Konsekuensi

7.4K 785 46
                                    

Srekk... srekk...

"Sebelah sana masih kotor, itu juga daunnya gak ke ambil, tuh terbang lagi kan."

"Berisik deh bang, dari tadi nyerocos mulu, nyebur kolam baru nyaho."

"Abang cuma ngasih tau dek."

Saat ini baik Sean maupun Daffin tengah sibuk dengan hukuman yang di berikan oleh kakek mereka, membersihkan halaman samping dan belakang rumah.

Cukup melelahkan memang, tapi telinganya jauh lebih lelah karena mendengar Sean yang terus berbicara dan mengoreksi semua yang Daffin lakukan, ke sana lah, ke sini lah, masih kotor lah. Hah menglelah.

Tak

Daffin melempar sapunya ke tanah. "Lu aja dah yang nyapu, gua yang bersihin kolam."

"Gak bisa, enak aja. Beresin dulu yang di situ."

Tanpa peduli Daffin berjalan menghampiri Sean, "Ngalah dikit napa jadi abang," ucapnya sembari merebut sebuah jaring kolam renang yang biasa di gunakan untuk membersihkan sampah daun di kolam renang.

Sean langsung mendelik dan menatap tidak suka pada Daffin.

"Apa? Sayang sama Daffin gak? Kalo sayang ngalah, kalo gak sayang Daffin bilangin Dady sama Kakek."

Sean menyunggingkan seutas senyuman, lalu mengusak surai Daffin dan melenggang pergi meninggalkan Daffin. Sean mengambil sapu yang di lempar Daffin kemudian mulai menyapu halaman yang masih terlihat kotor.

Daffin tersenyum kegirangan melihat Sean, "Nah, kan ganteng kalo nyapu gitu."

Sean tidak menanggapi ocehan tidak penting Daffin, ia hanya fokus menyapu halaman. Hingga Daffin kembali bersuara di tempatnya, "Tau ga bang tadi Daffin kira kakek bakal ngecambuk kita berdua terus di hukum gak makan selama seminggu, terus nanti kit_"

"Jangan mikir yang aneh-aneh dek, itu kekerasan namanya harus di laporin, ini Indonesia kita ga bisa seenaknya bertingkah."

"Emang di luar negri boleh enak-enak ya bang?"

"Nggak gitu juga," jelas Sean.

"Terus gimana?"

"Besok kita keluar negeri biar kamu rasain sendiri gimana rasanya."

"Lah keluar negeri berasa ke rt sebelah, gampang bener kalo ngomong lu bang." Tentu saja Daffin keheranan ia belum pernah keluar negeri dan setau Daffin keluar negri itu cukup ribet, banyak yang harus di siapkan seperti pasport dan lain lain. Sementara Sean dengan entengnya mengajak Daffin keluar negeri besok? What?!

"Nggak deh makasih."

"Kenapa? Dady juga pasti ngizinin ko."

"Besok sekolah bang, absen Daffin udah banyak yang bolong. Lagian minggu depan juga udah mulai persiapan buat ujian kenaikan kelas," jelas Daffin.

"Bagus, liburan nanti kita ke luar negri."

"Nyenyenye, serah dah bang," pasrah Daffin.

Keadaan tiba-tiba terasa sunyi, Sean yang sebelumnya banyak bicara kini hanya diam fokus membersihkan sampah dedaunan. Daffin sendiri pun hanya diam, tidak tahu apa yang harus ia bicarakan.

Hingga ia teringat pesan sahabatnya kemarin malam, Daffin melempar sembarangan jaring kolam dan berlari memasuki rumah.

"Daffin!" teriak Sean.

Daffin menghiraukan panggilan Sean meski ia mendengar dengan jelas teriakan kakaknya tersebut. Oh ayolah Daffin lupa jika sore hari ini ia sudah berjanji untuk bertemu dengan Bagas.

DaffinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang