Jennie terus menepuk-nepuk pelan bahu Jisoo. Irene ikut mengelus rambut halus Jisoo, Rose sama Lisa juga ikut memeluk tubuh mungil Jisoo. Berusaha menenangkan sahabat nya itu agar tangisnya mereda.
Baru saja semalam Irene mengalami patah hati, dan sekarang sudah disusul oleh Jisoo. Apa mereka sedang merayakan hari patah hati nasional. Bodoh sekali!
"Taehyung tolol! Ngapain sih pake curhat ke Kak Chu. Bego banget tuh anak sumpah tolol nya melebihi mantan gue dulu!" Jennie ikutan emosi setelah mendengar pengakuan Jisoo tentang kejadian di meja makan tadi pagi beserta omongan Taehyung tadi. Kan sudah Jennie bilang, jangan macam-macam sama salah satu sahabat nya. Kalau Jennie murka, bisa habis orang itu dimaki Jennie.
"Semua cowok sama aja ya, bisanya memperlakukan cewek seenak jidat nya. Ini alasan gue nggak pernah mau pacaran." tutur Lisa masih memeluk tubuh mungil Jisoo.
"Hiks.. ini salah gue kok. Gue cuma bisa jadi pengagum rahasia nya Taehyung, nggak berani frontal ke dia kalau gue ini suka sama dia. Bahkan sampe tahun baru monyet pun Taehyung nggak akan pernah tahu gue suka sama dia, hiks." tangis Jisoo semakin menjadi membuat yang lainnya juga bingung harus berbuat apa selain menenangi gadis itu.
"Jichu udah lah, cowok di kampus masih banyak. Perlu gue kenalin sama Eunwoo? Anak matematika. Nggak kalah tampan kok sama Taehyung." hibur Irene. Tapi memang nyata kok, nama Eunwoo cukup famous di kampus mereka. Dan wajahnya juga cukup tampan jika dibandingkan dengan penghuni kost ini.
Jisoo menggeleng. "Gue nggak nyari yang ganteng Kak Ren, gue cuma nyari yang kayak Taehyung. Hiks.." Jisoo mengusap kasar air mata nya, menghirup cairan kental yang keluar dari hidung bersamaan dengan keluar nya air mata.
"Iya sih. Nggak ada lagi cowok yang kayak Taehyung, karena cuma orang tua Taehyung yang bikin Taehyung." Rose bergumam tapi perkataan nya itu bikin yang lainnya jadi ambigu. Rose ini memang anak psikolog, tapi sifatnya sama sekali nggak mencerminkan kalau dia ini anak psikolog.
"Lo ngomong apa sih, Jeh?" Lisa malah menatap garang Rose. Nggak habis pikir sama omongan Rose yang kadang nggak harus di translate lebih dulu.
"Gue bener kan? Cuma mama papa nya Kak Tetet yang—"
"Apa gue move on aja ya?" perkataan tiba-tiba dari Jisoo membuat semua nya mendadak kaget. Tidak salah dengar?
"Yakin?" tanya Jennie.
Jisoo menggeleng lemah, kemudian kembali menangis tersedu tak lupa cairan kental itu ikut keluar dari hidung nya yang langsung ia seka dengan punggung tangan nya yang mulus. Yang lain hanya memandangi itu dengan hikmat, sebenarnya jijik. Tapi mau meringis jijik takut Jisoo tersinggung dan tambah sedih.
"Nggak, gatau. Gue kan suka nya sama Taehyung aja, nggak yang lain. Huwaaa~" Jisoo labil banget anak nya.
"Ya terus gimana? Lo mau gitu nungguin dia putus sama doi nya? Kalau putus. Nah kalau langgeng?" skakmat. Ucapan Jennie tajam banget sampai ulu hati Jisoo terasa seperti tertusuk duri buah durian yang baru saja matang. Jisoo makin kencang nangis nya, seperti bayi yang haus meminta asi.
Irene menyenggol lengan Jennie, menyadarkan Jennie atas ucapan nya barusan.
"Jennie." Jennie sadar lalu menutup mulut nya dengan telapak tangan nya.
"Kak Jichu, sorry. Nih mulut emang suka begini kalau emosi, sorry ya?" Jennie menatap Jisoo dengan puppy eyes nya, ikut memeluk gadis itu yang masih belum mereda tangis nya.
Sedangkan tanpa mereka sadari, Jimin tadi ingin turun ke dapur jadi tertahan karena naluri nya membawa langkah Jimin untuk berdiri tepat didepan pintu kamar Jisoo yang kebetulan tidak tertutup rapat. Disini, Jimin tahu sekarang rahasia para cewek-cewek itu, terutama Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST 11
Fanfiction"Semua bermula disini, ketika pertemanan di uji oleh sebuah perasaan." #1 in vsoo (070421) #1 in blackbangtan (140421) #1 in lizkook (180421) - blackpink. - bangtan. © seluruh hak cipta dilindungi oleh undang- undang, dilarang meng-copy cerit...