[8] long way down

255 77 35
                                    

"Kenapa ya di kantin gak jual lekker?"

"Aturan tukang telur gulung di depan gerbang tuh suruh buka lapak aja di kantin, kan-"

"Gak usah nyebut-nyebut telur gulung deh, sebel gue."

Yujin yang tiba-tiba memotong ucapan Taeyoung langsung mendapat lirikan bingung dari Seongmin. Soalnya, setau keduanya, telur gulung itu jajanan favoritnya Yujin banget. Kalau orang normal biasa makan telur gulung paling banyak ya lima belas tusuk, Yujin bisa habis sampai empat puluh tusuk sendiri.

"Kenapa lo, kayaknya beberapa hari belakangan ini lagi agak sentimen sama telur gulung?" Tanya Seongmin.

Taeyoung ikut mengangguk, "Padahal pulang sekolah nanti mau gue jajanin telur gulung. Mau gak?"

"Gak usah," Jawab Yujin ketus, "Gak usah janji-janji kalo ujungnya yang ditepatin! Telur gulung telur gulung, gue juga bisa beli sendiri."

Seongmin sama Taeyoung cuma lirik-lirikan aja. Sepertinya ada satu masalah yang mereka lewatkan soal Yujin, sampai sebatas telur gulung saja bisa jadi perkara besar.

Yujin diam sambil mengunyah baksonya yang tinggal satu biji tersisa di mangkoknya. Seongmin dan Taeyoung sama-sama diam sambil memperhatikan Yujin dengan bingung.

Ketiganya diam, sampai Jiheon dan Yuna yang tadinya duduk di meja sebelah, tiba-tiba memindahkan piring batagornya ke hadapan Yujin.

"Jin, lo ada masalah apa sama Kak Lucy?"

Yujin yang lagi enak-enak nyeruput kuah bakso langsung mengalihkan pandangannya ke arah Yuna dan Jiheon, "Masalah apa?"

"Lo ada ribut sama Kak Lucy?"

Yujin diam sejenak lalu menggelengkan kepalanya.

"Kok dari tadi gue perhatiin, kayaknya Kak Lucy ngeliatin lo terus ya?"

Taeyoung dan Seongmin yang dari tadi diam mendengarkan cuma bisa geleng-geleng kepala, "Lo pada cewek-cewek kenapa, sih? Orang punya mata masa gak boleh ngeliat, gak boleh lirik sana-sini. Aneh."

"Bukan gitu, lo gak ngerti, sih." Balas Jiheon.

"Pantesan aja lo berdua jomblo, kemana-mana berdua terus, lo aja gak ngerti kalo setiap lirikannya cewek itu punya arti tersendiri." Sambung Yuna.

"Tau ah ribet."

Yuna dan Jiheon tak menggubris dua lelaki itu lagi, dan kembali dengan tujuan awalnya pada Yujin, "Serius deh, Jin, daritadi Kak Lucy, tuh, kayak ngelirikin lo terus. Kenapa?"

"Ya kenapanya jangan tanya gue dong, gue juga gak tau. Tanya langsung aja sama orangnya." Yujin mengendikkan bahunya.

Tapi, sepertinya Yujin mengerti apa alasan dibalik lirikan tajam sang kakak kelas itu padanya. Ini pasti karena malam itu, malam di mana Yujin datang bersama Minhee dan menemui Lucy di rumahnya sambil memberikan selimut bulu sebagai hadiah.

Sebenarnya tidak ada yang terjadi. Minhee dan Yujin cuma datang sesuai rencana, menunggu Lucy di depan pagar rumahnya, Minhee memberikan kado entah dalam rangka apa untuk Lucy sambil melemparkan gombalan basi yang anehnya bisa membuat Lucy tertawa, lalu pamit kembali pulang karena sudah cukup malam.

Yujin juga cuma diam duduk di belakang Minhee, sambil sesekali tersenyum dan mengangguk saat pandangan matanya bertemu dengan Lucy.

Tidak ada masalah yang berarti. Hanya saja, orang sehat mana, sih, yang bisa-bisanya bawa cewek lain buat ikut ke rumah gebetannya?

Dan walaupun sesekali, Yujin bisa menangkap pandangan dari Lucy yang menatapnya seakan kehadiran Yujin hanya mengganggu waktunya dengan Minhee malam itu.

Mau kabur tapi Minhee menahannya, mau tetap di sana Yujin juga tidak nyaman. Serba salah.

Ah, kalau sampai ke depannya ini menjadi masalah, harus Minhee yang bertanggung jawab! Yujin tidak mau tau.

"KAK YUJIIIINNNNNN!"

Satu orang tak diundang lagi datang, berjalan cepat menuju meja di mana Yujin duduk dan menghabiskan makan siangnya.

Sebenarnya berdua, karena di belakang Wonyoung ada Dohyon yang mengekorinya dengan malas-malasan.

"KAK YUJIN UDAH TAU?!"

Wonyoung menggebrak pelan meja kantin, membuat beberapa orang di sekitar mereka menoleh memperhatikan.

"Apa lagi?"

"Kak Minhee jadian sama Kak Lucy." Itu Dohyon, yang bicara tapi mulutnya masih ngunyah biskuit.

Yujin diam. Seongmin diam. Taeyoung diam. Yuna diam. Jiheon diam. Keadaan sunyi karena masing-masing sedang memutar otak.

"Gimana?"

"Kak Minhee! Baru aja nembak Kak Lucy!" Jawab Wonyoung heboh.

"HAH?!?"

Bagaimana bisa? Perasaan baru beberapa menit yang lalu Yujin melihat Lucy yang lagi ngobrol sama teman-temannya di eja kantin tak jauh dari temlatnya duduk, dan tiba-tiba saja...

"Bercanda ya?"

"Coba dengerin radio sekolah, Kak."

Wonyoung menyerahkan sepasang airpod miliknya pada Yujin dan mulai menyetel sesuatu melalui HPnya.

"Selanjutnya dari Kemal Minhee kelas 12-2."

Itu suara Kangmin, salah satu anggota klub broadcast SMA Batarayudha, yang tiap waktu istirahat memang mengadakan siaran dengan berbagai macam tema obrolan setiap harinya.

"Untuk Lucy Anabilla.
Awalnya aku gak pernah kepikiran buat suka sama kamu. Tapi, semakin lama kenal, kamu itu menarik, sangat menarik. Sekarang rasanya ganjil kalau sehari aja gak chat sama kamu, gak ketemu sama kamu.
Aku suka sama kamu. Jadi pacarku ya?"

Seribu persen Yujin yakin, kalau ide konyol menyatakan cinta lewat radio sekolah ini adalah ide random dari Junho, yang entah kenapa malah diiyakan oleh Minhee.

"Buat Kak Lucy, ditunggu sama Kak Minhee ya di lapangan. Hope we get a sweet and great news today, Batarayudha!"

Dan saat itu juga segerombolan siswa berbondong-bondong berlari menuju lapangan untuk menyaksikan bagaimana kisah selanjutnya dari pesan di radio sekolah itu. Begitu juga Yujin dan teman-temannya yang lain.

Walaupun yang bisa Yujin lihat pada akhirnya hanya Minhee yang lagi diomelin dan dijewer sama guru BP alias si polisi sekolah yang hobi patroli ke semua bagian sekolah, gara-gara bikin kehebohan di tempat yang tidak seharusnya, dan ada Lucy yang berdiri tak jauh dari Minhee sambil menatap lelaki itu setengah tak tega.

Tapi, yang bisa Yujin pastikan dari senyum dan tatapan Minhee yang tak lepas dari Lucy, siang itu, sahabatnya sudah tak lagi sendiri.




september song

september song― minhee ; yujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang