"Setelah lama berdebu, lembaran itu telah berhasil disentuh saat penulis dan tokoh mencoba untuk kembali bersatu membangun semesta yang lama layu."
-BANTARA-
Setelah Joan berbicara, Nara tidak menjawab dan langsung naik ke kamarnya. Nara masuk dan menutup pintu pelan, tak lupa untuk menguncinya.
Ketika masuk, kita akan disambut dengan ruangan berwarna putih dengan furnitur serba coklat di dalamnya. Kamarnya cukup luas, bahkan masih terdapat satu rak buku besar di sudut kanan yang berdekatan dengan balkon kamar.
Nara berjalan menuju meja belajarnya. Ia mengambil ponsel yang tergelatak di situ dan menghidupkannya. Saat ia menyalakan data seluler, berbagai notifikasi masuk dari medua sosialnya. Nara menghapus semua notifikasinya tanpa berniat membalas dan beralih membuka satu aplikasi yang menjadi dunia keduanya.
Beberapa pesan dikirimkan oleh orang yang membaca karyanya, dan segera dibalas oleh Nara. Sebagian besar dari mereka menanyakan kapan cerita yang dia buat akan dilanjutkan. Membaca itu, Nara menghela napas berat.
Jika dipikir-pikir dia sudah terlalu lama tidak menulis lagi. Kira-kira sudah 9 bulan dia buntu di jalan. Nara sendiri juga bingung. Setiap dia mencoba merangkai kata-kata, tidak ada ide yang berhasil tersalurkan dengan baik.
Pernah sekali dia mengatakan pada Lita, bahwa sepertinya dia kehilangan jiwa penulisnya. Seakan semua berhenti dan tidak ada yang bisa dia buat lagi.
Nara menatap ponselnya ragu. Sesuatu di dalam dirinya seperti mendobrak saat Nara mulai menekan tanda tambah part. Ucapan Bara tadi siang terngiang di kepalanya.
"Gue pulang dulu, jangan lupa nulis."
Nara menggeleng kepala saat malah mengingat Bara. Tanpa pikir panjang lagi, Nara berjalan ke kasurnya. Matanya membaca satu part terakhir yang dia publikasikan.
Walaupun ini merupakan cerita yang paling ia hindari, tapi Nara tidak boleh lagi diam saja. Para pembaca cerita itu menunggunya, menunggu Raga dan Naya kembali bersama, katanya.
Tentu saja dengan doa mereka yang katanya, agar Raga cepat menyesal dan ketika sosok Raga mencoba meminta maaf Naya telah menghilang.
"Gue coba dulu. Pasti bisa," kata Nara menyemangati dirinya sendiri lalu jari-jemarinya mulai menari di atas keyboard ponsel.
___
Nara menekan tulisan 'publikasikan' dan menutup layar ponselnya langsung. Ekor matanya melirik jam dinding yang menunjukkan jarum ke angka 12.
Jika dihitung-hitung setelah lama tidak menulis, Nara tela menghabiskan 5 jam untuk melanjutkan cerita itu tadi.
Nara tidak merasa sedih karna dulu dia bisa menulis dalam waktu dua jam. Dia bersyukur, hari ini ternyata dia bisa menulis walau banyak sekali revisi selama prosesnya.
"Semoga semuanya suka." Nara langsung menutup matanya setelah lama menahan kantuk.
Terlepas bagaimana perasaan yang dia tuang dari tulisan itu, ia sangat berterimakasih dalam tidurnya pada semua yang telah mendukungnya menulis. Meski terlambat berbulan-bulan, tapi kini dia mulai bangkit.
Melanjutkan kisahnya.
***
"Nara! Demi apa lo udah nulis lagi?!" Nara dan beberapa orang di dalam kelas menutup telinga mendengar teriakan Lita.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANTARA (NEW VERSION)
Fiksi Remaja[TAMAT] Ini bukan kisah penuh romansa dengan bumbu yang menggetarkan dada, juga bukan fantasi hebat yang menyemburkan pengalaman paling indah. Tapi ini hanya tuangan kisah dalam ruangan rahasia seorang Nara. Nara itu seorang penulis. Namun, ia berhe...