Dan sejak hari itu, Minhee dan Yujin, si dua sahabat yang pantang pisah sebelum pare rasannya jadi semanis tebu, sebelum dinosaurus bisa melahirkan anak ayam, kini sudah menghilang.
Tidak ada lagi Minhee dan Yujin yang gak pernah absen ribut di depan Sarinah cuma karena bingung, lebih enak McD atau KFC. Tidak ada lagi Minhee dan Yujin yang selalu bikin rusuh Masjid Tombo Ati karena lempar-lemparan tanggung jawab, siapa yang jadwalnya hari ini ngepel lantai. Tidak ada lagi Minhee dan Yujin yang rebutan sate telur di abang-abang gerobak depan sekolah.
Yujin yang menjauh, dan Minhee yang pada akhirnya menyerah untuk dekat.
Minhee yang akhirnya memilih untuk tidak peduli lagi, dan Yujin yang berusaha untuk tak peduli. Walaupun pada akhirnya, setiap kehadiran lelaki itu selalu mengusiknya.
Karena memang, perpisahan itu tak didasari dengan alasan yang jelas bagi Minhee. Dan untuk Yujin, hanya rasa bersalah yang tertinggal di dalamnya.
Tapi, ia harus melakukan ini. Yujin harus menjauh, karena kedekatannya dengan Minhee tak lagi membuat keadaan baik-baik saja, sama seperti sebelumnya. Karena setiap situasi pasti berubah. Begitu juga Yujin dan Minhee. Memang tak bisa keduanya terus dekat, begitu dekat, untuk waktu yang lama.
Taeyoung pernah menarik paksa Yujin untuk datang dan menonton penampilan Minhee bersama bandnya di salah satu pensi. Tapi, tak berakhir baik, karena kehadiran Yujin cuma disambut dengan tatapan tajam dari Minhee, seakan kehadiran Yujin sama sekali tak ia harapkan. Lalu Yujin pun pergi begitu saja, meninggalkan dalam keadaan yang canggung.
Keadaan tak membaik walaupun Yujin dan Minhee dipertemukan pada satu tempat yang sama. Dingin. Tak seperti Minhee dan Yujin dahulu yang tak pernah kehabisan bahan obrolan berdua. Sekarang, untuk saling menatap pun enggan.
"Udah lah, Minhee sama Yujin udah sama-sama gede. Biarin mereka nyelesaiim masalahnya sendiri."
Walaupun tak nyaman rasanya, karena setiap ngumpul dan lagi bercanda, suasananya bisa berubah jadi hening seketika karena Minhee dan Yujin yang saling melempar ajakan perang dingin, tapi, ya sudah, biarkan saja, paling juga minggu depan mereka baikan.
Begitu menurut yang lainnya, tanpa tau jika bagi Minhee dan Yujin sendiri, apa yang terjadi sekarang tak sama dengan pertengkaran yang sudah-sudah. Minhee dan Yujin yang menjauh, dan tak akan kembali dekat dalam waktu singkat. Berlarut-larut sampai sulit diselesaikan.
"Hai, Yujin."
Dan detik itu juga sebuah minuman kaleng dingin, seperti batu dikeluarkan dari kulkas, menempel di pipi kanan Yujin. Rasa menyengatnya menyadarkan Yujin dari lamunannya.
Yujin seketika menoleh dan menemukan Doyoung berdiri tak jauh darinya, tersenyum sambil memegang kaleng minuman bersoda di kedua tangannya.
"Jangan kebanyakan bengong sendiri. Gak tau ya lo soal desas-desus pohon mangga di sini?"
Yujin langsung mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, dan gadis itu baru menyadari kalau sebelum Doyoung datang, ia benar-benar sendirian di tempat itu. Tempat di mana Yujin menghabiskan waktu makan siangnya beberapa hari belakangan ini. Menerung seorang diri, karena mood yang naik turun tak beraturan.
Halaman belakang sekolah, dengan hamlaran rumput yang cukup luas dan beberapa pohon besar yang usianya lebih dari dua kali umur Yujin. Pohon tua, yang katanya, sih, berhantu. Tapi, Yujin tak peduli. Halaman belakang ini sepi dan tenang, itu yang Yujin butuhkan.
"Udah makan?" Tanya Doyoung lagi, kembali mengajak Yujin bicara, karena gadis itu tampaknya tak berniat membalas ucapannya.
Yujin cuma mengangguk, dan tetap diam.
Doyoung hanya tersenyum. Tak tersinggung sama sekali. Doyoung cukup mengerti kalau Yujin sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, dan Doyoung cukup tau diri untuk tak membuat mood gadis itu semakin buruk.
Doyoung juga tak bertanya, "ada apa dengan Yujin, mengapa Yujin yang ia kenal ceria tiba-tiba kehilangan senyumnya?"
Karena hilangnya Minhee dari sisi Yujin, sudah cukup menjelaskan keadaannya, kan? Lagi pula, Doyoung tak berhak bertanya sejauh itu pada Yujin tentang masalahnya. Siapa Doyoung? Teman juga bukan.
"Itu apa?" Tunjuk Doyoung pada sesuatu yang Yujin pegang sejak tadi.
Sepertinya lelaki itu masih tak ingin membiarkan Yujin sendiri dengan segala kerisauannya.
"Undangan." Jawab Yujin singkat.
"Pernikahan?"
Yujin mengangguk.
"Mau gue temenin gak, datengnya?"
Entah sejak kapan Doyoung jadi setidak punya malu ini. Dari mana datangnya kata-kata yang keluar begitu saja dari bibirnya?! Bagaimana bisa kalimat memalukan itu keluar tanpa permisi?!
Dan Doyoung cuma bisa menahan senyum canggungnya saat Yujin menatapnya balik dengan bingung.
"Hah?"
"Biar lo gak dateng sendirian aja. Pasti temen-temen lo yang lain, pada bawa pasangan semua, kan?"
Sudah terlanjur basah, sekalian nyemplung ke kolam saja. Sudah terlanjur malu-maluin, sudah lah terobos gak punya malu sekalian.
Dan tatapan Yujin semakin heran menatap tajam pada Doyoung. Sok tau.
Sendiri dan terlihat jomblo di pernikahan Seungwoo dan Eunbi weekend besok? Tidak akan. Karena dari sekian banyak anggota remaja masjidnya, yang punya pasangan resmi cuma Chaewon, yang pasti datang dengan Jungmo. Yang lain masih berstatus single. Jomblo fii sabilillah.
Ya, paling juga Seungyoun akan bawa gebetannya entah yang mana lagi, soalnya tiap nongkrong gandengannya beda. Atau Wooseok yang desas desusnya lagi dekat sama cewek, tapi belum diumbar ke publik.
Dan, ah, tentu saja Minhee, yang sudah tidak usah ditanya lagi, dipastikan akan mengajak Lucy.
"Gimana?"
"Boleh, kalo sabtu besok lo lagi kosong."
september song ♫
KAMU SEDANG MEMBACA
september song― minhee ; yujin ✔
Fanficpada akhirnya kita hanyalah dekat yang aku salah artikan | kpoplokal ©2020 syyouth- Parallel Universe}