Ada hal abnormal yang terjadi di sini. Entah apa yang telah dilewatkan, tetapi Hemi tersadar dalam keadaan sekujur tubuh terasa nyeri. Menahan napas sejenak ketika hendak membenarkan posisi tidurnya, wanita itu sontak dibuat tertegun kala mendapati salah satu lengannya ditahan oleh sebuah borgol. Astaga, semua ini membuat kondisi kesehatannya kian memburuk saja. Menyebalkan. Menarik napas panjang, Hemi berusaha berpikir jernih dan mengedarkan pandangannya. Bukan di rumah sakit ataupun penjara, ruangan ini terkesan seperti kamar dari sebuah mansion.
Tunggu dulu.
"Kau sudah bangun? Akhirnya."
Hemi menoleh ke arah sisi brankar, mendapati sosok pria berwajah inosen tengah duduk di sana. Melipat kedua tangan di depan dada, dan memperhatikannya dengan lekat. Saat ini Hemi terkesan seperti hidangan yang siap disantap, berada tepat di hadapan seseorang dengan tatapan lapar. Menyebalkan.
"Apa yang kau lakukan di sini? Mengadukan diriku atau semacamnya, begitu?"
Jeongguk tertawa remeh. Menyugar surainya ke belakang dan berkata, "tidak perlu tegang seperti itu, Noona. Saat ini aku sedang berusaha menjadi anak baik." Jeongguk memiringkan kepalanya, dari sudut ini ia terlihat seperti seorang anak empat tahun yang memelas minta dibelikan susu pisang. "Apakah aku terlihat menyeramkan bagi Noona? Lihat, meski kau tidak berdaya aku bahkan tidak melakukan apa pun dalam artian yang bagus."
Sekalipun Hemi berusaha untuk terlihat tidak terlalu mencolok atas apa yang telah dilakukan, tidak peduli sekeras apa upayanya untuk sekadar menghindari masalah, wanita itu kembali terperosok ke dalam ruang yang sama. Kesialan? Tidak, semua ini terkesan seperti kutukan yang diberikan oleh seorang penyihir berhidung jelek, membuat hidup putri kerajaan yang menjadi incarannya atas dasar balas dendam tersebut kacau, tidak terarah sehingga dijebloskan ke sebuah menara tertinggi di kastil.
Kehidupan semasa remaja, Hemi memang menjalani semua itu dengan tidak baik dalam artian yang buruk.
Sempat menjadi kurir, pengedar, dan bahkan seorang bandar narkotika. Hemi melakoni perannya dengan baik, tanpa adanya satu kecacatan apapun itu. Semua berjalan mulus, setidaknya hingga ada satu transaksi yang mengharuskan Hemi turun tangan. Menemui tiga orang mahasiswa berdompet tebal, kehidupannya pun berotasi di antara ketiga pemuda tersebut.
"Hei, ingat kesepakatannya, kita berhubungan secara seutuhnya dalam ruang lingkup bisnis. Tidak lebih dari sekadar itu." Hemi mengingat ucapannya dulu. Pribadi yang begitu lugu, merasa bahwa hidupnya akan terus berlanjut ketika seseorang menawari satu pekerjaan dengan imbalan menggiurkan.
"Well, gadis kecil. Kau berdiri di antara kami—para pemimpin di tempat ini—sebab Lee Namjoon, sosok yang semula kau kira sebagai satu-satunya pemimpin di sini, dia merupakan bagian dari kami," papar salah seorang di antaranya. Melangkah mendekati Hemi, ia terlihat seperti seorang Alpha di antara yang lainnya—entah mengapa Hemi berpikir demikian—tatapan pemuda itu begitu dalam menelisik obsidian bergetar Hemi yang seketika goyah.
"Lalu mengapa kalian memintaku untuk datang ke sini? Mengapa melakukan semua ini? Apakah kalian berniat untuk mempermainkan diriku, begitu?" Hemi tidak dapat mengontrol diri. Tawa terdengar dari sana, menundukkan kepalanya dalam, gadis itu tidak dapat bernapas ketika salah seorang yang semula diam dan memerhatikan dari sudut ruangan datang menghampirinya. Memberikan tanda untuk pergi mengikutinya, membawa keduanya ke luar dari ruangan pengap dan bergabung di bawah naungan bintang di sana, udara malam spontan menyapa permukaan wajah lembabnya. "Apa yang akan kau lakukan terhadapku?" Hemi bertanya kendati suara dan juga raganya telah goyah sebab keadaan. "Apakah kau akan melakukannya? Melecehkan diriku?"
Sosoknya bungkam, menatap kekacauan yang bahkan diperbuat oleh gadis itu sendiri. Sama sekali tidak berkomentar, menghela napas dan menyeringai di sekon selanjutnya. Barulah pemuda berpenampilan menarik itu angkat suara saat mengatakan, "Tentu saja tidak. Lagi pula kau bukanlah tipeku," tukasnya, "jangan terlalu mendengarkan semua itu, mereka yang berada di dalam merupakan anak buah tidak berguna. Tidak lebih dari seorang kacung yang sedikit dihargai dengan kekuasaan. Bisnis ini dikelola oleh tujuh orang, dengan divisi masing-masing. Jadi tidak sepatutnya kau merasa disudutkan bahkan dilecehkan oleh siapa pun, mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIGONE
FanfictionFatamorgana yang Min Hemi ciptakan mengenai sosok Gyu Taehyung justru membuatnya tersesat. Menelusuri setiap puing ingatan yang hilang pasca mengalami kecelakaan, Hemi tidak memiliki sandaran maupun tempat untuk pulang selain ke tempat di mana Taehy...