05; Dissident

184 16 0
                                    

Dentuman musik masih terdengar samar dari ruangan ini—dari sebuah ruang istirahat untuk para pegawai club. Tidak terlalu buruk. Hemi membawa tamunya masuk karena ada hal yang harus dibicarakan di sini. Sementara itu Taehyung tampak tidak berkomentar saat duduk di tepian ranjang berukuran tidak terlalu besar, cukup memuat satu orang di atasnya—tidak memprotes saat gadis bersurai lurus itu memintanya untuk melakukan sesuatu.

"Buka kaosmu. Aku harus segera mengeluarkan pelurunya."

Taehyung merotasikan bola mata jengah. Merasa cukup merepotkan apabila ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit ketika luka tembaknya harus segera ditangani. Mengetahui bahwa gadis yang tengah duduk di hadapannya ini dapat memberinya pertolongan, Taehyung memutuskan untuk tidak pergi ke mana pun dan membiarkan Hemi melakukan tugasnya.

Taehyung meringis pelan saat Hemi menempelkan kapas yang sudah diberi alkohol, membersihkan sisa-sisa darah di area lukanya. Mengamati bagaimana rupa Hemi yang nampak begitu telaten serta serius mengobatinya. Agaknya dirinya harus bersikap sedikit lebih rasional untuk seseorang yang baru saja mendapatkan pertolongan. Mengucapkan terima kasih merupakan bukan hal yang buruk. Terlebih, perilaku Hemi kali ini sukses membunuh pikirannya mengenai, mencelakai dirinya dalam keadaan yang kurang baik.

"Jadi kau benar-benar bekerja di sini, ya?" Taehyung akhirnya angkat bicara. Hemi mendengkus geli menanggapi hal tersebut.

"Seperti apa kataku. Di sini terlalu sesak, terlalu banyak hal yang tidak ingin kau ketahui ketika bekerja di sini. Begitu berisik, ramai, kegiatan seks yang seakan tidak memandang tempat. Namun, apakah kau tahu keuntungan bekerja di sini?" Hemi bertanya kasual dengan pandangan sibuk memonitor pekerjaannya—menjahit luka, seusai mencabut peluru berlumuran darah kemudian meletakkannya di sebuah wadah aluminium yang tidak diragukan lagi kebersihannya.

Tawa remeh Taehyung terdengar pelan, begitu boyish dan juga santai. Perangai kelewat tenangnya hampir membuat Hemi kehilangan akal sehat di pertemuan keduanya ini. "Apa?"

"Karena tidak ada siapa pun yang memperhatikanmu ketika berada di luar sana. Sederhana, katakan saja bahwa apa yang kudapati hari ini merupakan suatu kejadian yang luar biasa. Melihat kelompok gangster datang kemari untuk mencariku—ah, semua itu membuatku bergairah. Tidakkah kau pernah melihat kejadian ini sebelumnya? Ini luar biasa."

Taehyung bungkam sejenak. Tidak menanggapi hal tersebut ketika tahu bahwa gadis di hadapannya ini sama tidak logisnya dengannya. Tertawa pelan dan meraih gelas minuman yang Hemi sodorkan sebagai wujud nyata dari tata krama dalam hal menyambut tamu. Memang tidak dapat dibanggakan—namun ada sedikit rasa kebanggaan tersendiri ketika tahu bahwa pria itu merasa tidak keberatan ketika menenggaknya sampai habis. Hemi tersenyum tipis atas perlakuan Taehyung. "Dasar bocah. Tahukah kau bahwa malam ini setidaknya ada puluhan orang yang telah menghancurkan apartemenku? Aku bisa saja terbunuh karena seseorang mengatakan bahwa aku menyembunyikanmu di sana. Ini tidak masuk akal."

"Akan masuk akal apabila kau mengetahui faktanya," ujar Hemi. Tidak ingin ketidakpastian berlangsung begitu lama sehingga Hemi bergegas menjelaskan semuanya. "Dengarkan aku, Gyu. Ada kalanya masa lalu tidak pernah melepaskanmu, katakan saja tidak peduli seberapa jauh kau melarikan diri. Semua masih sama, satu-satunya hal yang menjadi pembeda adalah kau tidak mengetahuinya. Itu saja."

"Tidak apabila masa lalu itu tidak memberi tahu keberadaanku pada mereka. Masa lalu tidak akan mengejarku sampai sejauh ini."

Hemi menghela napas. "Tidak banyak yang bisa kusampaikan padamu. Sederhananya, aku tidak dapat pergi melarikan diri begitu saja. Maka dari itu aku membutuhkan bantuanmu, berhenti menjadi bajingan dan dengar ucapanku kali ini, Gyu. Kau tahu bahwa siapapun yang terlibat dengan Lee Namjoon tidak mudah untuk sekadar mendapatkan hidupnya kembali."

EPIGONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang