Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terhitung udah tiga tahun Lucas jadi mahasiswa, dan selama itu juga Lucas jarang banget ke rumah. Cowok itu lebih sering ngabisin waktunya di kostan Hendery atau nggak ke kantor Papa dan berakhir ketiduran di ruangan Papa.
Tapi untuk pagi ini dia pulang ke rumah.
Sambil ngerapihin rambutnya cowok itu jalan ke arah kamar. Lucas sempet berhenti dulu begitu sampai di depan pintu kamar, tarik nafas dalam-dalam lalu dia buka pintunya.
Begitu masuk aroma citrus langsung memenuhi indra penciumannya. Lucas sendiri nggak terlalu suka sama aroma citrus dan bisa aja dia ganti pengharum ruangan nya dengan aroma lain yang dia suka. Tapi Lucas nggak ngelakuin itu karena dia tau Hana suka itu.
Cowok itu naruh tas nya di meja belajar yang dulu sering dipakai Hana ngerjain tugas sampai tengah malam. Tangannya terulur untuk ngambil sebuah box warna coklat dengan hiasan pita diatasnya.
"Di dalam sini ada tiga ratus enam puluh lima gulungan kertas. Satu hari ambil satu terus kamu baca."
"Banyak banget, biar apa kayak gitu?" Tanya Lucas waktu itu.
"Biar... biar apa ya?" Sambil ngusap pelipisnya Hana ngelanjutin, "Kan nanti kita nggak bisa ketemu setiap hari, jadi—aduh sumpah gue malu banget ngomongnya. Intinya baca aja."
Sebuah senyum tipis terukir di wajah cowok itu. Lantas tangannya membuka box tersebut, membaca satu persatu gulungan kertas yang harusnya udah dia baca kemarin-kemarin.
Kalau baru bangun tidur jangan lupa jendela nya dibuka biar sirkulasi udaranya bagus. Oh iya kalau nggak suka sama pengharum ruangan yang citrus ganti aja gapapa kok. Have a nice day!
Jangan biasain nyimpen barang asal ya, Cas. Biasain yang rapih, biar nanti kalo semisal lo butuh nyari nya nggak susah. Oke?
Halo, pak! kalo semisal anda capek dan butuh kata-kata penyemangat silahkan hubungi kontak bernama Hana di ponsel anda.
Dan masih banyak lagi.
Lucas nggak pernah berhenti senyum setiap bacain satu persatu surat itu. Sampai ketika dia baca salah satu surat, senyum itu perlahan hilang.
Cas, gue takut... kita bakalan lebih sering berantem nggak, ya, nanti?
Lalu cowok itu teringat pertengkarannya sama Hana satu tahun lalu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
