Empat

14 6 0
                                    

Sepi. Begitulah penggambaran suasana dari tempat penuh buku ini. Kami berdiri diantara dua rak besar guna menentukan pilihan buku mana yang ingin diambil. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan ribuan lembar kertas ini, tapi saat menemukan secarik kertas kecil terselip di tengah-tengah buku besar aku jadi penasaran dengan isinya. Ku simpan benda tersebut ke saku celana.

"Aku tunggu di meja pojok kanan." ku tinggalkan Rain yang masih mencari bacaan yang sesuai. Duduk pada tempat ternyaman diantara ac serta kaca transparan yang mengarah langsung ke arah luar.

Ku buka kertas yang ku temukan tadi, lalu membacanya dengan hati-hati. Baru terpikir olehku jika ini adalah kertas selebaran seperti iklan pada koran. Tapi tulisannya tidak begitu jelas karena huruf yang acak-acakan. Ada bekas robekan di sisi atas. Mungkin ada orang yang tidak sengaja merobeknya dari buku. Huruf yang terdiri dari A-L-M dan dibawahnya terdapat keterangan dua huruf diucapkan secara ulang. Tidak hanya itu, ada clue yang mengarah ke aksara acak, seperti pasang dan surut lalu dibawahnya ada angka 9189891. Dan penutup tulisan asing yang tak aku mengerti.

Rain melihat ku dengan tanda tanya, mengerutkan kening dan membuka lembar pertama tanpa mengalihkan pandangan. Bahkan aku tidak menyadari kehadirannya karena terlalu serius dalam mengamati.

"Apa itu?" untunglah Rain menyadarkan ku kalau tidak, mungkin aku sudah berpikir untuk memecahkan apa ini. "Tidak tahu. Tulisannya aneh, seperti ada yang ingin disampaikan di dalamnya." Rain menyambar kertas yang berada ditanganku, kemudian ia mulai meneliti.

"Ini mungkin hanya sobekan kertas dari buku teka-teki. Disini banyak sekali buku seperti itu." ia memiringkan kertas itu, mungkin ia mencari tahu apa jawabannya. "Logika memang dibutuhkan saat menghadapi permainan ini." aku hanya diam menatapnya, karena jujur aku tidak mengetahui hal-hal seperti ini. Bacaan harian pun hanya memuat kejadian-kejadian miris di dunia ini tanpa ada keterangan proses pencarian. Aku pikir teka-teki seperti ini hanya digunakan di negara barat, kasus disana lebih membingungkan.

"Jadi, apa maksud M, A, dan L?" Rain menegakkan badannya, matanya sedikit membulat. "Kamu sudah menemukan jawabannya." aku belum sepenuhnya mengerti apa maksudnya, huruf itu memang aku urutkan agar mudah dibaca. Karena kebanyakan kata,  huruf vokal diantara dua huruf konsonan. "Mal? Seperti pusat perbelanjaan?" Rain menertawai pertanyaan aneh yang ku lontarkan.

"Kamu salah mengejanya. Coba baca clue pertama." aku membaca kembali, dengan seksama hingga pemikiran mendekati petunjuk itu. Jika ada pengulangan huruf, kemungkinan besar yang diambil adalah huruf depan dan kedua. Logikanya seperti sedang menghitung angka dari satu sampai tiga lalu diulang kembali. Kesimpulan awalku begitu. "Aku rasa yang diulang adalah M dan A. Kalau digabungkan akan membentuk kata MALAM. Apakah yang kamu maksud seperti itu?"

Rain mengangguk, "Coba kamu pecahkan. Aku akan membaca buku yang sudah ku pilih ini." tangannya membuka lembar paling tengah, diikuti sorot mata berfokus pada isi barang cetak itu. Sedangkan aku masih bergeming pada deret ketiga yang berisi beberapa angka, membentuk sebuah kode. Aku abaikan pasang dan surut karena disitu ada dua kemungkinan, pertama merujuk pada pesisir pantai atau laut. Kedua bisa diartikan dengan fase bulan purnama atau bulan baru.

"Kamu tidak perlu memahaminya. Itu hanya akan membuat sakit kepala"

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang