Sepuluh

8 3 0
                                    

Jam masih menunjukkan pukul lima pagi, masih ada setengah jam untuk melanjutkan perjalanan ku di alam bawah sadar. Kira-kira seperti itu jika aku tidak memimpikan hal tidak terduga semalam.

Meskipun hanya sebentar tapi terlihat jelas. Seorang remaja berjalan menelusuri lorong gelap suatu tempat. Senyum mengembang terukir di wajahnya dan sekotak kado berada di genggamannya. Dia berhenti di salah satu pintu, membuka pelan lalu blam. Pintu dibanting begitu keras. Setelahnya aku hanya mendengar sesuatu membentur tembok. Itu yang bisa ku ingat. Satu lagi, angka 5 disebelah kiri pintu.

Segera ku buang pikiran itu jauh-jauh. Untuk apa hal-hal tidak nyata seperti itu bersarang di otak ku. Hahaha selamat pagi dunia.

Ting

Ketukan benda logam dan kaca saling berirama. Suara itu terdengar dari arah dapur. Aku tahu pasti itu ulah Elang. Menyibak selimut, berhambur menghampirinya tanpa merapikan sofa yang terlihat berantakan.

Pagi yang berbeda. Tentu saja. Biasanya aku masih bergelut dengan iklan pemberitahuan tanpa membuat sarapan terlebih dahulu. Kali ini aku sudah seperti pembantu rumah tangga dan sedang menyiapkan dan menata hidangan di atas meja. Si tuan yang duduk manis menunggu sarapannya, berharap masakan yang di buat pembantu sesuai seleranya.

Untungnga makanan telah tersaji sempurna, walaupun tadi sempat ada kendala saat menghidupkan kompor. Dia memakan lahap nasi dan lauk yang ku masak. Ala kadarnya karena bahan makanan di kulkas sudah menipis.

"Anak baik. Teruslah makan agar dirimu sehat kembali." aku mengusak surainya sebelum telepon di dalam saku ku bergetar.

"Sebentar ya."

....

Rain yang menelpon ku. Katanya hari ini dia ingin jalan-jalan karena dia mengambil hari libur yang harusnya dia dapat minggu lalu. Namun segera ku tolak dengan alasan aku tidak ada di rumah hari ini. Bagaimana bisa aku tiba-tiba mengatakan kalau sedang mengurus seorang remaja yang nyaris atau bahkan sudah gila. Untuk itu, dia ku suruh datang waktu jam kerja ku di perpustakaan nanti siang.

Sekarang aku sedang bermain ular tangga bersama Elang disamping ku. Seperti tidak ingat umur yang sudah menginjak 24 tahun. Dadu ku lempar memperlihatkan lima titik kecil berwarna merah. Lima angka untuk memajukan langkah.

Elang terlihat senang hari ini. Aura pemuda itu lebih berwarna dibanding dengan kemarin. Tahap pendekatan tanpa arti ini kemungkinan akan berhasil seiring kesehatannya yang mulai membaik. Dia menyambar dadu dan melakukan apa yang sudah ku lakukan tadi.

"Apa kamu pernah merasakan jatuh cinta, El?"

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang