[21] take a look back

228 65 18
                                    

"Minhee, anterin gue ke kampus ayo. Sekarang!" Mina yang tampak terburu-buru membuka pintu kamar Minhee yang masih tertutup sejak tadi.

Minhee yang di dalam kamar masih rebahan di atas kasur, dengan selimut dan tirai yang masih tertutup, padahal hari sudah mulai siang.

"Minhee!"

"Males."

Mina masuk ke dalam kamar adiknya dan menarik selimut Minhee, "Nanti gue beliin McD."

"Gue juga punya duit kali," Minhee melirik dan kembali menaikkan selimutnya sampai sebatas dagu, "Minta anterin pacar lo sana."

Dan Minhee yang rebahan sambil membelakangi kakaknya itu langsung cepat berbalik begitu sebuah benda terlempar menghantam punggungnya.

"Lo ngeledek ya?"

Minhee diam sejenak lalu langsung cengengesan, "Oh iya, lo baru aja diputusin ya?"

"Heh! Gue yang mutusin."

"Cih! Ngakunya lo yang mutusin, tapi lo juga yang tiga hari nangis-nangis sampe ngabisin tisu sembilan kotak."

Mina balas mendecih, "Ngaca dong. Siapa juga yang beberapa hari ini moodnya naik turun, udah kayak cewek lagi PMS aja."

Ah, mengingat masalahnya lagi, Minhee kembali diam. Terbayang lagi momen di mana Yujin dan Doyoung tampak bahagia berdua, bermain game dengan teman-temannya yang lain di villa tempo hari.

Rasanya seperti, ada tidaknya ia di sana, itu tak masalah. Seperti, Minhee merasa hilang, atau mungkin seperti kehilangan sesuatu.

Seharusnya Minhee ada di sana. Seharusnya Minhee yang membuat tawa, bukannya...-

"Kak, menurut lo, mungkin gak, sih, cewek sama cowok itu murni temenan tanpa ada rasa?"

"Mungkin aja," Jawab Mina sambil membuka tirai kamar Minhee, "Bertahun-tahun gue jadi anggota remaja masjid komplek kita, kerja sama temenan sama Bang Omar, Seonho, Mas Pahlefi, Haknyeon, gak ada tuh terlintas sedikit pun kalo gue ada rasa sama mereka."

"Iya, sih. Tapi, bukan itu maksud gue."

Mina mengangguk-angguk, seperti mengerti ke mana arah pembicaraan Minhee.

"Tapi, kalo maksud lo temen kayak lo sama Yujin, sih, gue gak bisa jamin ya."

Minhee melirik. Ia masih diam menunggu kelanjutan ucapan Mina.

"Ke mana-mana berdua. Apa-apa selalu mengandalkan satu sama lain. Saling bergantung. Cerita ini itu juga sama dia aja. Udah ngerti satu sama lain. Kalo kata orang, sih, cinta itu bisa datang karena terbiasa. Istilahnya, kenapa harus cari yang jauh, kalo yang deket aja udah terasa pas di hati."

Mina berjalan menghanpiri adiknya yang masih rebahan, "Itu, kan, yang lo rasain ke Yujin sekarang?"

"Gak juga," Buru-buru Minhee membantah, "Buktinya gue punya Lucy."

Mina tertawa kecil, "Ya coba lo tanya ke diri lo sendiri. Lucy itu ada, karena lo emang bener-bener suka sama dia, atau cuma karena lo terlambat sadar, kalo lo ada rasa sama sahabat lo sendiri."

"Saran gue ya, pikirin baik-baik, putuskan yang bener-bener jadi hal terbaik buat diri lo dan yang lainnya. Jangan karena kebimbangan dan keegoisan lo sendiri, malah menyakiti dan akhirnya pihak lain yang jadi korban."









september song― minhee ; yujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang