Tiga

15 7 0
                                    


Setelah perkenalan singkat itu, aku lebih mengenalnya. Ia adalah anak dari seorang kepala kepolisian yang bertugas di wilayah kota, bukan hanya itu ayahnya juga sering terlibat dalam penyelidikan kasus-kasus berat. Tak heran jika Rain akan menjadi penerus ayahnya pada usia yang masih terbilang muda.

Tak jarang, ia mengunjungi rumah ku di tengah-tengah waktu sibuknya. Sekedar memberikan bingkisan atau mengobrol ringan. Tentang tetangga yang berbisik dibelakang ku, mereka sekarang lebih tertarik dengan aku dan Rain. Bukan hal-hal negatif lagi seperti antisosial atau seorang penjahat yang saat ini menjadi buronan. Sudahlah omongan itu tidak perlu dipikirkan lebih jauh.

"Menurut kamu, orang yang mati tergantung dengan tali dileher apakah dia pasti melakukan bunuh diri?" menurutku ini adalah pertanyaan basa-basi untuk ke inti dari permasalahan yang ada. Tidak mungkin ia tidak mengetahui jawabannya, aku tahu karena kasus seperti ini umum terjadi. "Tidak. Bisa saja ia dibunuh dan pembunuh itu membuat korban seolah-olah bunuh diri. Bukankah kesimpulan ini sering disampaikan?" ia mengambil cangkir teh paginya, lalu menyeruput sebelum melanjutkan pembicaraan. Matanya selalu memperhatikan keseriusan, tas kecil setiap saat bergantung di pundaknya.

"Memang. Ada kasus serupa dua hari yang lalu, korban masih berumur belasan tahun. Kira-kira seumuran anak smp, ia ditemukan tergantung di kamarnya. Dan ibunya yang memang sudah terkena penyakit mental itu selalu menjawab tidak saat diperiksa." Aku mendengarkan secara seksama. Seperti biasa aku meringkas pemahaman kasus ini. "Dimana ayah korban?"

"Ia meninggal setelah mobilnya melesat jauh kearah sungai." menarik. Beberapa pertanyaan terlintas dalam pikiran tapi ku abaikan untuk sementara. Kesimpulan pertama, anak itu bunuh diri karena tidak kuat dengan kehidupannya yang harus mengurus ibunya dikala ayahnya bekerja. Atau yang kedua, ibunya membunuh korban saat korban sedang tidur lalu menggantungnya menggunakan tali dan ayahnya yang baru pulang dari kerja ingin melaporkan istrinya ke kantor polisi. Namun ia terlalu panik, jadi ia mengambil kuncinya kembali dan pergi menggunakan mobil. Atau ketiga, ayahnya yang membunuh korban karena ia sudah muak dengan kehidupan keluarganya dan istrinya memang sudah mengatakan hal jujur. "Dari sisi manapun masuk akal.  Tergantung hasil lebih lanjut dari penyelidikan."

Ia mengangguk. "Heem. Aku juga sepemikiran denganmu." kehidupan ini dipenuhi dengan perumitan masalah, bercabang dengan ujung yang panjang. Kalau dipikir-pikir sulit juga menjadi bagian dari kepolisian, tugasnya bukan hanya melindungi dan mengayomi masyarakat. Pasti hari-hari terasa lebih padat. Rain kemudian menatapku yang sedang berpikir serius. "Sudah, sudah jangan terlalu serius." nadanya seperti menahan tawa. Entah karena bentuk mimik wajah ku sekarang atau hal lainnya. Oke, dia benar. Kenapa aku ikut dalam permasalahan ini? Padahal aku tidak mengetahui bagaimana proses kejadian sebenarnya.

"Apa kamu bisa menemaniku ke perpustakaan sekarang? Aku butuh ketenangan."

"Aku bisa kapan saja. Kamu tunggu disini sebentar." kaki ku melangkah ke kamar, tidak mungkin kan jika aku keluar dengan penampilan seperti orang yang baru bangun dari tidurnya.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang