"Mulai hari ini, semua yang salah akan diperbaiki. Semoga saja, takdir berpihak pada hati."
Aldebaran Raksa Gideon
-BANTARA-"Lo tuh apa-apaan, sih?"
Nara berkacak pinggang setelah keluar dari majelis guru. Orang yang memberitahukan bahwa ia seorang penulis adalah Bara. Ya, selepas meninggalkan taman Bara langsung mendatangi bu Susi dan mengatakan bahwa Nara bagus untuk diikutsertakan dalam lomba itu.
"Kan lo emang suka nulis" balas Bara santai.
"Iya, gue suka. Tapi gue lagi gak bisa nulis. Tahu gak lo?"
"Enggak tuh."
"Hih! Lo tuh, ya dari dulu selalu libatin gue dalam urusan lo. Kan gue udah bilang gak usah sok akrab," ujar Nara lalu membuang pandangannya ketika Bara mulai menarik sudut bibirnya.
"Kan gue udah bilang, gue bakal memperbaiki yang salah."
"Kin gii idih biling, gii bikil mimpirbiiki ying silih, halah!"
Bara benar-benar tersenyum lebar. Ini dia Nara yang ditunggu-tunggu Bara. Nara yang banyak bicara dan bersungut padanya. "Udah sih, ada gue juga di sana. Gue juga lomba, Nar."
"Gue gak nanya!"
"Mau kemana?" tanya Bara saat Nara berbalik.
Nara melepaskan tangan Bara yang menahannya. Badannya berbalik dan bersidekap. "Bukan, urusan, lo," ketus Nara lalu benar-benar pergi dari sana.
___
Sesampainya di parkiran Nara mengernyit heran saat meraba isi tasnya. "Kunci gue mana?"
"Motor gue juga mana?"
Nara panik saat tahu bahwa kunci motornya tidak ada di dalam tas. Dikeluarkannya buku-buku dan alat tulis barangkali terselip. Tapi nihil, kuncinya memang tidak ada.
"Dibawa Bima." Nara melihat Bara yang berjalan ke arahnya. Ia tahu pasti itu atas perintah Bara.
"Bilang sama Bima, balikin motornya sekarang ke sini," pinta Nara yang diacuhkan Bara.
Bara berjalan ke motornya dan melemparkan helm. Beruntung Nara mempunyai reflek yang baik. "Naik cepetan," kata Bara saat melirik Nara yang masih setia berdiri.
"Mau naik sendiri atau gue bantu?"
"Diam lo!" Akhirnya Nara naik ke motor. Dari pada tidak pulang. Lagipun belum tentu ada angkot lagi.
___
"Thank you," kata Nara saat sampai di depan rumah dan membuka helm-nya.
Nara langsung membuka pagar rumah. Dia terlalu malas menunggu Bara pergi, lebih baik langsung masuk.
"Ma, Nara pulang!" Risa yang lagi mengupas bawang di teras tersenyum.
"Eh Bara 'kan, ya?"
Apa? Bara?
"Ma, Nara bukan Bara."
KAMU SEDANG MEMBACA
BANTARA (NEW VERSION)
Genç Kurgu[TAMAT] Ini bukan kisah penuh romansa dengan bumbu yang menggetarkan dada, juga bukan fantasi hebat yang menyemburkan pengalaman paling indah. Tapi ini hanya tuangan kisah dalam ruangan rahasia seorang Nara. Nara itu seorang penulis. Namun, ia berhe...