Bantara
Nara menutup novelnya. Libur sekolah sudah datang sejak seminggu lalu. Tidak seperti tahun lalu jika libur tiba dia akan berlibur. Kali ini ia lebih memilih menikmati libur di rumah.
Nara beranjak dari kasur untuk mengambil ponselnya yang tengah diisi daya sejak sejam yang lalu. Saat layar hidup, Nara disambut dengan foto perayaan terbitnya novel Nara. Sekaligus pengakuan Delon yang
menggemparkan semua orang saat itu.Nara tertawa melihat ekspresi-ekspresi lucu yang diabadikan itu. Kadang ada saat dimana dia merenung sendiri di kamar. Dirinya masih antara percaya dan tidak karna telah berhasil bertahan sampai tahap ini. Bohong kalau Nara sudah merasa puas. Karena faktanya manusia tidak pernah cepat puas pada suatu hal dan itu juga berlaku pada Nara.
Sekarang Nara semakin giat menulis. Baahkan terkadang di hari libur dia berhasil menulis sebanyak 10.000 kata sehari. Kadang lelah, tapi tidak terasa ketika pembaca setianya selalu mendukung dalam bentuk apapun.
Nara membuka aplikasi tempatnya menulis. Sudah banyak notifikasi yang masuk. Hari ini sudah pukul tiga sore. Dan Nara punya jadwal untuk menulis. Lantas jarinya pun mulai menari-nari di atas keyboard untuk melanjutkan tulisannya.
Namun, belum lama menulis, pintu tiba-tiba terbuka dan tampaklah Tata dengan baju tidurnya. “Ada bang Bara sama yang lain di bawah.”
“Mau ngapain?”
“Ya, mana gue tahu,” balasnya lalu menutup pintu.
Nara mau tak mau menghentikan kegiatannya lalu turun ke bawah. Di sana sudah ada formasi yang kurang lengkap sedang duduk dan berbincang di ruang tamu. “Ada apa gerangan?”
Lita langsung menyerbu Nara dengan cubitan di lengan gadis itu. “Gue tebak lo pasti baca novel seharian sampai gak buka chat, kan?”
Nara meringis sambil mengusap lengannya. “Kenapa emangnya?”
Gadis itu duduk di samping Bara yang kebetulan kosong. “Hari ini Delon ngajak kita nonton dia final game. Kamu dihubungi dari tadi susah,” jelas Bara sambil memainkan rambut pacarnya.
“Maaf-maaf novelnya seru parah, sih. Jadi gak bisa kalau gak dibaca.”
Lita beranjak dan menarik Nara berdiri. “Cepetan ganti baju.”
__
“Udah siap semua?”
Nara mengangguk. “Eh, tapi Mela, Devi sama Bima?”
“Oh mereka berangkat duluan tadi. Biasalah, Devi tukang dokumentasi harus datang duluan.”
“Kalau Arelia?”
“Nemenin si Delon, lah. Delon makin bucin gak bisa ditinggal semenit doang, Nar asal lo tahu,” kata Altair jujur. Memang benar, Seon yang sedingin kulkas sekarang sudah berubah. Ia menjadi sosok yang apa-apa selaku Arelia. Rasa sukanya setinggi langit sampai-sampai Arelia sekarang malah keheranan dengan sikap Delon.
“Ya, udah cepean berangkat.”
Bara melemparkan kunci mobilnya pada Altair. “Lo yang bawa.”
Di dalam mobil, posisinya adalah Bara dan Altair di depan, sedangkan Nara dan Lita di jok tengah. Tadinya Bara mau duduk di belakang tapi, berkat hasutan Lita mau tidak mau dia harus duduk menemani Altair.
Selama perjalanan keadaan sangat hening. Setiap orang sibuk dengan ponselnya masing-masing. Sedangkan Altair fokus menyetir. Hanya bunyi keyboard laptop Lita dan Nara yang menghiasi perjalanan mereka.
Keduanya fokus menulis. Merantai kata demi kata menjadi kalimat yang sempurna. Baik Nara maupun Lita, keduanya hanyut dalam tulisannya masing-masing. Memainkan plot dan dialog berbalut imajinasi. Menyelipkan suasana yang diinginkan mereka sesuai dengan rangkaian peristiwa masing-masing kisah.
Benar-benar terpatri dalam kisah yang dibuat sedemikian rupa.
“Kepala gue pusing nulis sambil jalan,” ujar Lita. Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri untuk merenggangkan lehernya.
“Sama, sih gue juga. Berhenti aja, Ta.” Lita mengiyakan. Keduanya bersiap menutup aplikasi.
Nara juga berhenti. Mereka belum terbiasa menulis di dalam mobil. Tidak apalah satu hari tidak memperbarui cerita. Ini juga karna keadaan mendesak, pikirnya.
Hanya saja sebelum menutup laptopnya, Nara juga sudah meninggalkanbsebuah pesan yang bisa dibaca oleh seluruh pengikutnya.
Halo. Ini Xxdrig, maaf ya hari ini belum bisa update. Dikarenakan ada urusaan dadakan. Semoga kalian bisa ngerti, ya. Thank you.
Nara menatap jalanan. Teringat lagi dengan momen-momen dulu. Senang rasanya bisa berdiri tegak setelah semua yang terjadi. Berhasil mewujudkan mimpi, bertemu teman-teman yang solid, mendapat pengalaman, dan tentunya bisa menjalin hubungan kembali dengan orang yang menemani Altair di jok paling depan.
Nara tersenyum lebar. Semua perjuangannya selama ini terbayar sudah. Tidak ada lagi perpecahan, tidak ada lagi perselisihan. Setidaknya untuk saat ini saja. Ke depannya biarlah masih menjadi rahasia semesta tentang dirinya dan orang sekitarnya.
“Thank you, guys,” celetuk Nara yang menyita perhatian mereka.
“Buat?” tanya Altair yang membagi fokusnya antara menyetir dan mengobrol.
“Buat kehadiran kalian yang udah merubah banyak hal dalam satu tahun.”
Bisa karna terbiasa. Terbiasa menjadi luar biasa. Sesuatu yang diperjuangkan pasti menemukan titik keberhasilan. Walau jatuh, bangkit lagi. Dengan jatuh dan bangkit lagi, kita akan menjadi orang yang selangkah lebih dekat pada keberhasilan.
Takdirmu bukan tergantung pada apa yang bisa dilakukan. Tapi tentang pilihan yang dimantapkan. Salam buat kamu, yang memperjuangkan pilihan walau mendapat banyak ancaman.
BANTARA
KAMU SEDANG MEMBACA
BANTARA (NEW VERSION)
Teen Fiction[TAMAT] Ini bukan kisah penuh romansa dengan bumbu yang menggetarkan dada, juga bukan fantasi hebat yang menyemburkan pengalaman paling indah. Tapi ini hanya tuangan kisah dalam ruangan rahasia seorang Nara. Nara itu seorang penulis. Namun, ia berhe...