BAB 13

1.2K 169 12
                                    

Dear My Beloved Readers,
Ini hadiah buat kalian karena udah baik banget nyemangatin Thor setiap Up. Respon kalian sangat berarti 🥺💙💚🧡
Happy Reading~
.
.
.
.
.
.

"Apa kau sudah gila?"

Tanya Mew kepada Gulf. Yang benar saja, hamil katanya? Seorang Alpha meminta hamil? Lelucon macam apa lagi ini.

"Aku tidak gila."

"Kau Alpha Gulf! Ada apa denganmu?! Apa yang terjadi sehingga kau mengatakan hal mustahil seperti itu Gulf Kanawut??!!"

Mew merasa emosinya sudah berada di puncak kepalanya. Tidak gila katanya? Dengan meminta hamil sembari menatap dengan penuh air mata itu tidak gila katanya? Yang benar saja.

"Phi.... tolong.."

"Aduh bagaimana aku menjelaskannya kepadamu Gulf kanawut? Aku sekarang sudah menerimamu sebagai temanku. Aku tidak masalah hidup denganmu yang seorang Gay. Aku tidak masalah harus mengobrol denganmu setiap hari walaupun aku tau kau memiliki perasaan 'aneh' terhadapku. Semua bisa aku terima. Tetapi, kali ini... ini sangat tidak masuk akal Gulf. Jangankan aku, mungkin jika kau mengatakan hal ini kepada teman Gay Alphamu yang lainnya mereka juga akan menganggapmu aneh"

Mew menjelaskan semua ketidak masuk akalan ini kepada Gulf yang masih menatapnya seperti kucing yang sedang meminta makanan kepada tuannya.

Menggemaskan. Mew ingin memeluknya. Mecubit pipi yang seperti roti itu. Menghapus air mata dari mata Gulf yang sembab. Tapi tidak. Tidak dengan Gulf dan semua perasaan anehnya. Tidak dengan Gulf yang mencintainya. Tidak dalam kondisi ini.

"Tapi phi.. aku.. aku o-"

"CUKUP! Gulf maaf aku memotong ucapanmu. Tapi tolong.. tolong berhentilah. Aku tidak tau apa yang terjadi pada otakmu. Kau tidak mabuk, tapi ucapanmu melebihi orang mabuk. Sekarang, lupakan tentang hamil. Tidak bisa. Kau tidak akan pernah bisa. Kau Alpha Gulf. Kita A.l.p.h.a"

Mew mencoba menyadarkan Gulf sembari menangkup kedua pipi gembil itu.

Gulf kembali menangis. Isakannya terdengar menyayat hati. Mew memeluk Gulf erat sembari mengusap kepala lelaki itu.

"Ya Phi.. kau benar.. kau benar.. aku.. aku Alpha. Hiks.."

Malam itu, mereka berdua tertidur di kamar mereka sembari berpelukan untuk pertama kalinya.
.
.
.
.
"Phi.. bangun..." Gulf mencoba membangunkan Mew yang terlihat masih sangat pulas ditempat tidurnya.

Setelah kejadian malam tu, Gulf beraktifitas seperti biasanya. Ntah kenapa perasaannya jauh lebih tenang, walaupun dia harus menelan pil pahit bahwa Mew masih menganggapnya seorang Alpha tanpa ingin mendengar penjelasannya terlebih dahulu.

"Phi.. Phi Mew.. bangun.."

Gulf sibuk mengguncang tubuh Mew yang tidak bergeming sama sekali.

"Hm.. 5 menit..."

Mew akhirnya menyahut. Dan kalimat yang keluar dari mulut Mew jutru membuat emosi Gulf tersulut.

"Terserahmu! Jika kau terlambat jangan salahkan aku! Aku keluar!"

Belum sempat Gulf menginjakkan kakinya kearah pintu, Mew menahannya dan segera menarik Gulf kedalam dekapannya.

"Hmm.. cerewet. Kenapa kau begitu cerewet hm?? Menggemaskan..."

Gumam Mew masih dengan mata tertutup sembari mendekap erat Gulf.

Gulf? Jangan ditanya. Wajahnya sudah memerah. Mungkin jika ada orang lain disana, orang itu bisa mendengarkan detak jantung Gulf yang begitu cepat dan keras seakan-akan menggunakan pengeras suara.

SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang