[11] him and i

260 74 49
                                    

Sudah beberapa minggu belakangan ini, Minhee yang biasanya rajin banget ngerecokin Yujin di kelasnya pas istirahat, jadi jarang atau sudah tidak pernah sama sekali nyamperin Yujin di kelasnya. Minhee yang biasanya setiap males nongkrong di kantin, gara-gara Dongpyo yang kalau sudah gosip bikin kuping panas atau sumpek aja duduk sebelahan di kantin sama Eunsang, yang tiap tiga detik sekali disapa sama adik kelas, selalu menjadikan Yujin jadi pelarian. Walau cuma duduk di depan kelas Yujin sambil makan beng-beng yang dibagi dua.

Tentu saja karena sekarang Minhee sudah punya pelarian baru. Tiap dengar bel istirahat berdering, Minhee langsung lari nyamperin Lucy di kelasnya. Lalu jalan bareng berdua ke kantin.

Tapi pagi menuju siang itu, di waktu istirahat, saat Yujin baru kembali ke kelas setelah beli susu cokelat di kantin, Minhee sudah menunggu gadis itu di depan kelas Yujin.

"Yujin, sini lo!"

Dari jauh, Yujin cuma bisa menatap Minhee bingung dengan alis yang terangkat sebelah. Sepertinya ada suatu hal penting yang ingin dibicarakan Minhee padanya.

"Tumben lo ke sini. Gak ngapelin Kak Lucy? Emang gak dicariin?"

Tapi Minhee seperti tak menggubris ucapan Yujin.

"Pacar lo anak mana?!"

Pertanyaannya agak ngegas. Bikin Yujin sedikit kaget juga.

"Pacar siapa?"

"Kata Lucy, lo bilang kalo lo udah punya pacar. Siapa? Anak mana? Kok gue gak tau?"

Tolong salahkan saja Yujin dan mulut sembarangannya, yang kalau dicara suka gak difilter dulu. Kalau pun kau bicara ngawur, setidaknya yang masuk akal.

Dan seharusnya juga Yujin tau, kalau ucapan ngawurnya itu akan sampai di telinga Minhee, yang kini menatapnya dengan tatapan penuh curiga.

"Gak ada. Pacar apa, sih."

Ya, mau bohong juga tidak bisa, sih, karena Minhee terlalu tau kalau Yujin sedang tidak dekat dengan siapa-siapa belakangan ini. Harus Yujin akui juga, sih, kalau soal hubungan asmara, Yujin kalah telak dengan lelaki itu.

Minhee cuma ngangguk-ngangguk, lalu tertawa, "Iya, sih, mana ada cowok yang mau sama lo."

Yujin memutar bola matanya malas. Dikatain satu dua kali, sih, masih biarin aja lah, Yujin juga mengerti gimana mulutnya Minhee yang kalau ngomong suka ceplas-ceplos. Tapi, lama-lama, Yujin jengkel juga jadinya.

Yujin memang tidak secantik itu kok, Yujin sadar diri. Daripada sibuk nyatok rambut dipagi hari, Yujin lebih suka mengikat rambutnya asal biar tidak kelihatan berantakan. Daripada pakai heels, Yujin lebih memilih pakai sepatu kets. Dan daripada main boneka, Yujin lebih nyaman naik dan gelantungan di pohon. Ok, untuk yang terakhir tolong salahkan Lucas, ngajarin adiknya kok yang enggak-enggak.

Intinya, Yujin orangnya tidak 'secewek' itu. Yang kalau kata Minhee, Yujin sudah kayak abang-abang tongkrongan.

"Buktinya ada." Sahut Yujin.

Minhee langsung menoleh seketika, "Gak usah bohong sama gue. Barusan lo bilang gak ada pacar, sekarang-"

"Gak punya pacar, bukan berarti gak ada yang lagi deket sama gue, kan?"

Minhee diam.

Yujin hanya meliriknya singkat, lalu berlalu meninggalkan Minhee yang masih berdiri bersandar di dinding depan kelasnya.

"Yujin!"

Tapi, Yujin kembali membalikkan badannya begitu sebuah suara terdengar memanggilnya.

Doyoung yang mengampiri Yujin ke kelasnya, sambil membawa sesuatu di tangan kanannya, lalu menyerahkannya pada Yujin.

"Yujin, ini punya lo, kan?" Sebuah jepit rambut berbentuk wortel, "Ketinggalan di dasbor gue."

Jepit berwarna oranye itu memang milik Yujin, tapi, Yujin lupa bagaimana bisa benda itu ada di tangan Doyoung.

"Yang waktu itu gue nganterin lo pulang."

Oh, waktu Minhee meninggalkannya di alun-alun itu.

"Oh, thanks ya. Gue kira udah ilang gak tau ke mana." Yujin tersenyum lebar.

"Eh, iya, Jin," Ucap Doyoung lagi sebelum pergi, "Pulang sekolah nanti, lo bisa nemenin gue gak?"

Yujin mengangkat sebelah alisnya, "Ke mana?"

"Bantuin gue nyari sesuatu, ya?"

Yujin tampak berpikir sejenak. Tak langsung mengiyakan, walaupun sebenarnya pulang sekolah nanti Yujin tidak ada keperluan apapun  selain langsung pulang ke rumah. Tapi, lirikan mata yang berasal dari seseorang berdiri tak jauh darinya itu, seakan melarang.

"Oke."

Doyoung tersenyum lalu melambaikan tangannya, berbalik kembali ke kelasnya.

Sebelum tatapan tajam Minhee yang mengarah langsung pada Doyoung menghentikan langkahnya. Pandangan lurus yang menahan langkah Doyoung, tatapan yang memperhatikannya dengan intens dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Bisa-bisanya ini anak ngobrol sama Yujin, di depan gue, tapi gak menyadari kehadiran gue sama sekali. Mungkin seperti itu lah arti tatapannya.

"Kak.." Sapa Doyoung tampak sopan.

Bukannya balas menyapa, Minhee malah mengangkat dagunya semakin tinggi. Yujin sampai muak sendiri lihatnya. Ini kakak kelas kenapa jadi sok senior banget?!

"Lo kenal, kan, gue siapa?" Tanya Minhee.

Doyoung tampak diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya, "Temennya Kak Junho, kan, Kak..."

Sepertinya memang lelaki ini tak begitu kenal dengan Minhee.

Tapi, Minhee cuma menganggukkan kepala, tidak ada niat untuk memperkenalkan dirinya. Sama, Doyoung juga tampaknya tidak ada niat untuk mengenalkan dirinya.

"Dia?" Tanya Minhee pada Yujin begitu Doyoung sudah berjalan menjauh dari keduanya. Seakan mempertegas lagi, jika lelaki itu yang dimaksudkan lagi dekat dengan Yujin.

"Kalo iya, kenapa?"

"Anak OSIS?" Tanya Minhee lagi, "Jangan sama dia deh, anak OSIS biasanya rese."

Yujin mengerutkan dahinya, "Kok ngatur?"

Minhee berjalan mendekat pada Yujin, "Kalo ada cowok yang deketin lo, suruh temuin gue dulu."

"Buat apa?"

Minhee tersenyum dan tangannya mengarah mengacak pelan puncak kepala Yujin, "Mau gue ospek dulu. Gue harus kenal dia siapa. Seenggaknya gue harus tau, dia bisa jagain lo lebih dari gue atau enggak."




september song

september song― minhee ; yujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang