07; Effleueage

152 18 5
                                    

Jangan lupa vote komen ya sayangkuuu. Yang vote komen aku do'ain mimpi di cium Taehyung😭
.
.
.
.

Hemi mendapati keadaan rumahnya sudah sepi di pagi hari. Adapun secarik memo yang menjadi pemuas dari rasa hausnya dari keingintahuan. Tertulis jika sosok yang ia cari harus pergi karena ada beberapa urusan di kantor. Hemi tahu bahwa Taehyung tidak memiliki waktu untuk sekadar duduk dan menghabiskan pagi hari yang cerah ini bersamanya, seperti kebanyakan pasangan di luar sana.

Meraih pakaian yang tercecer di lantai seraya melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum menjalani rutinitas, pikirannya berkecamuk memikirkan skenario yang telah dilakoninya selama beberapa waktu belakangan ini. Baik pikiran maupun raganya terasa luluh lantak, selayaknya sampah yang berserakan sebab tak kunjung diwadahi. Begitu berantakan dan—kotor.

Terlalu banyak kebohongan sampai-sampai tidak dapat membedakan mana hal yang harus diprioritaskan karena dirasa penting, dan hal yang harus dikesampingkan karena tidak berguna. Kini ia terjebak di antara persimpangan gelap yang mana titik akhir dari seluruh jalan tersebut adalah menuju jurang. Alih-alih pergi ke tempat yang lebih baik ia justru kembali terjerembab pada masalah lainnya. Bodoh. Hemi tertawa getir, menolak asumsi yang datang mendadak di pikirannya namun faktanya seratus persen benar.

Hemi masih tidak kasat di mata orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Tidak apa-apa karena pasti ini hanya sementara—untuk rentan waktu yang telah lama. Sebabnya barangkali  karena Hemi tidak dapat bersikap selayaknya orang yang pada umumnya yang mudah membaur dengan masyarakat luas. Hemi tidak pernah mau mendekati keramaian, ia selalu menekankan bahwa keramaian adalah musuh terbesar baginya. Namun hanya sia-sia sebab pada akhirnya keramaian itu datang sendiri pada dirinya—diburu karena meresahkan bagi beberapa oknum.

Di sisi lain, Hemi tak menyesali keramaian yang berbondong-bondong menjemputnya. Hal yang semula terlihat menyebalkan dan menakutkan kini menjadi yang begitu menyenangkan. Taehyung misalnya. Adalah contoh keramaian yang penuh euphoria, kejutan, dan sensasional. Hal tersebut tak menampik si Hemi untuk merasa berbangga diri atas pencapaian tersebut. Titik kebahagiaan dari gelapnya persimpangan yang masih berusaha menjebak dirinya.

Tangannya terulur, membiarkan jemarinya memutar kran shower hingga air turun menghujani tubuhnya yang masih dibalut pakaian. Secara sadar Hemi mendesah, menikmati tiap tetes air yang membanjiri tubuhnya. Namun ia pun masih tak sangka jika hal sedemikian rupa mampu memicu reaksi berlebihan dan tak terkontrol dari dirinya. Hemi tahu bahwa dirinya tidak sehat, atau bahkan memang benar seperti yang ia prediksikan jika orang-orang mengetahui sisi lain darinya pasti melabeli ia dengan sebutan gila. Jelas sekali hal-hal tersebut menjadi benteng terbesar bagi dirinya untuk berinteraksi dengan manusia lain hingga bahkan menjalin hubungan yang lebih intim. Kendati demikian, Hemi tak pernah mundur ketika netranya menangkap satu insan yang mampu menarik perhatiannya; cinta itu indah—obsesi yang cantik.

Seperti Tuan Gyu tercinta.

Sebab ada urusan yang harus diselesaikan.

Sebab Hemi menginginkannya.

Membayangkan bagaimana nantinya pria itu akan menjadi miliknya seorang, Hemi terbahak saat melepas pakaiannya sendiri. Menyentuh setiap kepemilikannya sensual, membiarkannya basah diterpa guyuran air. Bersenandung samar, Hemi kehilangan sebagian akal sehatnya saat tahu bahwa tidak ada siapa pun yang mengetahui hal ini. Kebiasaan buruk, yang apabila seseorang melihatnya dipastikan mual seketika. Begitu tercela, lebih-lebih ketika wanita ini mengambil beberapa langkah sedikit berjingit manja mendekati lemari kayu usang yang menyatu dengan wastafel lantas membukanya perlahan. Menampilkan sesosok raga tak bernyawa, adalah koleksi yang paling dicintainya. Jemari lentik Hemi mulai bergerilya, menarik dasi dari setelan jas formal yang dikenakan oleh teman berceritanya. Sangat paham bahwasanya ini bukanlah hal yang pantas untuk dipelihara, tetapi Hemi tidak memiliki pilihan lain, terlepas dari sesuatu yang membuatnya tersiksa dalam kondisi hampa. Keramaian yang begitu sunyi.

EPIGONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang