•••
(Kerajaan Elris)
Sen 07.00 AM.Setelah berhari-hari menempuh perjalanan pulang ke kerajaan, akhirnya kami sampai dengan selamat.
"Baiklah, kalian semua istirahatlah. Biar aku yang mengurus sisanya," ujar Dyrus pada ketua Zuii.
"Ya, mohon bantuannya."
"Serahkan padaku."
Dan tidak lama kemudian raja Elris keluar dan menemui kami.
"Selamat kembali semuanya..." Ujar raja Elris.
"Yang Mulia kami telah kembali." Sahut kami semua.
"Elris... Ada hal penting yang harus kita bicarakan," ujar ketua Zuii.
"Hmm... Baiklah, kita bicarakan nanti setelah kalian istirahat sejenak dan menikmati sarapan pagi,"
"Baiklah."
Dan kami pun sarapan bersama-sama. Setelah perjalanan panjang yang cukup melelahkan sampai disini benar-benar membuatku lapar.
"Beruntungnya aku masih bisa menikmati makanan ini..." Ujarku sangat menikmatinya.
"Dasar, jangan berbicara saat sedang makan," sahut Alisha.
"Baik nona..."
"Hmm..." Sahutnya dengan tatapan aneh.
"Se-seram..."
"Dimana ketua Zuii? Apa dia tidak ikut sarapan?" Tanya Alisha.
"Mungkin sedang minum teh di halaman belakang." Jawab kak Liliona.
"Ehh... Kenapa tidak sarapan dulu ya,"
"Dia bukanlah orang yang bisa sarapan di jam pagi seperti ini," sambung kak Liliona.
"Ouh... Apa tidak nafsu makan di jam pagi ya?"
"Hmm... Entahlah, tapi memang ada orang yang seperti itu. Lihat saja nanti, mulai sedikit siang dia mulai kelaparan."
"Ah-haha..."
KERAJAAN NEGRI RAS API.
Sen 08.00 AM."Rizeya, panggilkan Ares segera," ujar raja Hargeis.
"Baik, Yang Mulia."
"Lalu, kudengar kau kalah telak dari Eliot, jendral Mato..."
"Ma-maafkan aku Yang Mulia. Itu semua di luar perkiraanku, aku sedikit meremehkan kekuatan mereka," jawab jendral Mato sambil bersujud di depannya.
"Darimana kau belajar meremehkan lawanmu? Mereka itu tidaklah lemah! Tanpa adanya ras Fantastic, jika kedua ras Elf dan Elite bersatu itu saja sudah merepotkan. Memangnya kau sekuat apa? Bisa-bisanya meremehkan lawanmu..."
"Ma-maafkan aku Yang Mulia, a-aku berjanji tidak akan mengulangi hal serupa. Mohon maafkan aku sebesar-besarnya..."
Dan tidak lama kemudian Rizeya datang bersama Ares.
"Permisi Yang Mulia, pangeran Ares ada disini." Sahut Rizeya.
"Aku disini ayah, ada apa memanggilku?" Tanya Ares sambil berdiri di depannya dan memberi hormat.
"Mulai saat ini, semua kendali prajurit dan strategi perang biar kupegang," sahutnya.
"Hah? Maafkan aku ayah jika tidak bisa memegang kendali perang dengan baik,"
"Tidak, kau tidak cukup buruk memimpin perang saat itu. Aku ingin menempatkanmu di satu divisi yang berbeda,"
"Ehh... Maksud ayah, apakah itu pasukan penjelajah?"
"Ya, kau dan jendral Mato pimpinlah pasukan itu."
Tapi tiba-tiba ada seorang prajurit pembawa kabar datang memasuki altar kerajaan.
"Permisi Yang Mulia, maaf menyela perbincangannya. Kami dari tim pengintai memiliki kabar yang sangat penting dan sepertinya harus Yang Mulia tanggapi segera," ujar prajurit itu.
"Kabar apa?"
"Ada sekelompok prajurit yang belum teridentifikasi oleh kami yang sedang menuju pintu perbatasan negeri kita. Jumlah mereka tidak banyak, sekitar 20 orang,"
"Apakah mereka dari kerajaan Elris?"
"Tidak Yang Mulia, mereka adalah sosok yang berbeda. Pakaian mereka serba putih dan keemasan, dan mereka memancarkan aura yang kuat,"
"Hmm... Baiklah terimakasih informasinya."
"Baik Yang Mulia...." Ujar prajurit itu pergi meninggalkan altar.
"Kalau begitu Ares, kau urus sekolompok orang misterius itu dengan tim barumu," perintah raja Hargeis.
"Serahkan padaku ayah..." Jawabnya.
KEADAAN SAAT INI DARI KELOMPOK RAS CAHAYA.
"Seperti yang tertulis di dalam peta ini, disana terdapat sebuah kerajaan yang besar dan juga dengan kekuatan yang hebat. Apa langkah selanjutnya, putri Caria?" Ujar seorang kepala prajurit.
"Menarik... Justru itu membuatku semakin tertarik untuk menjelajahinya," jawab seorang yang tadi di panggil putri Caria.
"Tenang saja putri, kali ini kita akan bertemu dengan pihak yang bisa memuaskan hasrat bertarung Anda,"
"Ya, aku menantikan lawan yang kuat. Jangan ada yang mengganggu disaat aku bertarung nanti..."
"Baik putri, sesuai perintahmu."
Dan tidak lama kemudian datang seseorang yang secara tiba-tiba melalui teleportasi.
"Hmm? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Caria pada orang itu.
"Seperti biasa kau ini selalu dingin ya..." Jawab pria misterius itu.
"Kalau tidak ada hal penting lebih baik selesaikan pekerjaanmu,"
"Hoho... Ternyata aku diusir secara halus ya. Haha... Tenang saja semua sudah siap, tinggal menunggu perintah Yang Mulia Agung akan segera kujalankan,"
"Sepertinya kau sangat yakin sekali dengan misimu kali ini, kepercayaan diri yang berlebih juga tidak baik,"
"Hmm... Tidak usah mengkhawatirkanku..."
"Aku tidak berpikir begitu, hanya memberimu saran saja..."
"Baik-baik... Jangankan hanya merebut Zuixune, jika diperintahkan Yang Mulia Agung meratakan tanah negeri itu, dengan senang hati akan kulakukan,"
"Sepertinya kau tidak tahu apa-apa mengenai negeri itu ya..."
"Hah? Tentu saja aku tahu. Negeri itu dipimpin sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Elris, bukan? Dan aku juga tidak lupa dengan sosok seseorang yang katanya membuat tertarik Felomord, aku ingin segera berjumpa dengannya haha..."
"Begitu ya, berhati-hatilah orang itu tidaklah lemah..."
"Hmm... Kita lihat saja nanti. Apakah orang itu mampu bertahan melawan seranganku,"
"Ya terserah kau saja..."
"Baiklah, aku kembali dulu. Jika butuh bantuan panggil saja aku ya... Hehe..."
"Tidak butuh, cepat pergi!"
"Iya... Iya..."
Dan orang itu pun menghilang kembali.
"Baiklah, sekarang kita lanjutkan perjalanannya..." Perintah putri Caria pada seluruh kelompok prajuritnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic 2: Battle Of Live.
Fantasy16+ Fantasy~Romance~Comedy Kisah sang penjelajah mimpi yang menjalani kehidupannya di dunia tanpa batas. Penuh dengan kisah petualangan, aksi yang diluar perkiraan dan drama romantis dibalik panasnya perang yang menegangkan. Perang belum berakhir, p...