41.

624 111 47
                                    

Lucas berjalan keluar dari ruang meeting, langkahya pelan, kalau dilihat dari raut wajahnya kentara banget cowok itu lagi banyak pikiran.

Langkahnya berhenti waktu seorang perempuan manggil dia berkali-kali. Suara high heels nya mengundang perhatian beberapa orang, belum lagi penampilannya yang lumayan terbuka ngebuat beberapa orang disana—terutama kaum adam—nggak berkedip.

"Maaf, tas Bapak ketinggalan di ruang meeting tadi."

"Oh, makasih Evelyn."

Namanya Evelyn, beberapa tahun lebih muda dari Lucas. Dari hari pertama dia kerja di perusahaan ini, Evelyn emang udah jadi bahan pembicaraan anak-anak kantor karena penampilannya.

Sepanjang jalan menuju lobi kantor, Evelyn nggak ada capeknya ngomong terus. Sebenernya Lucas risih, tapi dia berusaha buat nanggepin dengan ramah. Mengingat posisi Lucas sekarang cukup penting dan disegani di kantor, jadi ya  ada image dan citra yang perlu dijaga.

"Kayaknya saya udah jarang liat istri bapak ke kantor."

"Iya." Jawaban singkat yang sama sekali bukan jawaban yang mau Evelyn denger dari Lucas.

"Oh ya Pak, seminggu lalu saya sempet liat istri Bapak bareng..."

Evelyn sengaja gantungin kalimatnya, Lucas otomatis noleh ke samping. "Bareng siapa?"

"Aduh, saya jadi nggak enak mau ngasih tau nya."

"Siapa?" Kali ini suara Lucas kedengeran lebih tegas dari sebelumnya.

"Saya nggak kenal sih, tapi kayaknya lebih muda dari Bu Hana."

Lucas diem. Sengaja, biar Evelyn lanjutin ceritanya.

"Nggak cuma saya doang yang liat, anak-anak kantor yang lain juga sering liat dan itu nggak cuma sekali dua kali, Pak."

"..."

"Udah gitu, saya juga sering liat si cowok itu ngerangkul Bu Hana."

"..."

"Pak, denger saya kan?"

"Denger."

"Sebelumnya maaf nih Pak, tapi apa Bapak nggak takut kalau ternyata Bu Hana ada main di belakang tanpa sepengetahuan—"

"Evelyn!!"

Yang dipanggil jelas merasa tersentak, bahkan beberapa orang yang lewat disana juga sampai noleh ke Lucas.

Tangan Lucas mengepal, sebisa mungkin dia ngatur emosinya supaya nggak lepas kendali. Rasanya nggak etis kalau dia marah-marahin Evelyn di depan orang banyak—mengingat dia juga perempuan—ya, walaupun sikap Evelyn barusan udah kelewat batas.

"Kamu nggak kenal istri saya, jadi stop nyiptain asumsi nggak mendasar kayak barusan!"

Begitu aja, dan Lucas langsung pergi ninggalin Evelyn sendiri. Cowok itu terus jalan tanpa menghiraukan beberapa orang yang nyapa, bahkan Hendery, Dejun, sama Ten sampai harus ngejar Lucas ke basement baru dia nengok.

"Apa?"

"Lempeng banget tuh muka jawabnya," respon Ten sambil masih ngatur nafas. "Daritadi kita manggil-manggil kenapa nggak jawab, sih?!"

"Sori."

"Hadeh."

"Pak, gue nebeng  ya sampe apart. Mobil masih di bengkel." Kata Dejun sambil nyibak rambutnya.

"Sama Pak, gue juga nebeng ya?"

"Mobil lo kemana emang Der?"

"... dijual buat modal nikah."

married, lucas.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang