Hari pertama Ujian Nasional.
Hana keluar dari ruangan sambil benerin letak tas nya. Hari ini Hana nggak banyak ngobrol, Ten sadar itu. Tanpa pikir panjang cowok itu nyamperin Hana.
"Gimana nih? Susah ngga tadi?"
Hana senyum, "Gampang lah, kan udah belajar."
"Bagus, deh."
Ten senyum, namun perlahan senyumnya luntur begitu sadar Hana keliatan lesu banget hari ini. Wajahnya agak pucat, walau bibirnya gak keliatan pucat karena pakai liptint.
"Lo tidur jam berapa semalem?"
Hana nggak jawab.
"Han,"
Ada nada serius dari pertanyaan Ten, dan jujur ini buat Hana sedikit takut karena nggak biasanya Ten bersikap gini.
"Apa sih kok lo nyeremin gitu?" Hana maksain untuk ketawa.
Tapi Ten gak bereaksi apa-apa, cowok itu masih natap Hana datar. Dan Hana nggak bohong kalau hari ini Ten ganteng banget.
"Jam satu—gue nggak bisa tidur, serius!!"
"Kan gue udah bilang jangan tidur malem-malem, kalo lo sakit gimana? jaga kesehatan lah, Han, kan lagi ujian."
"Ten,"
"Apa?"
"Kok lo kayak marah sih?"
"Gue khawatir."
Hana ketawa, "Yaelah lo pake khawatir segala."
"Soalnya gue suka sama lo."
Hana nge-freeze di tempat.
"Nggak salah lagi, yang suka naroh roti di loker lo pasti Hana."
Dery nyilangin kedua tangannya sambil meyakinkan Lucas.
"Kok lo bisa se-yakin itu?"
"Gue pernah liat Hana berdiri di depan loker lo."
"Kapan?!"
"Udah lama sih," Dery masukin kedua tangannya ke saku celana, "Gue liat dia masukin sesuatu ke loker ini. Awalnya gue ragu mau bilang ini sama lo, soalnya gue gak liat dia masukin apa."
Lucas natap salah satu sticky notes yang sengaja dia tempel di lokernya. Lalu dia ingat kalau Hana pernah nitip buku catatan geografi di lokernya dan belum diambi sampai sekarang.
Buru-buru dia samain tulisannya dan..
"Der, beneran Hana."
"Hah?"
"Tulisannya sama."
Dery ikut ngeliat buku dan sticky notes yang Lucas pegang. Benar, ini mirip.
"Dan lo baru tau sekarang?"
Lucas tersenyum miris, "Bodoh banget gue."
*
"Ikut gue, ada yang mau diomongin."Ten yang masih berdiri di sebelah Hana naikin sebelah alisnya. Hana cuma tarik nafas, berusaha ngumpulin kesabarannya.
"Yaudah, dim—"
"Enggak, Hana mau pulang sama gue."
"Kok jadi lo yang ngatur Hana?"
"Masalah buat situ?"
"Ya, kan lo bukan pacarnya."
"Lo juga bukan pacar Lucas tapi masih bisa aja kan jalan sama dia?" Balas Ten nggak kalah nyebelin.
"Ten, udah."
"Yaudah, mau ngobrol dimana?"
"Ikut gue."
Hana ngikutin kemana Doyeon berjalan, dan sampailah mereka di taman belakang sekolah yang cukup sepi. Hana udah mikir yang enggak-enggak dibawa kesini sama Doyeon.
"Nggak usah takut, gue nggak ada niat bunuh lo."
"Langsung aja, apa yang mau lo omongin?"
"Lucas udah cerita semuanya sama gue. Dan jujur gue kaget begitu tau hubungan kalian bukan sebatas pacaran."
Hana masih diem dengerin setiap kata yang dilontarkan doyeon. Gak jarang kata-katanya itu bikin Hana sakit hati, tapi Hana coba untuk terlihat se-tenang mungkin.
"Nih," Doyeon menyodorkan sebuah parfum.
Hana nyemprotin sedikit dari parfum itu ke tangannya. wanginya familiar, tapi Hana lupa dimana dia pernah nyium wangi ini.
"Gue biasa pake parfum ini."
Perasaan Hana mulai nggak enak.
"Dan gue rasa lo pernah nyium wangi yang sama kan waktu di deket Lucas?"
Mata Hana sukses membulat sempurna. Hana inget sekarang.
"Itu aja sih yang mau gue sampein—eh, satu lagi," Doyeon deketin mulutnya ke telinga Hana,
"Bilang sama Lucas jangan sering-sering nginep di apartemen gue."
Mata Hana rasanya panas banget saat itu, tangannya mengepal. Tanpa ngomong apapun lagi dia lari ninggalin Doyeon.
Gak sedikit dari mereka yang heran begitu liat Hana jalan ngelewatin koridor sambil nangis. Hana beneran gak fokus sampai dia nabrak orang.
"... Hana?"
Hana benci banget liat orang yang ada di depannya saat ini.
"Han, kenapa?"
Hana kasihin parfum sialan itu ke tangan Lucas, "Brengsek! Gue benci sama lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
married, lucas.
Fanfiction"Love is a flower, you've got to let it grow." - John Lennon _ highest rank : #1 in yukhei #1 in superm #1 in hana