BAB 12

1.2K 172 12
                                    

Happy reading~
.
.
.
.
.
.
.
.

Gulf membuka matanya setelah diberi obat oleh Mew. Ah dia sakit lagi, menyusahkan orang lagi. Rasanya Gulf ingin menangis saat itu juga. Kenapa semakin hari dirinya semakin lemah dan sakit?

"Hei, sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" Mew mendatangi Gulf dengan segelas air ditangannya.
"Minum dulu. Aku membelikanmu bubur nanti aku ambilkan"

Gulf meminum air yang diberikan Mew dan memandangi Mew dengan seribu pertanyaan di benaknya. Kenapa Mew ingin menolongnya? Kenapa tidak biarkan Gulf mati saja? Toh Mew membencinya.

"Jangan salah sangka dulu. Aku menolongmu karena rasa kemanusiaanku tinggi. Aku tidak mungkin membiarkanmu mati di apartmentku. Aku tidak ingin apartment ini menjadi sarang hantu" jelas Mew seperti bisa membaca apa yang difikir Gulf saat ini.

"Terima kasih... maaf aku merepotkan"

Ah, wajah itu lagi. Rasanya Mew akan gila setiap melihat wajah sembab itu.  Kenapa terlihat sangat.. hmm... menyedihkan..

"Iya! Sangat merepotkan memang! Maka dari itu, jangan sakit lagi! Membuatku pusing! Sehat-sehatlah dan jangan membuatku repot!" Mew segera berdiri dari posisi awalnya yang duduk di samping Gulf, lalu segera berjalan ke arah pintu kamar.

"Phi.. mau kemana?" Gulf bertanya dengan suara lemahnya

"Mengambil makananmu Gulf! Diamlah jangan berbicara denganku jika suaramu masih lemah seperti itu! Jika kau terus berbicara dengan suara itu, aku bisa gila, jantungku bisa pecah sialan"

Mew bingung dengan perasaannya. Apakah Gulf yang sedang sakit ini membuat hatinya merasa iba dan jantungnya berdetak dengan cepat? Benarkan?hanya karena rasa iba . Benar.  Bukan karna Mew seorang Gay kan? Wow tentu saja bukan. Alpha dan Alpha tidak akan pernah bersatu apalagi Alpha dominan seperti Mew. Tidak mungkin terjadi.

Ya. Semua itu berkecambuk didalam pikiran Mew sekarang membuat Mew bingung dengan perasaannya.

.
.
.
.
Sudah beberapa hari semenjak kejadian Mew merawat Gulf yang sakit dan ntah kenapa semenjak kejadian itu Mew menjaga jarak. Ya selama ini Mew memang selalu menjaga jarak dengan Gulf, tapi tidak pernah seperti ini. Kali ini Mew seperti menghindari tatapan Gulf. Mungkin kebencian Mew akan Gulf makin bertambah semenjak Gulf sakit. Yah mungkin Gulf yang sakit begitu menjijikan bagi Mew. Begitulah yang ada di benak Gulf.

Gulf memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya berharap penyembuhan mental untuknya karena fisiknya sudah terlalu lelah untuk disembuhkan.

"Ayah, ibu aku datang !!!"

"Hey Gulf, apa yang kau lakukan disini nak, maksudku kenapa kau datang kesini sendirian?" Ayah Gulf berlari menyambut Gulf di depan pintu dan menggiring Gulf untuk segera duduk.

"Apa aku tidak boleh pulang ke rumahku sendiri dan bertenu orang tuaku yang sangat aku cintai???" Ucap Gulf pura-pura merajuk.

"Tentu saja boleh Gulf.. tapi apakah kau sud-"

"GULF!!! Akhirnya kau datang juga nakk!! Bagaimana? Sudah hamil? Apakah cucuku sudah ada disini??" 

Sebelum ayah Gulf menyelesaikan kalimatnya, ibu Gulf sudah terlebih dahulu memotong ucapannya dan berlari sembari memeluk perut rata Gulf.

"A-apa maksud ibu? "

"Jangan pura-pura terkejut seperti itu, kau membuat ibu takut. Apa kabar bayiku disini?" Kata ibu Gulf sembari mengusap perut Gulf yang rata.

SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang