14. Panas

53 5 7
                                    

Bara berlari ke tengah lapangan setelah mengganti bajunya. Di sana, sudah ada tim dengan pelatihnya berkumpul. "Maaf, Pak. Saya lupa."

Pelatih hanya menggeleng kepala. Kemudian dia memina timnya berkumpul dan menjelaskan beberapa hal dan strategi yang akan mereka laksanakan hari ini.

Di tengah mendengar penjelasan pelatih, Bima, Delon, Devi, Mela,mengambil satu spoot untuk menonton pertandingan. Di depan mereka, ada Nara yang tampak berbicara dengan Lita. Mereka sibuk menyiapkan beberapa properti sebeum menyampaikan salam pembuka acara hari ini.

Delon menatap tim lawannya yang sudah tiba. SMA Laskar yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Dari posisinya saat ini, Delon menangkap satu sosok dari mereka yang mendekati Nara.

"Permisi, toilet di mana, ya?" Nara sedikti terkejut saat tengah menata barang-barang. Orang di depannya adalah ketua basket SMA lawan.

"Lo lurus aja, pas ketemu persimpangan ke arah kiri.' Ketua tim basket itu mengangguk paham, mengucapkan terimakasih sebelum berjalan pergi sesuai arahan tadi. Nara memperhatikan orang itu takut kalau-kalau malah salah jalan. Dan setelah orang itu menghilang di balik tembok, Nara kembali melanjutkan tugasnya.

Di tengah lapangan sana, Bara diam-diam memperhatikan Nara yang berbicara dengan kapten basket lawan. Bara berdecak kesal saat tidak dapat mendengar apa yang dibicarakan keduanya.

Altair, yang juga merupakan anggota basket memperhatikan apa yang dilihat Bara. Tangannya merangkul Bara dan berbisik. "Jah, ada saingan nih kayaknya," ledek Altair lalu tertawa kuat. 

Bara mendorong Altair dan menendang kakinya. Mendadak Bara merasa cuaca hari ini sangat panas.  Bara mengibas-ngibaskan bajunya sambil berjalan ke pinggir lapangan. Matanya masih senantiasa menyoroti pergerakan Nara dari jauh. "Lo tau nama tuh cowok gak, Bar?" tanya Altair di sampingnya.

"Emang lo tau?" tanya Bara balik.

Altair mengangguk dan menunjukkan ponselnya. "Rechas Ardinata. Nih orang terkenal di sosmed. Gue follow-follow-an juga. Tahun lalu pas lo pertukaran pelajar, dia juaranya ciwi-ciwi," jelas Altair yang disimak baik Bara. 

"Si Nara juga pernah foto bareng sama dia." Bara menoleh cepat dengan wjah tak terimanya. "Siapa yang bolehin dia foto sama Nara? Ngajak berantem tuh orang."

"Lah emang lo siapa?" Kalah telak. Bara langsung terdiam saat mendengar penuturan Altair yang ada benarnya. Pacar saja bukan, napain marah-marah?

Altair melirik Bara yang masam. Mampus! Biar gak kebiasaan ngasih janji-janji doang. 
"Al! Bantuin gue bisa?" Altair berbalik dan menemukan Lita yang membawa tiga kardus bekas.

Dekat cekatan Altair berdiri dan menghampiri Lita. "Nih tolong satu aja. Kasih ke Nara," kata Lita sambil memberikan satu kardus. Tapi Altair tidak mendengarkan Lita. Dia malah mengambil ketiga kardus itu dan pergi membiarkan Lita yang melongo.

"Tungguin. Gue aja sini yang dua lagi."

"Udah diem. Gue aja, Lit," ujar Altair tegas. Kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju Nara.

Nara yang tengah sibuk langsung menatap kardus yang diletakkan Altair. "Thank you, Al," ucap Nara yang diangguki Altair.

Saat Altair berbalik mau menemui Lita, tampak Lita yang berbicara dengan satu siswa yang bukan dari sekolahnya. Siswa itu tampak menyodorkan ponselnya. Altair juga dapat menangkap raut ragu dari Lita.

"Kalau gitu minta nomor aja."

Saat Lita mau meraih ponsel itu, Altair merampas dengan cepat. Hal itu sontak membuat Lita sejenak terkejut. Altair mengetikkan nomor miliknya. "Nih, hubungin gue aja, Bro," kata Altair sambil mengembalikan ponsel.

"Lah? Al--" Lita tidak jadi bicara saat Altair melotot padanya.

Siswa itu berdecak kesal mengetahui kedatangan Altair. "Gue minta nomor ke dia, bukan nomor lo."

Tahapan tak bersahabat dilayangkan mereka berdua. Di tengah-tengah, iya hanya menggaruk kepalanya. Ini kenapa mendadak kayak drama?
"Nomor dia, nomor gue."

Altair langsung menarik Lita pergi menjauh. Saat siswa itu sudah tak kelihatan lagi, Altair melepaskan pegangannya. Wajahnya yang semula tak bersahabat langsung berubah. "Lo harus traktir gue karna udah selamatin lo dan nomor hape lo," ujar Altair enteng.

"Selamatin apa? Itu cowok minta nomor pak Joko. Bukan nomor gue." Altair menganga lebar mendengarnya.

"Makanya, kalau orang mau ngomong tuh gak usah dipelototin. Sana lo! Udah mau tanding masih sempat-sempat keliaran." Lita memutar badan Altair dan mendorongnya kuat.

"Selamatin apa? Itu cowok minta nomor pak Joko. Bukan nomor gue."

Jadi tadi usaha gue sia-sia jir?

Altair mendekat dan duduk lagi di samping Bara. Bara yang dari tadi melihat Altair tersenyum jahat. "Sabar-sabar. Cukup ingat 'memangnya lo siapa?"

***

"Poin kembali untuk SMA Laskar!" Suara rekan MC Nara berkumandang disambut sorak-sorai siswa SMA Laskar yang hari ini datang mendukung sekolahnya.

"Woi, Thoriq! Kasih ke Bara! Kasih ke Bara!" teriak Bima yang heboh menonton pertandingan.

Mela dan Devi yang di sampingnya juga tak kalah heboh. Mereka meneriakkan yel-yel bersama siswa yang lain. "Semangat gesss!" pekik Devi sambil merekam video untuk instastory-nya.

"Yak! Yak! Shoot woi!" Bara berhasil melakukan one hand shoot dan mencetak poin.

"Bara! Bara! Bara!" teriak siswa SMA Gardarusa. Bara sendiri melakukan tos dengan anggotanya lalu ikut bersorak bersama siswa-siswa.

"GILA! GANTENG BANGET SI BARA ASTAGFIRULLAH!" Nara yang asik menonton pertandingan menoleh ke sampingnya. Di sana ada sekumpulan perempuan yang berteriak-teriak.

Lita yang juga mendengar itu langsung menyikut sahabatnya. "Apa?"

"Panas gak?" Nara mendelik lalu menoyor kening Lita. Dirinya kembali menonton pertandingan walaupun suara-suara perempuan itu lumayan mengusiknya.

Ganteng-ganteng. Ganteng dari Hongkong!

"Poin kembali untuk SMA Gardarusa."

"Parah sih, Nar. Si Bara jago banget," ucap Lita menggoyangkan bahu Nara.

Nara melepaskan tangan Lita dari bahunya. Netranya jadi ikut mengamati Bara di tengah lapangan. "Sok ganteng!"

"Emang ganteng," sahut Lita. Nara mendelik kesal lalu memilih fokus pada kertas-kertas yang dia bawa.

"Semangat-semangat!" kata Bara pada timnya. Mereka berlari mengambil posisi masing-masing. Dalam permainan dari tadi, sebenarnya Bara kurang fokus dari biasanya.

Ya, karna diam-diam dia masih mengamati Nara. Jangan sampai dia melihat gadis itu di dekati cowok-cowok SMA sebelah. Bara juga sadar kalau kapten basket lawan itu melirik-lirik Nara selama pertandingan. Dan itu semakin membuat Bara panas.

Dan saat berhasil mencetak poin. Bara melihat ke arah Nara, mau memastikan gadis itu bersorak juga atau tidak. Tapi nyatanya malah menatap datar.

"Padahal gue cetak poin biar dilihat," gumam Bara.

"Fokus cetak poin buat tim, bego. Cewek mulu lo. Lagi tanding juga."

"Bacot, monyet!" Bara mendorong Altair yang menyahutinya lalu kembali fokus pada permainan.

Tbc

BANTARA (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang