•••
Jum 09.00 AM.
"Oii... Oii... Mereka pergi kemana?" Sahut Dyrus terlihat bingung.
"Apakah mereka mundur?" Ujar ketua Zuii yang cukup ragu.
Dan aku pun langsung menghampiri mereka kembali.
"Sebenarnya, siapa orang yang baru datang tadi?" Tanya ketua Zuii padaku.
"Aku juga tidak tahu. Orang itu di panggil dengan sebutan Yang mulia tuan muda. Sepertinya dia adalah sosok pangeran dari kerajaannya. Pastinya orang itu jauh lebih kuat di bandingkan Felomord,"
"Benar-benar mengerikan... Tapi ngomong-ngomong, dari mana kau bisa mengeluarkan tekhnik elemen api dan petir??" Tanya ketua Zuii dengan wajah seriusnya.
"Heh? Be-benarkah?"
"Hah?! Kau saja tidak menyadarinya??" Ujarnya semakin dekat.
"Ahh... I-itu terjadi begitu saja, mungkin..."
"Yang benar saja..."
Benar juga, bagaimana bisa aku mengendalikan kekuatan elemen lain selain air dan angin?
Hmm... Apa ini adalah efek dari tekhnik rahasia? Kuanggap begitu saja untuk saat ini, karena ada hal yang lebih penting harus kupikirkan saat ini.
"Kaito..." Panggil Alisha sambil berlari.
"Alisha... Pelan-pelan, kenapa harus lari-lari."
"Huft... Huft... Kamu tidak terluka, kan?"
"Tidak, tenang saja. Kamu berlari-lari hanya mengkhawatirkan itu?"
"Heh?! Ti-tidak... Dasar bodoh..." Ujarnya sedikit malu.
"Haha... Terimakasih ya."
Lalu tidak lama kemudian Liliona beserta kereta kuda lainnya kembali menemui kami setelah mendapat kabar dari ketua Zuii bahwa keadaan sudah aman saat ini melalui telepati dari Liliona.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Liliona penasaran.
"Kita mendapatkan musuh baru. Tapi..." Ujar Dyrus.
"Tapi?"
"Lawan kali ini jauh lebih kuat," sambung ketua Zuii.
"Heh? Jadi benar bukan mereka orang-orang ras Api?"
"Mereka menyebutnya dengan sebutan ras pilihan dan orang-orang pilihan,"
"Apa maksudnya itu, Zuii?"
"Kita sepertinya melawan utusan para Dewa saat ini. Mereka adalah orang-orang ras Cahaya dari kerajaan Alexis,"
"A-apa?!"
"Kau terkejut bukan? Aku saja sampai terdiam membisu setelah melihat keberadaan mereka. Bahkan kekuatan yang mereka lancarkan saja bukan main hebatnya," ujar ketua Zuii.
"Ya, mereka saja bisa mengimbangi kekuatanku walau sudah memasuki kekuatan Infinity," tanggapku.
"Mustahil... Keberadaan negeri Api saja sudah membuat repot kita, ditambah lagi musuh yang seperti Dewa," ujar Liliona terlihat sangat cemas.
Aku pun berpikiran sama dengan kak Liliona. Tapi, mau bagaimana lagi inilah kenyataannya...
Rasanya... Benar-benar melelahkan...
Karena keadaan saat ini yang tidak memungkinkan bagi kami untuk melanjutkan perjalanan mencari Arcaxune. Ketua Zuii memutuskan untuk kembali ke kerajaan, demi kebaikan bersama dan berjaga-jaga jika musuh masih berada di depan sana.
Keputusan ketua Zuii yang saat ini sangatlah benar. Karena setelah mengetahui ada lawan yang jauh lebih kuat dari kita dan belum memiliki cara bagaimana mengatasinya, akan sangat berisiko jika kami bertemu lagi.
"Baiklah, kita segera kembali ke kerajaan. Saat ini sebisa mungkin kita menjauhi diri dari mereka para ras Cahaya," ujar ketua Zuii.
"Baik." Jawab kami semua.
Perjalanan menuju kerajaan Elris.
Jum 09.20 AM.Tidak terpikirkan olehku bahwa ada kekuatan seperti mereka orang-orang ras Cahaya di dunia ini.
Kalau dipikir-pikir, mungkin saja mereka adalah yang disebutkan dalam buku kuno itu. Karena keberadaan mereka yang selama ini juga menjadi tanda tanya besar bagi orang-orang dunia ini.
Ternyata pahlawan pertama sudah menjelajahi dunia ini sampai ke setiap sudut.
Mungkin saja dia penjelajah mimpi yang hebat...
"Kaito, kamu mau?" Ujar Alisha sambil memberikan sepiring kue.
"Ehh... Kue apa ini?"
"Kue blueberry dengan keju diatasnya. Enak loh..."
"Dasar kamu ini, disaat-saat seperti ini saja masih bisa bersantai ya."
"Mencoba..." Ujarnya sambil termenung.
"Heh?"
"Aku sedang mencoba membuat diriku tenang. Kamu tahu, setelah melihat kejadian seperti itu sungguh membuatku terkejut,"
"Alisha..."
"Ditambah lagi nanti kamu harus berhadapan dengan orang-orang seperti itu. Aku... Aku... Tidak tahu harus melakukan apa Kaito..." Sambungnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maaf Alisha..." Ujarku sambil menggenggam tangannya.
"Hmm?"
"Aku selalu saja membuatmu khawatir dan bertindak bodoh. Dan yang paling kusesali saat ini adalah tidak memahami dirimu. Aku merasa seperti anak kecil yang terus memikirkan satu tujuan saja dan yang tidak memikirkan perasaanmu. Aku minta maaf Alisha..."
"Tidak... Kamu tidak harus berkata seperti itu. Aku menyukai dirimu yang apa adanya... Tetaplah menjadi dirimu jangan terbebani dengan pencapaian apa yang para pahlawan lakukan sejak dulu. Karena sejarah baru akan kamu tulis mulai saat ini, Kaito," ujarnya dengan senyuman.
"Hmm... Terimakasih. Mulai sekarang aku juga akan lebih memperhatikanmu dan perasaan teman-temanku. Aku juga akan menjadi lebih kuat lagi agar bisa mencetak sejarah yang berkilau di masa mendatang hehe..."
"He'em... Terimakasih Kaito, aku sangat senang mendengarnya. Tapi ingat! Awas bertindak nekat lagi ya..." Ujarnya sambil mendekatkan wajahnya.
"Ba-baiklah... Aku mengerti hehe..."
Huft...
Tenangkan dirimu Kaito...
Perjalanan seru ini akan baru dimulai.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic 2: Battle Of Live.
Fantasy16+ Fantasy~Romance~Comedy Kisah sang penjelajah mimpi yang menjalani kehidupannya di dunia tanpa batas. Penuh dengan kisah petualangan, aksi yang diluar perkiraan dan drama romantis dibalik panasnya perang yang menegangkan. Perang belum berakhir, p...