Dua belas

11 4 0
                                    

Hari minggu, waktu yang tepat untuk berlibur. Untungnya aku tidak perlu ke apartemen karena Venza menyempatkan pulang untuk dua hari kedepan. Tapi bukan berarti pekerjaan ku disana belum selesai.

Aku akan menghabiskan tanggal merah ini bersama Rain. Dia pasti memiliki cerita terbaru dan menarik.

"Ayo ke sana" Rain menarik lengan ku menuju ombak sedang yang hampir mencapai daratan. Kami berada di pantai sekarang, tepatnya di sebelah selatan kota terhubung langsung dengan samudera hindia.

Berdiri seolah menantang gelombang air diiringi sayup-sayup suara angin bertiup menerpa daun pohon kelapa serta cemara saling bergesekan satu arah.

Rain berlari menyusul gelombang yang kembali ke asalnya. Mengejar kepiting abu-abu yang semulanya tertutup air kini terlihat sedang menghindari daratan dan manusia. "Aku dapat satu!" teriaknya bangga atas hasil yang dia dapat.

Aku sekedar mengamatinya, membiarkan gadis itu bersenang-senang dengan caranya sendiri. "Lihat ini, bukankah dia menggemaskan?" matanya berbinar saat memperhatikan hewan ditangannya. Aku mengangguk, lalu dengan cepat menggeleng untuk merubah respon ku.

"Dibanding dia, Rain lebih lucu" rona merah muda kembali terlihat di wajahnya.

'Ih apa sih kak" dia memasang kuda-kuda guna menendang kaki ku. Dan sialnya aku tidak dapat menghindari jurus maut yang mungkin sudah turun temurun dari kakek atau nenek buyutnya. Alhasil aku harus menyeimbangkan berat badan agar tidak tersungkur di atas pasir. Kekuatannya bukan main.

Kepiting yang dia pegang terlepas dan kabur begitu ada kesempatan besar untuk kembali ke tempat asalnya, akibat guncangan saat kakinya bergerak. "Tuh kan lepas. Kamu nih" pipi bulatnya menggembung, bibirnya mengerucut. Tapi kakinya menginjak kaki telanjang ku.

Berakhir dengan kejar-kejaran di garis pantai seperti yang ada di drama.

....

"Rain, bagaimana caranya aku mengungkapkan perasaan ku pada seseorang?"

"Ya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakannya. Sejak kapan kamu mempunyai doi? Dan siapa orang yang kamu maksud?"

Setelah matahari memancarkan teriknya, kami berteduh diantara beberapa pohon cemara yang tertata rapi, sekitar 8 meter dari pantai. Suasana yang cocok untuk berbincang atau sekedar menikmati angin. "Sejak bertemu dengan mu"

Dia terlonjak, sedikit menegakkan badan lalu menatapku heran. Tangan kanannya mengulur ke arah kepala ku, ku rasakan punggung tangannya menempel di dahiku. "Tidak panas"

"Aku serius, Rain" pipi yang selalu membuat ku gemas itu kini ku tangkup. Sedikit memajukan wajah agar netra ku dapat menjelaskan semua padanya, kontak mata kami berlangsung cukup singkat. Karena dia selalu mengalihkan pandangannya. Ini terlihat canggung, gara-gara mulut dan pikiran ku.

"Bisakah kita memulai menorehkan cerita baru dengan akhir yang bahagia?"

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang