.5K 1.1K 38
                                    

"Lepasin gua, anjim." Daffin memberontak dalam genggaman dua orang bodyguard yang berada di sampingnya.

"Abah, Daffin minta maaf karena sering boros air, lupa matiin lampu kamar, lupa bayar uang kos. Daffin gak janji gak akan kaya gitu lagi, tapi jangan jual Daffin sama mereka," mohon Daffin.

"Siapa yang mau jual kamu? Mereka itu memang keluarga mu nak, percaya sama Abah mereka bukan orang jahat," ujar Abah.

"Daffin masih punya keluarga Abah, ya meski mereka gak di sini. Tapi Daffin masih punya orang tua."

"Mereka bukan orang tua kandungmu," ujar Sean dengan santainya.

Deg

"Jangan sotoy jadi orang, tau apa lu tentang kelurga gua? Lagian so ngartis bener pake nyewa bodyguard segala," ujar Daffin di sertai senyuman sinis, "lepasin ga anjing, sakit tolol!" sentak Daffin.

"Daffin/Gazel"

"Serah kalian mau anggep gua apa, anak ke, ade ke, babu ke, gua udah ga peduli," Daffin terus memberontak, "lepasin anjing."

Sean yang berjalan di depan menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri Daffin lalu  mencengkram keras dagunya hingga Daffin meringis, "Jaga ucapanmu, jika tidak ingin Abang robek mulutmu."

"Sean, lepaskan Gazel," Saga yang berjalan di belakang Daffin dengan segera menghampiri keduanya dan menyingkirkan tangan Sean di dagu Daffin.

"Sean kontrol emosimu, Dad membesarkan mu bukan untuk melukai keluarga mu sendiri," ujar Saga sembari menatap tajam pada Sean.

"Ck, aku tidak bisa mendengar dia terus berkata kasar Dad. Lihat saja, siapa pun yang sudah mengajarkan Gazel untuk berani berkata kasar, aku akan merobek mulutnya."

Daffin meringis, entah ngilu karena dagunya atau karena membayangkan ucapan Sean. Saga yang mendengar Daffin meringis segera mengambil alih tubuh Daffin dari dua bodyguard yang sedari tadi menyegel pergerakan Daffin.

"Kita obati di rumah, hm," ujar Saga sembari menggendong Daffin seperti koala.

"Eh, om mau ngapain, turunin Daffin," berontak Daffin.

"Sttt... jangan bergerak nanti kamu jatuh, baby."

"Dih najis, baby, baby. Gua udah gede ya om, bukan bayi lagi." Saga terkekeh namun enggan menuruti permintaan Daffin.

Daffin terus saja memberontak minta di turunkan, tapi Saga mana peduli, ia masih kuat menahan beban tubuh Daffin dan lagi Saga rindu menggendong Daffin, terakhir kali ia menggendong Daffin sekitar 16 tahun lalu, tentu saja Saga amat sangat merindukan putra bungsunya itu.

Merasa usahanya sia-sia akhirnya Daffin pasrah bahkan membenamkan wajahnya di ceruk leher Saga, "turun, turunin Daffin," gumam Daffin dengan suara yang teredam. Saga mengusap punggung Daffin sembari mencoba memberi kenyamanan. Dan benar saja hanya dalam hitungan detik, Daffin sudah mendengkur halus dalam gendongan Saga.

Pintu mobil terbuka, Saga terlebih dahulu masuk dengan Daffin yang masih dalam gendongan, mengucapkan terimakasih dan maaf pada Abah begitu juga dengan Sean.

Setelahnya mobil mereka melaju meninggalkan kosan dan Abah seorang diri, "Semoga nak Daffin lebih bahagia bersama mereka," monolog Abah.

.
.
.
.
.
.

Daffin terbangun begitu Saga hendak keluar dari mobil, ia mengedipkan matanya beberapa kali, "Tidur lagi saja jika masih mengantuk," perintah Saga.

Daffin mendongak, "Om siapa?"

Saga hanya tersenyum dan menarik kembali kepala Daffin agar bersandar di dadanya. Daffin yang masih mengumpulkan kesadarannya, hanya bisa menuruti apa yang di lakukan oleh Saga.

DaffinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang