[3] teenage mind

326 97 22
                                    

"SELAMAT SORE ADIK-ADIKKU YANG AKU SAYANGI DAN SELALU AKU BANGGAKAN! APA KABAR KALIAN HARI INI? APAKAH HARI KALIAN BERJALAN BAIK DAN MENYENANGKAN?"

Yujin yang lagi duduk di kursi teras depan rumahnya bersama dengan Taeyoung dan Seongmin, langsung serempak menoleh kaget ke arah Minhee yang baru turun dari motornya dan melambaikan tangan di depan pagar.

"Ini sama sekali gak ada yang menyambut kedatangan gue apa?"

Ketiganya masih diam memandang bingung pada Minhee.

Taeyoung melongokkan kepalanya menatap langit di atas sana, "Perasaan ini langit udah gelap banget. Selamat sore dari waktu negara bagian mana, sih?"

"Biarin aja udah." Balas Yujin memaklumi ketidak jelasan Minhee.

Dan akhirnya ketiganya kembali fokus ke kegiatan mereka sebelumnya. Biasa, anak SMA yang lagi kerja kelompok. Yang satu kerja, yang lainnya cuma berkelompok. Tapi, gak berlaku, sih, di mereka, soalnya Yujin, Seongmin sama Taeyoung gak ada yang pinter-pinter banget. Jadi harus kerja kelompok beneran, kalau enggak Yujin bisa ngamuk.

"Beneran gue dicuekin," Minhee menggerutu, "Padahal udah gue bawain martabak-"

Dan secepat kilat plastik yang Minhee pegang di tangan kanannya langsung hilang, dirampas dan dibawa lari sama Seongmin yang gak tau gimana sudah ketawa-ketawa di tempatnya semula sambil membuka kotak martabaknya.

"Giliran gue bawa martabak aja lo pada girang. Dasar bocah, perut aja lo pikirin."

"Eheheheh.. Sini sini Kak Minhee masuk." Taeyoung nyengir dan langsung mempersilahkan Minhee untuk ikut duduk, sudah berasa kayak rumah sendiri aja gitu.

"Kok lo tau, Kak, kita ada di sini?" Tanya Seongmin.

Minhee menyandarkan punggungnya, "Gue sebenernya gak nyariin lo berdua, sih."

Minhee ada di rumah Yujin dan bukan mencari Seongmin ataupun Taeyoung, berarti memang tujuannya mau menghampiri Yujin, kan.

"Apa?"

"Lagi pada ngapain, sih?" Minhee tak menggubris pertanyaan Yujin.

"Ngapain ke sini? Pake bawain martabak segala lagi," Yujin melirik curiga ke arah Minhee, "Pasti ada apa-apa. Pasti ada maunya."

Sebenarnya Minhee bukan tipikal teman yang pelit, sih, kalau misal lagi jalan sama Yujin terus Yujin tiba-tiba pengen batagor ya dibeliin, Yujin lagi mau apa juga diturutin. Tapi, kalau tiba-tiba datang tanpa diminta seperti ini, pasti Minhee ada maunya.

"Ucapan terima kasih aja."

Yujin mengerutkan dahinya bingung, "Ucapan terima kasih apaan?"

Minhee langsung mengeluarkan HP dari saku celananya dan menunjukkan sesuatu pada Yujin.

"Makasih, karena lo DM gue dibales sama Lucy."

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh."

Yujin cuma gitu aja.

"Kok oh doang?"

"Ya terus gue harus apa? Apa gue harus ikut berbahagia sama lo? Gak ada untung-untungnya juga buat gue."

"Iya, sih, kan, lo sedih ya kalo gue punya pacar? Lo gue tinggalin sendiri." Minhee dengan nada mengejeknya.

Yujin balas melirik malas, "Iya, sih, aturan gue seneng ya, soalnya gak lagi-lagi direcokin sama lo."

Biasa, Yujin dan Minhee memang selalu begitu. Giliran ada dibuang-buang, kalau lagi gak ada langsung nyariin.

"Udah deh, gue pergi dulu, kayaknya kehadiran gue gak diinginkan di sini."

Minhee langsung pergi setelah berhasil menghabiskan sepotong martabak yang sudah habis setengah porsi dicomotin sama Taeyoung dan Seongmin.

"Mau ke mana lagi, Kak?"

Minhee menoleh sejenak, "Mau ke rumah Jungmo, mau nanya kiat-kiat dapetin cewek cakep, gimana caranya."

Seongmin dan Taeyoung langsung bertukar pandang, "Kak Jungmo ditanyain, orang dia bisa dapet Kak Chaewon juga untung-untungan."

Tapi Minhee tak menggubris dan tetap pergi sambil melambaikan tangan. Tak ada yang membalas lambaian tangan Minhee yang berpamitan, Yujin yang kembali fokus dengan tumpukan kertas tugasnya di meja, juga Seongmin dan Taeyoung yang menatap Yujin dengan pandangan heran.

"Are you okay, Yujin?" Seongmin buka suara lebih dulu.

Yujin kembali mengangkat kepalanya, melayangkan tatapan bingung pada Seongmin.

"Beneran, gapapa?" Kini Taeyoung yang bertanya.

Respon Yujin masih sama, ada apa, sih, sama dua temannya ini?

"Apanya yang gapapa, sih, kok gue bingung?"

Taeyoung dan Seongmin saling melempar pandangan, lalu mendengus serempak.

"Kak Minhee sama Kak Lucy, beneran deket?"

"Kak Minhee sama Kak Lucy, lo gak cemburu?"

Yujin diam sejenak, "Harus ya?"

"Sedeket itu lo sama Kak Minhee, gak yakin, sih, gue kalo lo gak ada apa-apa."

"Emang nyatanya gue sama dia cuma temen kok."

"Sedikit aja gitu, lo gak ada keselnya?"

Yujin terdiam lagi, "Kesel, sih-"

"TUH, KAN! GUE BILANG JUGA APA! GAK ADA YANG NAMANYA PERSAHABATAN YANG PURE ANTARA COWOK SAMA CEWEK!"

"Ah, gue dibilang ganteng sama ibu kantin aja hati gue rasanya berdesir."

"Itu, sih, emang lo aja yang kelamaan jomblo."

Seongmin sama Taeyoung sudah heboh sendiri.

"Iya, gue kesel. Kesel, bisa-bisanya Minhee beliin martabak yang jagung keju, padahal dia tau kalo gue sukanya cokelat wijen. Kesel banget gue."

Yujin kesal, tapi mulutnya masih ngunyah martabak, mana sudah habis lima potong lagi.




september song

september song― minhee ; yujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang