Episode 14

23 4 0
                                    

•••

KERAJAAN NEGERI RAS API.
Sen 09.00 AM.

"Pangeran Ares, apa kau memiliki rencana mengenai kelompok prajurit misterius ini?" Tanya jendral Mato.

"Ini pertama kalinya kita kedatangan tamu yang misterius. Kita lihat saja dulu apa keinginan mereka datang ke negeri kita. Sebisa mungkin akan kucoba bicarakan baik-baik dengan pimpinan kelompok itu. Aku tidak mau mengecewakan ayahku lagi untuk kedua kalinya..."

"Baiklah, jika dirasa situasi mengkhawatirkan aku akan segera membasmi mereka,"

"Ya, jika itu mau mereka."

(Kerajaan Elris)

Setelah kami sarapan tadi, aku bersama ketua Zuii, Dyrus, dan Liliona membicarakan situasi yang kami alami beberapa hari kemarin dengan raja Elris.

"Berjubah putih? Aku belum pernah melihat kelompok atau bagian dari kerajaan beratribut seperti itu," ujar raja Elris.

"Ya, aku pun sama. Mereka menyebut diri mereka adalah orang-orang pilihan," sambung ketua Zuii menjelaskannya.

"Orang pilihan?"

"Mereka adalah orang-orang ras Cahaya..."

"R-ras Cahaya? Ini pertama kalinya aku mendengar ada ras kelima di dunia ini,"

"Dan mereka berasal dari kerajaan Alexis. Itulah yang dibicarakan mereka mengenai identitasnya."

Lalu Dyrus pun berkata...

"Kekuatan mereka pun bukan main... Walau dengan melihatnya saja aku sudah mengetahui sekuat apa mereka itu."

"Benar, aku pun sudah mengaktifkan kekuatan Infinity-ku saat melawan salah satu orang yang mungkin terkuat saat itu," sambungku langsung.

"Lalu? Apa itu memberinya dampak yang signifikan baginya?" Tanya raja Elris.

"Sayangnya tidak sama sekali..."

"A-apa... Mustahil..."

"Ya, setelah melihat Kaito pun kesulitan seperti itu, aku merasakan ini akan berakhir dengan buruk. Namun, tak disangka-sangka mereka mundur seketika..." Jelas ketua Zuii.

"Apa yang membuat mereka mundur? Kalau dilihat mereka sedang unggul," tanya raja Elris.

"Sangat-sangat unggul di bandingkan dengan kekuatan kita yang sekarang ini. Di saat bersitegang muncul seseorang yang entah darimana memerintahkan kelompok itu mundur. Dan mereka memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia tuan muda."

Dan Dyrus pun langsung berkata...

"Aku rasa orang itu jauh lebih kuat dari pimpinan kelompok itu,"

"Ya kau benar. Seranganku saja dapat dipatahkannya dengan sangat mudah. Dengan sepatah kata saja, orang itu mampu mematahkan tekhnik andalanku..." Sambungku menanggapinya.

"Sepatah kata?? Ini sudah diluar kemampuan kita. Dunia ini memanglah tidak adil ya...." Ujar raja Elris dengan wajah cemasnya.

KEADAAN SAAT INI KELOMPOK YANG DIPIMPIN PUTRI CARIA.
Sen 10.30 AM.

"Ada pergerakan yang menuju tempat kita," ujar seorang kepala prajurit.

"Hmm... Tidak kusangka akan secepat ini. Berapa jumlah mereka?" Tanya putri Caria.

"Tidak sampai sepuluh orang, hanya delapan orang. Dua diantaranya memiliki aura yang cukup kuat,"

"Hah? Mereka meremehkanku? Buat apa membawa orang hanya segitu. Membosankan..."

"Sepertinya mereka tidak berniat melawan kita,"

"Begitulah para manusia rendahan, tidak ada yang menarik. Kalian tunggu saja disini, biar aku yang langsung berhadapan dengan mereka!"

"Baiklah putri Caria."

Tidak lama kemudian, pertemuan yang bertegangan pun terjadi antara pangeran Ares dengan putri Caria.

"Pangeran..." Sahut jendral Mato dengan waspada sambil melindungi  Ares.

"Hmm? Mungkinkah dia pimpinan kelompok itu?" Ujar Ares.

"Sepertinya begitu tapi, orang ini... Auranya..."

"Ya, aura yang tidak masuk akal. Benar-benar kuat!"

Dan putri Caria pun mulai melangkah mendekati rombongan pangeran Ares, sambil berkata...

"Kalian... Perwakilan dari negeri ini?"

"Ya, aku adalah seorang pangeran, namaku Ares," sahut Ares sambil maju kedepan.

"Pangeran? Yang berarti kau adalah anak dari Raja negeri ini. Baguslah ini akan mempermudah segalanya," tanggapnya dengan senyum mengerikan.

"Apa maksud dari perkataanmu itu?"

"Haha... Maksudku, mengalahkanmu langsung akan lebih cepat bagiku untuk merebut tanah ini!"

"A-apa kau bilang?!"

"Dengan kematianmu kurasa sudah cukup memenuhi syarat hancurnya bagi negeri ini,"

"Hahaha..."

"Hah?! Kenapa kau tertawa..."

"Haha... Sepertinya kali ini kita melawan kelompok orang yang tersesat, bukan melawan kelompok misterius. Karena kau tidak tahu berhadapan dengan siapa saat ini..."

"Dasar manusia lemah, gertakan seperti itu tidaklah..."

Dalam sekejap serangan laser Inferno dari Ares mengenai jubah di lengan kirinya.

"Sial, meleset..." Ujar Ares dengan senyum sindirannya.

"Hmm... Boleh juga, kurasa pemanasan denganmu sekarang cukup menarik, sebelum melawan ayahmu..." Ujarnya sambil mengeluarkan pedangnya.

"Haha... Tidak akan kubiarkan kau bertemu dengannya. Cukup sampai disini saja orang sepertimu berada di dunia ini!"

"Tidak usah banyak bicara, akan kuberitahu padamu lawan seperti apa yang kau hadapi saat ini,"

"Seharusnya aku yang berkata begitu..."

"Jangan menyesal, Ares!" Sahutnya langsung melangkah maju.

•••

Fantastic 2: Battle Of Live.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang