BAGIAN 19

306 17 12
                                    

Aku mengikuti pria tampan itu memasuki ruang tamu, belakangan aku tau, ruangan itu khusus keluarga, membahas urusan keluarga. Aku mengitari seluruh ruangan dengan mataku. Pria tampan itu, memperhatikan gerak gerikku.

Pak boss, bu boss, Vivi dan dua wanita setengah baya, masuk ke ruangan. Aku segera berdiri dan menyalami lagi mereka.

"Duduk, Putra....santai aja...rilex."pak boss memintaku duduk.

"Ini Yah, yang mau dikenalkan ke keluarga kita?" Ganteng sih ganteng, tapi Oon."

"Mahko...." Ayahnya memberi kode agar masuk.

"Putra, kenalkan...ini anak Om yang Om ceritakan. Namanya CARDOVA MAHKOTA PUTRA.
Yang di sebelah sana, adik Tantemu. Yang ini adik Om. just rilex Putra."

"Maaf pak Boss, mungkin bukan waktu yang tepat saya datang kerumah ini. Tadi begitu bahagianya saya ikut pak Boss.
Tapi setiba dirumah, perasaan enak tadi hilang sudah.
Inilah saya sesungguhnya pak boss dan ibu, tante, Bang.

Kemaren saya bilang sama Vivi, bahwa saya ini anak orang miskin yang mengadu nasib di perantauan. Saya jujur sama Vivi, bawa motor saja saya tidak bisa, apalagi bawa mobil. Saking miskinnya, sepeda saja kami tidak punya. Saya lulus kuliahpun, karena saya bekerja keras untuk cita cita yang saya dambakan. Beberapa kali mau di do, karena bayaran tidak tepat waktu."
Aku terdiam..dan menahan dadaku yang naik turun karena sedih dihina putranya sendiri.
"Saya lulus walaupun tersendat sendat dengan nila IPK 3'6." kuteguk ludahku untuk mebasahi kerongkonganku yang kering karena belum ada air yang tersedia.

"Teruskan nak..." Tante adeknya mamanya Mahkota meminta aku berbicara. Mataku sudah mulai memerah.

"Tadi jujur saya katakan ke pak boss, aku mengagumi mobil mewah yang membawa saya sampai disini. Tidak saya polos polosin pak Boss, tidak saya buat buat. Karena memang saya kagum. Mungkin sampai kiamatpun saya tidak akan bisa menaiki mobil semacam itu. Itu tidak saya buat buat. Karena pak boss, menilai aku seperti itu tadi. Sekan saya menarik simpati dari pak boss. Saya sudah banyak bercerita ke Vivi. Dan Vivi bilang, pak Boss mengajarkan kebaikan buat putra putri pak boss. Diajarkan untuk bisa menerima siapapun itu, bahkan pengemis sekalipun, apa saya berbohong Vie?" tanyaku ke putrinya. Vivie menunduk.

Air mataku tak tertahan lagi...aku menangis.
"Nyatanya, berbanding terbalik, yang Vivie bilang ke saya.
Di kantor, saya begitu mengagung agungkan pak Boss di depan rekan rekan kerja. Saya begitu menghormati pak Boss.
Tapi dengan omongan pak Boss tadi, saya salah menilai.
Termasuk Putra pak Boss, yang belum mengenal saya secuilpun, sudah bisa menilai saya Bloon yang artinya bodoh. Memang ini kali pertama saya masuk rumah mewah. Tapi bukan serta merta saya dihina seperti itu. Berarti tidak benar apa yang dikatakan Vivie.
Jadi saya minta maaf pak, bu, tante, bang. Saya dibawa ke istana orang kaya dan terhormat bukan untuk dihina.
Kalau pak boss tidak suka atas kejadian ini, besok lusa atau sekarangpun, tolong pindahkan saya kebagian semula yang tidak berhubungan langsung dengan pak Boss. Saya mohon maaf, dan saya pamit pulang."

"Piutra......bang putra....." Vivie memanggil manggil ku. Tapi aku tidak menyahut lagi. Ketika aku duduk memakai sepatuku, Vivie memelukku.

"Bang aku suka sama abang. Bahkan Vivie sudah cinta waktu pertama kali kita ketemu"

"Maaf vie, belum pendekatan aja, sudah dua orang menilai saya negatif. I'm sorry, find your self another men, who your parents and your brother want. Sorry."kataku.

Aku pergi meninggalkan rumah mewah itu berjalan sambil menagis. Aku menyesali diriku. Kenapa terbujuk kata kata orang kaya, yang hatinya busuk...
Aku duduk dipinggir jalan, menangis, kututupi wajahku dengan kedua tanganku. Tiba tiba seseorang keluar dari mobilnya mendekatiku...

AKU BUKAN MILIKMU  ( Gay Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang